Resensi Buku: Gerbang Memasuki Kajian Budaya Pop

Notification

×

Iklan

Iklan

Resensi Buku: Gerbang Memasuki Kajian Budaya Pop

Minggu, 14 Maret 2021 | 19:22 WIB Last Updated 2022-09-09T01:42:58Z

Cultural studies bukanlah sekumpulan teori dan metode yang monolitik. Ia senantiasa membentangkan wacana kajian yang terus merespon kondisi sosial politik dan mangikuti laju historis. Uniknya lagi cultural studies selalu ditandai dengan aneka perdebatan, ketidaksetujuan, dan intervensi hingga memunculkan kajian-kajian budaya kontekstual. Setiap “artikulasi” budaya dalam perspektif cultural studies acap kali didefinisikan secara politis ketimbang secara estetis.

Buku ini ditulis untuk menghantarkan mahasiswa dan pembaca yang tengah malar rindu atau jatuh cinta pada bidang kajian budaya pop kontemporer. Selain itu, dalam buku ini juga pembaca akan menemukan peta perkembangan cultural studies secara teoritis dan metodis tatkala menguliti aneka soal yang berkaitan dengan budaya pop.

Ketersediaan landasan teori dan metode untuk para peminat yang baru menerjunkan diri pada bidang ini menjadi semacam penghilang haus akan kedahagaan epistemologis disiplin ilmu. Sebab, tanpa kedua hal itu (teori dan metode) kita tidak akan memiliki landasan berpijak sehingga setiap produksi budaya pop kontemporer disantap tanpa menyertakan daya kritis.

Maka, bagi para peminat cultural studies mengetahui dasar-dasar teori dan metode adalah sebuah keniscayaan, karena setiap budaya pop kontemporer membawa pesan ideologis sebagai konsep sentral dalam cultural studies. Ketika budaya terartikulasi, akan menciptakan “aksen” yang beragam oleh orang yang berbeda dalam konteks yang berbeda dan untuk tujuan politik yang berbeda. Wilayah produksi dan distribusi dalam budaya pop kontemporer sarat dengan pergumulan ideologis, di mana sebuah hegemoni dimenangkan atau kalah.

Sebab, dalam perspektif cultural studies terdapat proses dialektika antara artikulasi (produksi) budaya dengan aktivitas konsumsi. Menyangkal pasivitas konsumsi bukan berarti menampik kedangkalan konsumsi pasif, melainkan mengurai benang kusut bahwa budaya pop merupakan budaya yang terdegradasi untuk meraup keuntungan dan menjamin kontrol ideologis. Perkara ini mestinya ditelisik secara mendalam dengan kewaspadaan dan kehati-hatian terhadap detail-detail produksi, distribusi dan konsumsi budaya (hlm 6-7).

Ketiga detail (produksi, distribusi dan konsumsi budaya) di atas tentunya mesti dijadikan pusat perhatian oleh para pengkaji budaya pop. Hal itu untuk mengurai keterhijaban antara peristiwa budaya dan makna pesan teks yang sampai ke khalayak ramai. Di sini, akan terlihat penciptaan-penciptaan kelas bagi masyarakat yang mengkonsumsi salah satu produk budaya pop. Eksistensi musik pop, umpamanya, tidak bisa melepaskan diri dari latar belakang penikmatnya dan pengaruh ideologi politik, keuntungan ekonomi, dan kolonialisasi budaya yang dilakukan para pencipta budaya pop.

Budaya pop kontemporer untuk konteks saat ini dapat disaksikan dari aneka media populer seperti Televisi, karya fiksi, Film, Musik Pop, surat kabar dan majalah yang sangat berkaitan erat dengan konsumerisme. Televisi keberadaannya tidak bisa dipisahkan dari proses encoding, deconding dan muatan-muatan ideologi massa . Karya fiksi pun menuai imbas. Ia sering kali memuat bahasan-bahasan ideologi, pembacaan simptomatik, formasi dan fiksi romantis.

Bahkan Film, surat kabar dan majalah juga memiliki permasalahan yang relatif sama dengan fiksi dan televisi yang tak bisa melepaskan diri dari ideologi massa . Maka, kajian budaya pop sebetulnya merupakan sebentuk pengulitan wujud terdalam dari praktik konsumsi sehari-hari yang berisi bahasan tentang selera yang dapat menggerus masyarakat pada kubangan konsumerisme buta.

Buku ini dilengkapi dengan pelbagai kerangka teori konsumsi, wacana subkultural, kegemaran pasar, dan aktivitas belanja. Tanpa melebih-lebihkan, saya pikir buku ini laiknya samudera lautan luas yang membutuhkan keuletan, ketelatenan, dan ketenangan ketika mengarungi lembar demi lembar buku ini. Namun, dengan membaca secara cermat, sebetulnya kita sedang berusaha membikin sebuah perahu untuk mengelilingi luasnya kajian budaya pop yang pasti akan terus berubah dan memperluas objek kajiannya.

Dengan demikian, lengkap dan komplit rasanya jika kita membaca halaman per halaman dari buku karya John Storey yang diterbitkan oleh penerbit Jalasutra dengan judul: Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Semoga saja dengan kehadiran buku ini khazanah keilmuan bangsa tercerahkan sehingga dapat memahami dan mengkritisi “misi tersembunyi” dibalik produk budaya pop yang jarang ditanggapi secara kritis oleh konsumen budaya.***

Judul Asli : Cultural Studies and The Study of Popular Culture: Teori and Methods

Judul Terjemahan : Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop

Penulis : John Storey

Penerjemah : Laily Rahmawati

Penerbit : Jalasutra, Bandung & Yogyakarta

Cetakan : I, Januari 2007

Tebal : xii + 186 hlm