Tetangga, Bangsa Bahagia dan Sejahtera

Notification

×

Iklan

Iklan

Tetangga, Bangsa Bahagia dan Sejahtera

Sabtu, 29 Mei 2021 | 08:43 WIB Last Updated 2022-09-12T03:53:11Z


Bertetangga di desa dengan di kota memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Di desa hidup bertetangga lebih egaliter, lebih sosial, mengedepankan persaudaraan, sedikit iri dan dengki. Berbeda dengan di kota, dinding pagar rumah pun saling menjulang. Hingga, dengan tetangga sebelah pun tidak saling kenal.

Ketika terjadi musibah, tetangga tidak mengetahuinya, bahkan tak mau tahu. Islam mengajarkan etika hidup bertetangga. Bertetangga adalah sebuah keharusan. Sebagai manusia sosial, kita tidak bisa hidup sendiri. Jangan sampai hidup bertetangga menjauhkan kita dari surgaNya.


Padahal, surga adalah tujuan hidup manusia di dunia ini. Allah Swt menggambarkan pergaulan hidup bertetangga dalam satu wilayah dengan qaryah tayyibah, sebuah kampung atau wilayah yang baik. Dengan kebaikannya itu menjadi jalan keselamatan dunia dan akhirat bagi penghuninya. Konsep qaryah tayyibah ini merupakan awal bagi sebuah baldatun tayyibatun wa robbun ghafur, Negeri yang baik dengan Rabb Yang Maha Pengampun.


Sebuah negeri akan makmur, sejahtera dan maju bila masyarakat yang ada di setiap qaryah itu menjalankan syariat Islam secara sungguh-sungguh dan menyeluruh. Ini bisa ditandai dengan baik tidaknya hidup bertetangga dalam satu qaryah. Salah satu sikap berbuat baik terhadap tetangga adalah jangan bertindak diskriminatif.


Memuliakan tetangga tidak melihat apa agama, suku, status sosial, atau status ekonomi. Terlebih dalam Islam, tidak ada manusia yang unggul, yang ada adalah manusia yang beriman atau tidak. Kerahmanan Allah Swt terhadap semua makhuknya mesti diikuti pula oleh umatNya.


Sebab, ketakwaan seorang mukmin ditandai dengan bagaimana ia bisa bersikap sama terhadap sesama manusia dan lingkungan. Contoh terkecil bagaimana seorang mukmin berakhlaqul karimah atau tidak dalam sebuah qaryah adalah dengan bagaimana ia memperlakukan tetangganya.


Bila ia memperlakukan tetangga dengan baik, maka ia akan mendapat manisnya keimanan. Manisnya keimanan terkadang bisa diteguk dari berbagai akhlak terhadap sesama yang sangat dekat dengan keseharian kita. Bertetangga, memuliakan tamu dan menjaga kebersihan memang terlihat sangat mudah.


Tetapi tidak semua orang bisa mengamalkannya. Padahal, bila keduanya diamalkan dengan bersungguh-sungguh maka pahalanya sangat besar dan bermanfaat bagi banyak orang dalam jangka waktu yang panjang. Hidup bertetangga memang gampang-gampang susah, setidaknya kita tidak menjadi tetangga yang menyebalkan, maka muliakanlah tetangga kita.