Polemik Maronier dan Thijs mengenai kriman pos ke sekitar Merdika dan Dago tahun 1905. Dalam polemik itu, kata Dagoweg mulai digunakan. Sumber: De Preanger-bode, 5 dan 10 Juni 1905.
Oleh. ATEP KURNIA
NUBANDUNG.ID - Sepanjang yang saya ketahui, buku paling lama yang memuatkan nama-nama jalan di Kota Bandung adalah Reisgids voor Bandoeng en Omstreken met Garoet (1898) susunan R. Brons Middel. Buku setebal 67 halaman ini diterbitkan De Vries & Fabricius atas nama Vereeniging tot Nut van Bandoeng en Omstreken. Bukunya sendiri baru selesai dicetak akhir Agustus 1898 dan dipasarkan seharga f. 1 per eksemplar (De Preanger-bode, 26 Agustus 1898).
Dalam buku itu dimuat tulisan-tulisan pendek tentang perjalanan di Bandung dan sekitarnya, termasuk tur di dalam kota (“Rijtoeren in en om Bandoeng”). Dari situ saya mendapati nama-nama Zoutpakhuisweg, Wangsalaweg, Bragaweg, Boengsoesteeg, Grooten postweg, Dwarsweg, Pradjoeritsweg, Tjikawaoweg, Tjiateulweg, dan Langensariweg.
Saya kira, nama-nama tersebut merupakan nama jalan yang pertama-tama digunakan di Bandung. Sebelumnya hanya dikenal dengan nama desa atau daerahnya, seperti yang juga dimuat di dalam buku, yaitu Desa Tjitjendo, Desa Merdika, Desa Kadjaksan-girang, Katja-katja wetan, Desa Kadjaksan-hilir, Desa Lengkong, dan lain-lain.
Namun, dalam buku itu saya tidak menemukan nama Dagoweg. Padahal saat itu jalan Dago yang bermula dari Desa Merdika hingga Simpang dan Lebaklarang, sudah pasti ada. Hanya saja yang membuat saya belum paham adalah mengapa belum diberi nama Dagoweg? Apakah ini berkaitan dengan pembangunan perumahan di sekitarnya?
Dugaan terakhir, agaknya sangat beralasan, mengingat kompleks Nieuw Merdika dan Oud Merdika di Desa Merdika baru dikembangkan pada tahun 1901. Menurut Soerabaijasch Handelsblad (2 Desember 1901), saat itu di Bandung tengah terjadi pembangunan perumahan-perumahan baru. Di antara kompleks rumah yang baru itu diberi nama Nieuw Merdika (“De nieuw bebouwde buurt is ook een nieuwe naam gegeven, Nieuw-Merdika”).
Hal ini pasti akan berpengaruh pada penamaan jalan akses ke perumahan-perumahan tersebut dan nampaknya nama jalannya baru digunakan setelah kompleks perumahannya selesai. Buktinya, nama Nieuw Merdikaweg dan Oud Merdikaweg baru digunakan pada tahun 1904 (Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 23 September 1904; De Preanger-bode, 16 November 1904).
Dalam Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie (23 September 1904) dikatakan daerah sekitar Nieuw Merdikaweg masih berupa persawahan dan orang-orang Eropa yang hendak membangun rumah membeli petak-petak sawah dari bumiputra dengan harga kelewat murah (“en aan inlanders hunne sawahs aan den Nieuw Merdika-weg zou hebben afgekocht voor een veel te lagen prijs”). Dengan demikian, baik kompleks di Nieuw Merdika maupun Oud Merdika ditujukan bagi permukiman orang Eropa.
Tentang wilayah Desa Merdika yang masih berupa persawahan hingga 1904 itu masih dapat kita lihat dari peta Bandoeng (1905, Topographisch Bureau, herzien in het jaar 1904). Di situ dapat kita lihat persawahan menghampar dari Desa Merdika ke sebelah timur, yaitu ke Kosambi hingga Cibeunying Hilir.
Sementara dalam peta Bandoeng en Omstreken (Topographische Inrichting, 1910), di tempat yang sama telah banyak berdiri kompleks perumahan dan bangunan, juga nama-nama jalan sudah digunakan. Di sekitar Desa Merdika sudah ada Sumatrastraat, Celebesstraat, Ceramstraat, Ternatestraat, dan lain-lain. Sedangkan di perempatan ada Riouwstraat yang melintang dari kiri ke kanan dan dari Selatan ke perempatan adalah Oude Merdikaweg dan sambungannya ke utara diberi nama Dagoweg.
Apakah ini mengandung arti Dagoweg baru digunakan tahun 1910? Ternyata dari koran-koran lama, nama Dagoweg sudah digunakan lima tahun sebelumnya, tahun 1905. Faktanya saya temukan dalam polemik antara J.H. Maronier yang tinggal Nieuw Merdika dan Thijs, dengan konteks keterlambatan kiriman pos (De Preanger-bode, 5 Juni 1905). Maronier bilang, selama administrasi kepala kantor pos sebelumnya, tukang pos segera melewati Nieuw Merdika, lalu ke penghuni Dagoweg, dan kembali ke Oude Merdika. Jadi, kata Maronier, paket secara teratur diterima sebelum pukul 14.30. Sementara dengan kebijakan kepala pos baru, ritmenya berubah.
Thijs, dalam De Preanger-bode edisi 10 Juni 1905, berkilah kepala posa yang baru akan bereksperimen dengan membuat sedikit perubahan dalam urusan pengiriman paket, sehingga keluhan penghuni Nieuw Merdika akan terakomodir. Perubahannya, kata Thijs, didasarkan pada pertimbangan bahwa Dagoweg itu panjang dan penghuninya yang bertambah akan lebih sulit dilayani (“dat de lange en meer bewoond geworden Dagoweg thans de vlugge bestelling eenigermate bemoeilijkt”).
Saya pikir, polemik Thijs-Maronier itu mengisyaratkan bahwa seperti halnya pembangunan kompleks orang Eropa di Desa Merdika, daerah Desa Dago baru dikembangkan sebagai pemukiman orang Eropa (biasanya berupa vila) antara 1901 hingga 1904. Sehingga wajar bila nama Dagoweg baru digunakan tahun 1905, seperti Nieuw Merdikaweg dan Oud Merdikaweg yang baru digunakan pada tahun 1904.
*Peminat literasi dan budaya Sunda.