Adab Membaca Al-Quran

Notification

×

Iklan

Iklan

Adab Membaca Al-Quran

Jumat, 02 Desember 2022 | 08:23 WIB Last Updated 2022-12-02T01:23:05Z

 


NUBANDUNG.ID - “Hai orang-orang yang beriman! Betobatlah kamu kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu menutupi kesalahan-kesalahan kamu dan memasukanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS Al-Tahrim [66]: 8).


Bagaimana jika ada yang mengatakan, “Saya membaca Al-Quran setiap hari, tapi tidak ada getaran batin dan hidup saya masih begini-begini saja tidak ada perubahan apapun!” 


Adakah yang salah dengan keluhan seperti ini? Jika memang seperti itu, berarti ada dua kemungkinan penyebabnya, di antaranya yaitu:


Pertama, adanya keraguan. 


Ketika di dalam hati mengenai keutamaan membaca kitab Allah ini. Al-Quran adalah kitab yang berisi petunjuk dan kebenaran-kebenaran yang Allah sampaikan. Allah sendiri yang menegaskan kebenaran itu dan tidak ada keraguan.


“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah kitab (Al-Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raf [7]: 52).


Ketika hati tidak yakin dengan Al-Quran, ragu dengan hadis Nabi yang mengatakan keutamaan membaca dan mengamalkan kitab suci Al-Quran, maka seketika itu pula keraguan itu jadi penghalang datangnya rahmat Allah. 


Kedua, kurangnya penghormatan kepada Al-Quran. 


Al-Quran adalah kitab suci yang Allah turunkan kepada Nabi. Membacanya adalah ibadah yang berpahala di sisi Allah. Jangankan membacanya, mendengarkan orang yang membaca Al-Quran kemudian kita tidak mengerti maknanya saja itu termasuk ibadah yang bernilai menurut syariat.


Adapun adab membaca Al-Quran adalah sebagai berikut:


1. Harus dalam keadaan suci


Al-Quran adalah kitab suci, kalam Allah yang penuh hikmah, yang apabila kita membacanya dianjurkan untuk terlebih dahulu dalam keadaan suci—berwudhu. 


Namun, ada juga ijma ulama yang membolehkan membaca Al-Quran dalam keadaan najis. Akan tetapi, lebih sempurna dan utama adalah dalam keadaan suci.


2. Dibaca dengan tertib (tartil)


Sikap terburu-buru adalah datangnya dari setan. Maka dari itu, tertib atau tartil dalam membaca Al-Quran adalah lebih utama. Tertib dalam membaca, tajwidnya, dan penghayatannya. Bahkan, Nabi menegaskan, “Siapa saja yang membaca Al-Quran (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” (HR Ahmad). 


3. Dibaca dengan penuh kekhusyukkan


Rasulullah menganjurkan agar membaca Al-Quran itu sebisa mungkin harus menangis, jika tidak, minimal seakan-akan menangis. Apalagi jika kita mengerti makna dan maksud ayat yang kit abaca, itu lebih utama lagi, bahkan bisa membuat kita menangis tersedu-sedu. “Bacalah Al-Quran dan menangislah. Apabila kamu tidak menangis, maka usahakanlah seakan-akan menangis (karena ayat yang engkau baca). (HR Al-Bazzar).


4. Membaguskan suara


Rasulullah menganjurkan agar membaca Al-Quran dengan penuh seni dan dihiasi dengan suara yang baik dan merdu. “Hiasilah Al-Quran dengan suaramu.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Hakim).


5. Diawali dengan membaca “isti’adzah”


Dalam melakukan hal apapun, kita wajib meminta perlindungan dari Allah, apalagi jika hendak membaca Al-Quran. Yaitu ketika membaca ayat yang dibaca mulai dari awal surat, setelah istia’adzah kemudian membaca bismillah. Kecuali surat Al-Taubah, tanpa harus membaca bismillah, tapi cukup isti’adzah saja. 


Allah berfirman di dalam Al-Quran, “Dan jika kamu hendak membaca Al-Quran, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari (godaan-godaan) setan yang terkutuk.” (QS Al-Nahl [16]: 98).


6. Berusaha memahami artinya


Mendengarkan lantunan ayat suci Al-Quran sedangkan kita tidak paham maknanya, itu suatu ibadah dan kebaikan. Bagaimana jika kita tahu makna atau artinya dengan baik? 


Maka itu lebih baik lagi bahkan lebih utama daripada yang sekadar mendengarkan saja. “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran, ataukah hati mereka terkunci?” (QS Muhammad [47]: 24).


7. Bacaannya tidak mengganggu orang shalat


Membaca Al-Quran adalah kebaikan dan termasuk amal saleh. Maka apabila membacanya dengan suara keras sampai mengganggu orang—apalagi yang sedang melaksanakan shalat, itu tidak termasuk ibadah, karena sudah membuat gangguan pada orang lain. Sedangkan mengganggu orang lain termasuk kepada perbuatan yang zalim. 


“Ingatlah bahwasannya setiap dari kamu munajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh mengangkat surat atas yang lain di dalam membaca (Al-Quran).” (HR Abu Daud, Nasai, Baihaqi, dan Hakim).


8. Berdoa setelah membaca Al-Quran


Apa yang harus dilakukan ketika selesai membaca Al-Quran? Yang utama tentu saja ditutup dengan lantunan doa kepada Allah. Bahkan, para sahabat di zaman Nabi seringkali khatam membaca Al-Quran kemudian diakhiri dengan doa, “Semoga rahmat turun atas selesainya membaca Al-Quran!” 


Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Anan bin Malik bahwasannya apabila ia telah selesai khatam membaca Al-Quran, ia mengumpulkan keluarganya dan berdoa.” (HR Abu Daud).


Itulah beberapa adab yang sejatinya kita selalu amalkan agar bacaan yang kita baca menjadi sempurna dan berkah. Bila tidak, takutnya bacaan kita tidak sempurna dan tidak mendatangkan kebaikan dari Allah. ***(SAB)