Cinta Ditolak, Allah Pun Bertindak

Notification

×

Iklan

Iklan

Cinta Ditolak, Allah Pun Bertindak

Selasa, 04 Mei 2021 | 02:48 WIB Last Updated 2022-09-12T03:53:12Z

Kebiasaan kita yang selalu menggantungkan harapan pada manusia menciptakan keresahan saat cinta ditolak. Ujungnya, kita tidak memiliki motivasi hidup. Mengapa bisa? Karena kita tidak memiliki tujuan yang jelas. Hidup hampa tiada bermakna.

Ya, alangkah sedihnya ketika kita patah hati atau penolakan dari orang yang dicintai, namun tidak mencintai kita. Ditolak oleh orang yang kita cintai memang amat menyakitkan. Saat itu juga, pupus sudah harapan memiliki pasangan yang didambakan. Kesedihan juga dialami oleh Salman al-Farisi.

Salman Al-Farisi, salah seorang lelaki Persia yang baru saja bebas dari perbudakan dan menjadi seorang Muslim. Ia mencintai salah seorang muslimah dari Madinah. Ditemuinya Abu Darda’, saudara seimannya untuk melamarkan muslimah tersebut bagi dirinya. Mereka pun berangkat ke rumah Muslimah tersebut.

“Aku, Abu Darda’. Dan ini adalah saudaraku, Salman Al-Farisi,” Ujar Abu Darda’ saat memperkenalkan dirinya dan sang pelamar pada pihak perempuan. Yang diperkenalkan hanya diam membisu. Jantungnya berdebar kencang.

“Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia pun telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Saw, hingga beliau menyebut Salman sebagai ahli bait-nya. Aku kesini untuk mewakili saudaraku ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya ” Sambung Abu Darda’ dengan kalimat yang fasih dan jelas.

“Adalah kehormatan bagi kami, menerima Anda berdua, para sahabat yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini memiliki menantu seorang sahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi, hak jawab ini aku serahkan pada putri kami.” jawab tuan rumah atas pinangan Salman.Yang dipinang ternyata sedari tadi berada di balik tabir ruang itu. Sang Muslimah, pujaan hati Salman menanti dengan debaran hati yang tak pasti.

“Maafkan kami atas keterusterangan ini,” Kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu berbicara mewakili putrinya. “Tapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah, aku menjawab bahwa putri kami menolak pinangan Salman.”

Padahal apa kekurangannya Salman? Salman adalah lelaki Shalih. Salman adalah lelaki yang bertekad kuat membebaskan dirinya dari perbudakan dengan menebus diri seharga 300 tunas pohon kurma dan 40 uqiyah emas. Sungguh harga yang mahal!

Menurut Ali bin Abi Thalib, Salman merupakan sosok perbendaharaan ilmu serta lautan yang tak pernah kering karena dirinya memiliki kecerdasan pikiran yang cemerlang; mengusulkan strategi parit dalam perang Ahzab dan berhasil dimenangkan kaum Muslimin dengan gemilang.

Dia melaksanakan tugasnya penuh dengan amanah di Mada’in dengan mengendarai seekor keledai seorang diri dan menolak pembangunan rumah dinas baginya, kecuali sekedarnya. Lelaki yang sederhana dalam jabatannya, sampai dikira kuli panggul di wilayahnya. Dan diakhir hayatnya, merasa terlalu kaya. Padahal tiada satupun perabotan berharga di rumahnya.

Bagi Salman, ditolak cinta bukanlah akhir segalanya. Meskipun memiliki pasangan hidup adalah kebahagiaan, bukan berarti kesendiriannya adalah kemalangan dan penderitaan.

Hal itu justru memotivasinya untuk lebih mendekatkan diri pada Allah Swt. Karena bagi Salman, menjalin cinta haruslah mendapatkan keridhaan Allah. Tanpa keridhaan-Nya, bukanlah kebahagiaan yang diperoleh, melainkan kesengsaraan yang akan kita tuai.

Be careful of what you love. For no matter how strong you are. You will fall for it. Place you love only for Allah.