NUBANDUNG.ID – Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dr Iu Rusliana, MSi yang juga penulis buku “Mudahnya Menulis Ilmiah” mengatakan bahwa dalam membuat suatu karya tulis, perlu motivasi yang kuat dan memahami cara menulis yang praktis.
Tujuannya tentu saja agar penulisan tersebut, baik tulisan di jurnal ilmiah, buku, maupun artikel populer di media massa, bisa berjalan dengan lancar.
”Keinginan saja tidak cukup untuk menulis, perlu adanya upaya ataupun motivasi, tanpa adanya motivasi tersebut, menulis itu akan menjadi omong kosong,” ucap Iu Rusliana dalam bedah buku ke-26 Kaffa Institute yang berjudul “Mudahnya Menulis Ilmiah” belum lama ini.
Buku yang terbit pada Februari 2022 tersebut berisikan seputar motivasi bagi orang-orang yang sedang meminati dunia tulis-menulis, termasuk tulisan ilmiah.
Kenapa motivasi menulis itu penting, kata Iu Rusliana, karena dengan motivasi itulah biasanya orang dapat membuat target berapa tulisan yang dihasilkan, misalnya, dalam satu tahun.
”Hanya kita yang harus memotivasi diri kita, maka di situlah pentingnya menciptakan mood, menciptakan suasana yang menyenangkan untuk menulis,” ujar Kepala Pusat Pengembangan Standar Mutu UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini.
Iu Rusliana dalam buku tersebut memaparkan bahwa memotivasi diri sendiri untuk menulis sangat berkaitan sekali dengan niat, pelaksanaan, dan konsistensi dari penulis.
Dosen kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, ini lantas mengungkapkan bahwa banyak penulis hebat dan penulis rajin. Namun, mereka terus menghilang entah ke mana. Oleh karena itu, membangun motivasi dan konsistensi dalam menulis itu sangat penting dipahami serta dilakukan.
Sesuatu yang mudah
Dalam memotivasi diri, penulis harus menciptakan imajinasi dalam pikiran bahwa menulis itu, termasuk karya tulis ilmiah, merupakan suatu aktivitas yang mudah.
”Jadi, sesuatu yang kalau kita pikirkan itu mudah, biasanya mudah, nah sebaliknya kalau sudah berpikir susah ya enggak bisa jalan (menulis),” katanya.
Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah ini menyampaikan dalam buku tersebut, tulisan itu, baik artikel, buku, dan jenis lainnya, bisa menjadi jejak kebaikan.
Dengan menuangkan gagasan dan ilmu ke dalam bentuk tulisan, maka penulis akan terus diingat dan dikenang oleh banyak orang, bahkan oleh dari seluruh dunia.
”Kalau bapak ibu semuanya nulis hari ini, maka 100-200 tahun yang akan datang orang masih akan bisa kok mengecek nama bapak ibu sekalian. Kenapa? Karena sudah terdokumentasikan, terdigitalisasi,” ujar Iu Rusliana.
Iu Rusliana mengatakan, menulis juga menjadi bagian dari merayakan kebodohan diri sendiri dalam menyadarkan diri bahwa di dalam diri terlalu banyak kekurangan.
Hal itu penting dipahami dengan tujuan agar penulis bisa mengevaluasi dirinya sendiri dan belajar menjadi lebih baik lagi, termasuk ketika ada yang menghina tulisan tersebut.
”Jadi, kalau ada orang yang kemudian menghina tulisan Anda atau mengejek tulisan Anda jelek, senyumin saja, cuek sajalah,” ungkap Iu Rusliana.
Mantan redaktur salah satu surat kabar ibu kota ini memberikan motivasi bahwa menulis menjadi sarana menyampaikan sebuah gagasan dan ide agar dibaca banyak orang.
”Gagasan itu dibuat pada saat kita membangun perspektif, bisa ada emosionalnya dan sudut-sudut lainnya. Oleh karena itu, tidak perlu khawatir soal seperti apa tulisan kita itu karena yang penting tidak mengandung sara dan tidak merugikan pihak lain,” pungkasnya.***
(Firman Katon)