Kalipah Apo, Sosok Di Balik Nama Jalan di Kota Bandung

Notification

×

Iklan

Iklan

Kalipah Apo, Sosok Di Balik Nama Jalan di Kota Bandung

Selasa, 22 Juni 2021 | 10:41 WIB Last Updated 2021-06-22T03:41:21Z


NUBANDUNG
- Selama kurang lebih tiga dekade, Jalan Kalipah Apo telah dikenal masyarakat Kota Bandung. Jalan ini merupakan kawasan yang menjual perlengkapan rumah tangga dengan harga murah. Sejak akhir 1980-an, mulai muncul toko perabot rumah tangga di Jalan Kalipah Apo. Hingga sekarang, ada delapan toko di jalan sepanjang 450 meter dan lebar 6,67 meter itu, serta pertokoan lain.


Selain itu, Jalan Kalipah Apo juga tersohor karena terdapat kuliner lotek yang sudah ada sejak 1953, Lotek Kalipah Apo. Akan tetapi, Kalipah Apo bukan sekadar kawasan perdagangan. Lebih dari itu, Kalipah Apo memiliki riwayat penting bagi Kota Bandung.


Nama Kalipah Apo terdengar unik sebagai nama jalan. Ternyata, nama itu merupakan julukan bagi wakil penghulu Bandung bernama Raden Haji Moehamad Soe’eb. Kalipah berarti khalifah. Julukan tersebut disematkan kepada Moehamad Soe’eb setelah dia diangkat sebagai penghulu Kabupaten Bandung. Saat itu, Kota Bandung masih berstatus kabupaten, tepatnya pada 1890. Hal itu diberitakan media Eropa, De Locomotief, edisi 21 November 1890.


Sementara itu, penghulu besar saat itu disandang oleh PHH Mustofa yang kini namanya juga diabadikan sebagai nama jalan di Kota Bandung. Kalipah Apo juga dikenal sebagai mertua dari C Snouck Hurgronye, sarjana teologi Belanda yang mendalami Islam, tetapi kemudian dianggap sebagai pengkhianat karena merupakan mata-mata kolonial.


Kalipah Apo merupakan keturunan Penghulu Bandung. Bapaknya, Raden Haji Muhammad Nasir adalah Penghulu Besar Bandung, sedangkan ibundanya merupakan anak Raden Haji Abdurrachman yang juga Penghulu Besar Bandung. Kiprah Kalipah Apo, yang kala itu disebut berasal dari golongan menak kaum, tidak hanya sebatas sebagai wakil penghulu, tetapi sebagai ulama. Kalipah Apo juga berperan tidak hanya dalam pengajaran ilmu agama, tetapi juga hal-hal teknis seperti cara bertani.


Dalam penelitian yang dilakukan oleh PSJ van Koningsveld dalam buku Snouck Hurgronje dan Islam yang terbit pada 1989, disebutkan bahwa Kalipah Apo dianggap sebagai juru tembang Sunda terbaik. Ia bertakbir di Masjid Agung Bandung pada saat Lebaran. Di samping itu, ia merupakan pengungkap lagu rakyat Sunda termasuk lagu-lagu percintaan. Kalipah Apo adalah guru seni tembang Sunda. Anak-anak perempuan datang ke rumahnya minta diajarkan nembang.


Setelah Kalipah Apo meninggal dunia, dalam siaran radio NIROM antara 1935-1936, karya-karya Kalipah Apo masuk dalam jadwal untuk disiarkan. Dalam jadwal NIROM yang dimuat Bataviaasch Nieuwsblad edisi 24 November 1935 disebutkan beberapa karya dari Kalipah Apo, yaitu "Laut Kidul", "Guguritan Kaduhung Pipisahan", dan "Guguritan Tangkal Cau" yang sempat dimuat dalam Volksalmanak Soenda 1920.


Belum diketahui, apa nama yang digunakan sebelum ditetapkan sebagai Jalan Kalipah Apo. Akan tetapi, ada catatan bahwa pada masa kolonial, jalan itu sempat disebut Kalipah Apoweg. Itu berarti, nama Kalipah Apo sudah dipakai sebagai nama jalan sejak masa kolonial, tetapi kemungkinan setelah Kalipah Apo atau Moehamad Soe’eb meninggal dunia.