Tiga Amanah Prof. Surya Bagi Guru Berkarakter dan Berkepribadian

Notification

×

Iklan

Iklan

Tiga Amanah Prof. Surya Bagi Guru Berkarakter dan Berkepribadian

Jumat, 03 September 2021 | 21:46 WIB Last Updated 2022-09-09T01:42:14Z


Oleh: Dr. Dudung Nurullah Koswara, M.Pd,
Dewan Pembina PGRI.


 

Prof. Surya adalah mantan Ketua Umum PB PGRI yang melegenda. Ia identik dengan jasanya  meningkatkan kesejahteraan guru Indonesia. Ia adalah “Pahlawan Sertifikasi” berkat jasa perjuangannya lebih dari 1,5 juta guru di Indonesia mendapatkan tunjangan profesi guru (TPG).


Hasil perjuangan Prof. Surya pada peningkatan kesejahteraan guru Indonesia adalah fakta sejarah. Melalui wadah perjuangan PGRI akhirnya pemerintah “mengabulkan” amanah UURI No 14 Tahun 2005 terkait tunjangan profesi sebagai “hak” guru yang sudah tersertifikasi.


Kita kadang lupa sisi lain dari pesan moral Prof. Surya. Selain Beliau benar-benar memperjuangkan nasib dan martabat guru dari segi finansial.  Beliau pun berusaha memperjuangkan martabat guru dari sisi yang lain. Sisi apa?


Sisi personalitas dan karakter guru. Tentu Prof. Surya punya beban moral mengajak semua guru Indonesia agar terus bertumbuh lebih baik dan membaik. Terutama harus dan wajib menjadi teladan bagi anak didik dan publik.


Dari sejumlah pesan moral edukatif Prof. Surya, Saya coba paparkan tiga pesannya.  Pertama  Ia mengajak para guru pria untuk tidak merokok. Merokok bagi sosok guru menurutnya tidak elok. Guru sejatinya terlihat sehat dan menyehatkan tanpa asap rokok.


Guru tidak boleh merokok adalah hal yang sulit. Apalagi bagi guru perokok berat. Faktanya bukankah di sejumlah sekolah masih ada guru-guru yang suka merokok? Ini tentu tak mudah, apalagi bila kepala sekolahnya adalah perokok berat.


Kedua Ia mengajak agar setiap guru pria setia pada istrinya. Setiap guru pria harus cukup satu istri. Beliau mengajak para guru pria setia pada pasangannya. Membangun sebuah keluarga penuh cinta dan harmonis sampai akhir hayat adalah harapan Prof. Surya. Ini pun tentu tak mudah.


Nampaknya Prof. Surya sangat tidak menghendaki ada guru poligami atau menyia-nyiakan istrinya.  Prof. Surya mengajak setiap guru pria jadi pria sejati, bukan pria buaya. Ajakan beliau ini mungkin terkait kehormatan guru akan lebih baik bila tidak poligami. Setia jauh lebih terhormat.


Ketiga menjadi guru menurut Prof. Surya harus terus belajar dan belajar. Setidaknya jangan jadi “Sarjana Pohon Pisang”.  Sarjana Pohon Pisang adalah sarjana yang kurang pembelajar. Guru pembelajar bagi Prof. Surya diantaranya harus banyak membaca dan menulis.


Pohon pisang itu hanya satu kali berbuah. Menjadi guru jangan hanya satu kali menulis serius dalam bentuk skripsi. Tapi teruslah belajar, membaca dan menuangkan tulisan seputar pendidikan dan anak didik. Prof. Surya mengajak setiap guru belajar menulis.


Prof. Surya adalah teladan. Ia mengajak dan memberi contoh. Ia tidak merokok. Ia setia pada istri tercinta. Ia pun menulis puluhan buku dan selalu menulis di media massa. Ia adalah pembelajar sejati. Ia selalu memanfaatkan waktu untuk menulis. Bahkan saat sakit pun beliau menulis.


Hal yang sangat membuat Saya terharu terkait “perintahnya” pada semua guru agar belajar dan belajar. Ia sebelum menghembuskan nafas terakhirnya memberikan setumpuk buku kepada Saya di rumah sakit, saat Ia terbaring lemah. Ini kode agar semua guru Indonesia belajar dan terus belajar.


Mari entitas guru Indonesia setidaknya tiga amanah Prof. Surya kita coba laksanakan. Tidak merokok, setia pada istri dan menguatkan literasi kita. Bisa? Harus bisa walau pun semua pria punya sifat “eksplorator” dalam hidupnya.