Biografi KH Ahmad Sanusi, Ajengan Genteng dan Pahlawan Nasional dari Sukabumi

Notification

×

Iklan

Iklan

Biografi KH Ahmad Sanusi, Ajengan Genteng dan Pahlawan Nasional dari Sukabumi

Kamis, 17 November 2022 | 13:00 WIB Last Updated 2022-11-17T06:00:51Z


NUBANDUNG.ID
- KH Ahmad Sanusi adalah salah satu pejuang, ulama, dan tokoh bangsa dari daerah Jawa Barat yang diberi gelar pahlawan nasional. 


Dikutip dari laman setkab.go.id, pemberian gelar pahlawan nasional kepada KH Ahmad Sanusi antara lain karena beliau merupakan salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). 


KH Ahmad Sanusi menjadi tokoh Islam yang turut memperjuangkan dasar negara Pancasila, terutama ketika terjadi konflik pada penentuan sila pertama. Berkat jasa-jasanya saat itu, perdebatan mengenai ideologi negara yang terbagi menjadi negara Islam dan negara sekuler dapat mencapai jalan tengah dengan lahirnya ideologi Pancasila. 


KH Ahmad Sanusi lahir di Sukabumi, 18 September 1889. Beliau merupakan putra dari Ajengan Haji Abdurrahim bin Yasin. Sebagai putra dari seorang kiai, KH Ahmad Sanusi belajar mengenai ilmu-ilmu Islam sejak ia masih kecil dan mengaji di beberapa pesantren di Jawa Barat. 


Ketika berusia 20 tahun, KH Ahmad Sanusi menikah dengan Siti Juwariyah. Selepas menikah, KH Ahmad Sanusi dikirim ayahnya pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu agama. 


Sewaktu di Mekah, beliau juga sempat mendapatkan gelar sebagai Imam Besar Masjidil Haram. Sekembali ke kampung halaman, KH Ahmad Sanusi lantas membantu sang ayah mengajar di Pesantren Cantayan. 


Pada tahun 1915, beliau diminta oleh salah seorang kawan untuk menjadi penasihat Sarekat Islam Sukabumi. KH Ahmad Sanusi sempat menerima tawaran tersebut, namun tidak berlangsung lama karena tidak setuju dengan sistem sentralisasi dianut oleh Sarekat Islam. 


Beliau menginginkan dana dari anggota Sarekat Islam tidak semuanya diserahkan ke pusat, tetapi juga dibagi ke daerah-daerah. Sayangnya usilan tersebut ditolak. 


Pada tahun 1922, KH Ahmad Sanusi kembali fokus dalam bidang pendidikan dan berdakwah dan mendirikan pesantren di Kampung Genteng. Berkat pesantren tersebut, KH Ahmad Sanusi mendapat julukan "Ajengan Genteng". 


Perjuangan dan Kontribusi KH Ahmad Sanusi Sewaktu menjadi anggota Sarekat Islam, KH Ahmad Sanusi sempat menarik perhatian karena dianggap memberi inspirasi untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. 


Belanda mendapat laporan adanya sejumlah warga di wilayah Priangan Barat melanggar perintah pamong desa setelah mengikuti pengajian KH Ahmad Sanusi. Sejak saat itu, beliau mulai dianggap sebagai ajengan yang anti-pemerintah dan gerak-geriknya diawasi oleh pihak Belanda. 


Fitnah yang dilakukan pihak Belanda kemudian membuat KH Ahmad Sanusi sempat dipenjara di Sukabumi dan Cianjur, masing-masing selama enam dan tujuh bulan. 


Pada tahun 1927, atas perintah Gubernur Jenderal ACD de Graeff, KH Ahmad Sanusi dipindahkan ke tahanan di Tanah Tinggi, Batavia. Setelah bebas pada 1934, KH Ahmad Sanusi kembali ke Sukabumi dan tinggal di Gunung Puyuh, serta mendirikan Pesantren Syamsul Ulum. 


Pada tahun 1944, tepatnya saat Jepang masuk ke Indonesia, beliau diangkat menjadi Foku Shuchohan atau Wakil Residen di wilayah Bogor. Setelah itu, KH Ahmad Sanusi diangkat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). 


Salah satu pemikiran KH Ahmad Sanusi adalah mengusulkan bentuk negara jumhuriyah atau republik. Peran penting KH Ahmad Sanusi dalam BPUPKI adalah ketika beliau menjadi penengah saat terjadi konflik mengenai sila pertama dalam rumusan dasar negara. 


Selanjutnya, saat revolusi berkecamuk, KH Ahmad Sanusi juga bergabung menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Beliau turut pindah ke Yogyakarta tahun 1946 dan baru kembali ke Sukabumi ketika perang berakhir. 


KH Ahmad Sanusi tutup usia pada 31 Juli 1950 dan dimakamkan di Gunung Puyuh.