Maksa Tapi Memotivasi Warga Divaksinasi

Notification

×

Iklan

Iklan

Maksa Tapi Memotivasi Warga Divaksinasi

Sabtu, 16 April 2022 | 10:46 WIB Last Updated 2022-04-16T03:48:20Z


Oleh: RISANG RIMBATMAJA, Ahli Komunikasi UNICEF Indonesia

NUBANDUNG.ID - Sebuah tim peneliti menceritakan satu daerah memiliki cakupan vaksinasi COVID-19 dosis 1 yang cukup tinggi, lebih dari 80%. Namun, capaian dosis 2 apalagi booster, menurun jauh.


Mempelajari lapangan, mereka dapati tingginya dosis 1 terkait syarat admin di desa. Kalau mau mendapat bantuan sosial, mesti sudah divaksin. Kalau mau urus surat-surat pun demikian.


Begitu aturan tak berlaku, permintaan dosis 2 apalagi booster, menurun jauh.


Ini perilaku formalitas.


Melakukan karena tak mau kena denda atau kehilangan dana, dihukum atau lain sejenisnya. Bukan karena pemahaman dan sikap positif melindungi diri dan keluarga.


Intervensi perubahan perilaku seperti di atas disebut sebagai enforcement. Sementara, yang menggunakan rekayasa fisik atau lingkungan adalah engineering. Kalau karena dialog atau pembelajaran untuk menghasilkan perilaku sukarela disebut education. Ketiganya diringkas 3E.


Dalam kasus vaksinasi, apakah enforcement kurang pas?


Tidak juga. Yang lebih tepat, tidak cukup.


Pengalaman lapangan memperlihatkan 3E mesti dikombinasi.


Sebagai contoh, di awal kampanye Vaksin COVID-19. Tim Relawan Satgas Peduli COVID-19 NU Demak melakukan berbagai macam edukasi untuk mengajak warga, terutama lansia. Di sejumlah desa mereka masuk ke majelis taqlim, mobil edukasi keliling, door to door, dan lain-lain. Namun, hasilnya nihil.


Bahkan, pihak Puskesmas membentuk dua tim vaksinasi. Satu menjaga di sarana kesehatan. Satunya lagi bergerak dari desa ke desa. Tapi tetap tak ada yang mau.


Sampai kemudian pihak desa memberlakukan aturan vaksin sebagai syarat admin. Mereka yang terkait aturan terpaksa mengambil vaksin.


Warga lain ternyata memperhatikan.


Setelah melihat tidak terjadi apa-apa, berbondong-bondonglah warga mereka meminta divaksinasi. Bukan hanya dosis 1, permintaan berlanjut di dosis 2. Bahkan, permintaan booster pun tinggi.


Ternyata edukasi memberi pemahaman dan menghasilkan semacam niat tapi tak sampai ke perilaku karena warga ingin bukti vaksin itu aman. Enforcement menyediakan salah satu bukti (ada bukti lain yang akan disampaikan tulisan berbeda). Niat pun menjelma jadi perilaku.


Di daerah lain, edukasi berlangsung pasca-enforcement, yaitu dengan memanfaatkan orang yang sudah (terpaksa) divaksinasi sebagai bahan promosi. Sebagai bukti bahwa vaksin itu aman.


Mau sebelum atau sesudah, memang yang penting kombinasi.


Enforcement + 0 = Perilaku formalitas
Enforcement + Education = Perilaku berkesinambungan