Indonesia Resmi Resesi, Ini yang Perlu Kita Lakukan untuk Menghadapinya

Notification

×

Iklan

Iklan

Indonesia Resmi Resesi, Ini yang Perlu Kita Lakukan untuk Menghadapinya

Kamis, 05 November 2020 | 18:50 WIB Last Updated 2022-09-09T01:43:02Z


Indonesia resmi mengalami resesi ekonomi yang ditandai dengan produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal III-2020 minus mencapai 3,49 persen (year on year/yoy).

Hal itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (5/11/2020). “Dengan berbagai catatan peristiwa pada triwulan II-2020, ekonomi Indonesia kalau PDB atas dasar harga konstan kita bandingkan pada kuartal II-2019, maka ekonomi kontraksi 3,49 persen," kata Suhariyanto.

Suhariyanto menyebutkan, ekonomi Indonesia berdasarkan PDB kuartal II atas dasar harga berlaku Rp 3.894 triliun. Sementara itu, jika berdasarkan harga dasar konstan dengan tahun dasar 2010 adalah Rp 2.720,6 triliun. Pengeluaran secara tahunan (year on year/yoy) memperlihatkan semua komponen mengalami kontraksi. Konsumsi rumah tangga mencatatkan penurunan paling dalam. Dalam situasi pandemi virus corona ini, Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengalami resesi.

Sebelumnya, sejumlah negara telah mengalami resesi, di antaranya Amerika Serikat, Singapura, Korea Selatan, dan beberapa negara lainnya.

Indonesia Resmi Resesi Dengan situasi resesi ekonomi, apa yang perlu kita ketahui dan apa dampaknya? Pengertian resesi ekonomi Mengutip Forbes, resesi memiliki makna penurunan aktivitas ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Indikator resesi bisa dilihat dari beberapa hal berikut ini: Penurunan PDB Merosotnya pendapatan riil Jumlah lapangan kerja menurun Penjualan ritel dan terpuruknya industri manufaktur.

Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, seperti diberitakan Kompas.com, 24 Oktober 2020, menjelaskan, secara teoritis, suatu negara dikatakan resesi salah satunya karena pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut berada pada nilai minus. Indikator lain terjadinya resesi suatu negara adalah pada inflasi dan nilai kurs.

Seperti dikutip laman kompas.com, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, resesi ekonomi dapat diartikan sebagai tekanan ekonomi pada sektor keuangan atau riil. Tanda dari resesi ekonomi, misalnya, munculnya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang berlanjut dan merata pada banyak sektor.

"Mau perdagangan, transportasi, properti, sampai ke industri akan melakukan efisiensi pekerja untuk tekan biaya operasional," kata Bhima, Rabu (23/9/2020).

Dampak lain yang terjadi adalah menurunnya daya beli masyarakat karena mereka kehilangan pendapatan. Produksi atas barang dan jasa juga bisa merosot saat resesi. Hal ini dapat berimbas pada menurunnya PDB nasional. Jika tak diatasi, bisa menimbulkan efek domino di kalangan masyarakat karena bisa menyebar ke banyak sektor.

Misalnya, macetnya kredit perbankan hingga inflasi sulit dikendalikan atau berpotensi terjadi deflasi. Menghadapi resesi Ada sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi resesi. Menurut peneliti Indef, Nailul Huda, beberapa hal ini bisa dilakukan masyarakat saat menghadapi resesi:

Mengubah pola konsumsi dari konsumsi tersier ke konsumsi primer Memperbanyak tabungan untuk menghadapi krisis ekonomi (bagi yang masih ada penghasilan)

Membuka usaha baru, misalnya melalui layanan daring (online) bagi orang yang sudah kena PHK Sementara, pemerintah bisa mempersiapkan jaring pengaman sosial untuk masyarakat terdampak.

Artikel ini dikutip dari Kompas.com dengan judul "Indonesia Resmi Resesi, Ini yang Perlu Kita Tahu soal Resesi dan Dampaknya",

Penulis : Nur Rohmi Aida
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary