Ummu Mahjan, Marbot Perempuan Masa Rasulullah

Notification

×

Iklan

Iklan

Ummu Mahjan, Marbot Perempuan Masa Rasulullah

Senin, 03 Mei 2021 | 02:04 WIB Last Updated 2022-09-12T03:53:12Z

Memperhatikan kebersihan menjadi tuntutan ajaran agama. Bahkan amat disukai oleh Allah. Kebersihan itu sebagian dari kesempurnaan iman kita.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Di masa hidup Nabi Muhammad Saw terdapat seorang perempuan yang biasa dipanggil Ummu Mahjan. Dia seorang perempuan kecil, berkulit hitam dan tampak lemah. Tetapi memiliki semangat dan perhatian lebih dibandingkan yang lainnya.

Perempuan yang tinggal di Madinah ini seorang miskin. Meskipun demikian dia mendapat perhatian utama dari Nabi saw. Beliau memang amat peduli kepada orang miskin dan selalu mengunjungi serta memberikan bantuan buat mereka.

Sebagai orang miskin dia tidak memiliki apa-apa yang bisa diberikan pada umat. Ummu Mahjan hanya memiliki tekad dan tenaga. Dia setiap waktu selalu bekerja membersihkan debu, atau pun dedaunan yang diterbangkan angin ke dalam masjid. Dia selalu menyapu dan membuang kotoran dan sampah sehingga masjid selalu bersih.

Dia sadar masjid merupakan tempat penting dalam Islam. Di sana tempat berkumpul para pemimpin, pahlawan dan para ulama. Masjid pun bagaikan gedung parlemen, majelis tempat bermusyawarah untuk menentukan kebijakan umat. Sekaligus tempat saling memahami, mengasihi dan tempat pendidikan sejati bagi umat saat itu.

Begitulah fungsi masjid pada zaman Rasullullah saw dan juga di zaman khulafaurrasyidin. Dan semestinya seperti itu fungsi masjid hingga tegaknya hari Kiamat. Ummu Mahjan tidak luntur semangatnya. Dia senantiasa mengerjakan aktifitas rutinnya sepanjang hidupnya. Sampai suatu ketika Nabi Saw tidak melihat kehadiran perempuan itu.

Di saat wafatnya para sahabat membawa jenazahnya setelah malam menjelang dan mendapati Nabi Saw. masih tertidur. Mereka tidak ingin membangunkan beliau, sehingga langsung mensalatkan dan menguburkannya di Baqi’.

Nabi Saw tidak tahu kalau perempuan itu sudah wafat.

Abu Hurairah meriwayatkan, nabi Saw bertanya, “Kemana Ummu Mahjan?”

Dijawab para sahabat,” Dia sudah wafat.”

“Kenapa kalian tidak memberitahukan itu kepadaku?”, beliau menegur.

Seolah-olah mereka (para sahabat) menganggap kematian Ummu Mahjan itu hal yang sepele.

Nabi saw berkata, “Tunjukan kepadaku dimana kuburnya!”

Maka mereka menunjukan kuburannya kepada Nabi saw, kemudian beliau mendatanginya dan mensalatkannya di depan kuburannya.

Setelah itu beliau bersabda, ”Sesungguhnya kuburan itu berisi kegelapan bagi penghuninya (mayit), dan Allah meneranginya bagi mereka karena aku telah menyalatkannya.”

Riwayat Ummu Mahjah tersebut mengingatkan kita bahwa betapa penting menjaga diri kita dan lingkungan sekitar untuk tetap bersih. Bahkan, syariah shalat ghaib terhadap mayat yang tidak sempat kita shalati, diawali dari meninggalnya seorang wanita salehah yang rajin membersihkan masjid.

Mengapa hal itu dilakukan Rasulullah Saw.?

Karena kebersihan lingkungan merupakan cermin dari kebersihan diri kita, dan kebersihan diri kita cermin dari kebersihan iman di dalam hati kita. Tak heran jika ada sabda Rasulullah yang mengatakan bahwa “kebersihan ialah pangkal iman”.

Karena itulah, mulai saat ini, sebagai seorang isteri, seorang anggota organisasi, sebagai mahasiswa, dan sebagai apa pun profesi kita; rajinlah membersihkan diri dan lingkungan agar kehadiran kita menjadi sumber kenyamanan orang di sekitar.