Sejarah Daerah Rancaekek di Bandung Timur

Notification

×

Iklan

Iklan

Sejarah Daerah Rancaekek di Bandung Timur

Jumat, 24 Desember 2021 | 12:49 WIB Last Updated 2021-12-24T05:49:23Z


NUBANDUNG
- Berdasarkan kamus bahasa sunda, Rancaekek berasal dari dua suku kata, yaitu Ranca dan Ekek. Ranca berarti Rawa, sementara Ekek berasal dari nama sebuah spesies burung yang endemik di kawasan ini yaitu burung Ekek atau nama lainnya adalah Javan Green Magpie.


Rancaekek adalah salah satu dari 31 kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Letaknya di bagian timur Kabupaten Bandung, tidak jauh dari Pintu Tol Cileunyi. 


Letak Rancaekek begitu strategis, selain berada pada lintasan jalan negara antara Bandung - Garut, Tasikmalaya, Pangandaran dan Jawa Tengah, juga berbatasan langsung dengan Kota Pendidikan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.


Kecamatan Rancaekek memiliki sebuah stasiun kereta api yang dilintasi kereta jurusan Bandung ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sarana pendidikan tersedia lengkap, mulai dari puluhan SD, belasan SMP (empat di antaranya SMPN), beberapa SMA dan SMK, dan sebuah perguruan tinggi (Al Ma’soem). Bisnis dan industri pun berkembang pesat, terutama pabrik tekstil yang berlokasi di sepanjang Jalan Raya Rancaekek. 


Sektor pertanian didominasi tanaman pangan, khususnya padi. Selain itu sebagian pesawahan makin tergusur pembangunan perumahan. Di Rancaekek telah berdiri belasan komplek perumahan, yang paling besar ialah Perumnas Bumi Rancaekek Kencana (Buraken).


Sebagaimana beberapa daerah lain di Kabupaten Bandung, Rancaekek menjadi daerah langganan banjir, sehingga mengakibatkan kerusakan pada jalan, pemukiman, industri dan pertanian. Hal lain yang menjadi ciri khas Rancaekek ialah rawan kemacetan


Kecamatan Rancaekek meliputi 13 desa dan 1 kelurahan, yaitu Bojongloa, Bojongsalam, Cangkuang, Haurpugur, Jelegong, Linggar, Nanjungmekar, Rancaekek Kulon, Rancaekek Wetan, Sangiang, Sukamanah, Sukamulya, Tegalsumedang dan Kelurahan Rancaekek Kencana.


Secara historio-geografis seperti ditulis Haryoto Kunto, dalam buku berjudul Semerbak Bunga di Bandung Raya, bahwa sekitar 6000 tahun yang lalu Bandung masih berbentuk Situ Hiang (Telaga Bandung). Ketika akhir dari Jaman batu baru (Neolitikum) barulah air Telaga Bandung ini surut. 


Meskipun begitu, di sepanjang aliran sungai Citarum (dari dulu sungai ini udah eksis) masih terdapat rawa–rawa sisa Telaga Bandung yang belum kering. Rawa-rawa dalam Bahasa Sunda disebut Ranca. Rawa–Rawa ini sekarang telah berubah menjadi perumahan, jalan raya, dan bangunan – bangunan lain. 


Oleh karena itu, kita menjumpai wilayah yang bernama Rancaekek, Rancamanyar, Rancamanyar, Rancagoong dan ranca–ranca yang lainnya. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa rancaekek dulunya adalah sebuah rawa. Diketahui juga bahwa Rancaekek dulunya adalah sebuah rawa–rawa yang sangat luas, yang menjadi tempat berkumpulnya burung Ekek.