Blogaholic, Alcoholic dan Bookaholic

Notification

×

Iklan

Iklan

Blogaholic, Alcoholic dan Bookaholic

Rabu, 02 Juni 2021 | 08:14 WIB Last Updated 2022-09-09T01:42:34Z


Istilah blogaholic memang jarang kita dengar. Berbeda dengan alcoholic. Terma alcoholic di dunia terapeutik mengacu pada kebiasaan mendarah daging meminum minunam beralkohol. Satu lagi istilah yang sering kita dengar. Bookaholic? Yakni kegilaan seseorang terhadap buku. Dalam bahasa Indonesia orang semacam ini kerap disebut dengan “kutu buku”. 

Kebiasaan sehari-harinya tak bisa melepaskan diri dari aktivitas membaca. Hebatnya lagi, mereka rela berburu buku yang belum dikoleksi hanya demi memuaskan dahaga intelektual. 

Dua istilah itu – alcoholic dan bookaholic – merupakan wujud dari kecintaan umat manusia terhadap sesuatu hal. Bedanya, kalau alcoholic mencandui air minum yang memabukkan. Sedangkan, bookaholic mencandui buku-buku bacaan. Tak heran jika tradisi literasi kaum bookaholic sangat tinggi banget. Saking tingginya, setiap isi pembicaraan selalu menyertakan landasan teoritis dari pelbagai pemikir dan penulis buku.

Lantas, bagaimana dengan seorang blogaholic? Para penggila blog ini sampai ada yang rela menyisihkan waktu istirahatnya untuk mengisi konten weblog. Bahkan, ini katanya, lho, alias masih simpang siur beritanya. Ada di Amerika Serikat seorang blogger yang tangannya buntung. Dengan keseringan ngeblog di dunia cyber ia jadi tidak ingat bahwa tangannya telah hilang. 

Hebatnya lagi, orang yang memotong tangannya itu adalah istrinya sendiri. Ia merasa cemburu kepada weblog bikinan suaminya. Hubungan sang blogger malang itu tercurahkan untuk weblog kesayangannya. Sementara, sang istri terabaikan.

Berbeda dengan Kevin Rose. Ia, karena terlalu menggilai dunia maya, diputuskan oleh tunangannya. Uang untuk membeli rumah setelah mereka menikah nanti, digunakan untuk membiayai pembangunan situs www.digg.com. Sungguh dahsyat, website yang dibangunnya itu ditaksir dengan harga miliaran dollar AS. Keuntungan yang berlipat-ganda untuk seorang pemuda yang baru menginjak usia kepala tiga.

Terminologi Blogaholic mengacu pada kegilaan seseorang terhadap weblog. Mereka kecanduan untuk terus menerus mengelola weblognya, baik di web hosting berbayar atau yang masih gratisan. Ketika mereka tidak pergi ke dunia cyber barang satu hari saja, kegelisahan akan menyelimutinya. Sehingga muncul perilaku patologis yang keluar dari kebiasaan umum. Malas berkomunikasi, tak mampu berpikir, dan malas melakukan interaksi. 

Dalam benaknya, kalau tidak berada di depan komputer yang terakses internet, hidup serasa tak komplit. Seperti halnya, seorang alcoholic yang satu hari saja tidak menemukan minuman keras. Atau posisinya sama dengan seorang bookaholic yang akan merasa buntu pikiran dan gelisah ketika tidak membaca.

Nah, untuk konteks Indonesia, bisa dibilang akan ada blogaholic. Sebab, Jumlah pengguna internet di Indonesia hingga kuartal II/2020 mencapai 196,7 juta atau 73,7 persen dari populasi. Jumlah ini bertambah sekitar 25,5 juta pengguna dibandingkan tahun lalu. 

Dan, so pasti dong, dari jumlah tersebut, ada jutaan pengguna yang mengidap gejala blogaholic.

Bagaimana dengan anda? Apakah merasa betah ketika berada di depan komputer yang terkases ke dunia maya? Ataukah biasa-biasa saja? Kalau anda merasa ketagihan dengan dunia internet –- khususnya aktivitas blogging (ngeblog) – jangan-jangan anda akan menjadi seorang blogaholic

Awas, meskipun kita senang ngeblog jangan sampai melupakan sisi kemanusiaan kita. Di sekitar realitas sosial masyarakat kita terhampar kesenjangan. Maka, untuk menyiasati keterputusan rasa bersosial kita adakanlah kegiatan kopdar (temu-jumpa) untuk para blogger. Tujuannya, agar kita tidak mengidap “autisme sosial” yang sedemikian akut.

Lebih hebat lagi kalau ngeblog bisa mengantarkan posisi kita seperti Kevin L Rose si pembangun situs www.digg.com yang menaikkan harkat hidup ke arah lebih baik. Bagaimana untuk blogger Indonesia? Saya rasa dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sedemikian pesat, ada secercah cahaya perbaikan hidup buat para blogger ke depan. Mudah-mudahan kemajuan zaman ini bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi perekonomian bangsa.

Alhasil, blogaholic tidak sekadar asyik ngeblog tanpa melakukan upaya perbaikan buat Negara ini. Ke depannya, mungkin harus ada pameran blog se-Jawa Barat, Se-Jawa Timur, Se-Jakarta atau se-Indonesia raya. Seperti halnya para bookaholic yang mengadakan pameran-pameran buku di daerahnya. Salam blogger!