Oleh: Cecep Hasannudin, Klien Tukang Sol
NUBANDUNG.ID - Pada 1983 atau 40 tahun lalu, ia sudah menjalani profesi sebagai tukang sol. Wilayah yang pertama kali dijelajahinya adalah ibukota.
Menjadi tukang tambal sepatu/sandal di Jakarta tak semulus harapannya. Beberapa tahun kemudian, di ibukota negara terjadi penggusuran di beberapa tempat.
Karena merasa tidak nyaman dengan kondisi demikian, mamang tukang sol yang giginya kini mulai berkurang itu pun pindah ke Bandung.
"Sejak saat itu sampai sekarang saya di Bandung. Jadi sudah puluhan tahun saya jalani profesi ini," ujar pria asal Garut itu.
Sebagaimana tukang cukur rambut yang menjamur di Bandung dan Jakarta atau di beberapa wilayah di luar dua kota itu, tukang sol pun ternyata, rata-rata berasal dari daerah yang sama.
"Tukang sol mah pasti orang Garut!" ucapnya, beberapa menit setelah saya menyerahkan sepatu Converse itu.
"Berapa Mang nge-sol sepatu ini?" tanya saya.
"30 aja," jawabnya, setelah memeriksa kondisi sepatu saya. "Soalnya ini harus dilem dulu," sambungnya.
"25 bisa, Mang?" tawar saya. Si mamang mengiyakan, walau sebenarnya, saya waktu itu tak perlu menawar.
Sialnya, pikiran "seharusnya saya tak perlu menawar" itu muncul ketika saya sudah meninggalkan mamang tukang sol, saat saya mengendarai motor hendak ke kampus.
Sehat selalu mang. Semoga orderanmu bejibun setiap hari! Lihat Lebih Sedikit. ***
