Van Houten di Dagoweg 14

Notification

×

Iklan

Iklan

Van Houten di Dagoweg 14

Minggu, 02 April 2023 | 12:02 WIB Last Updated 2023-05-19T02:32:46Z

Potret Ir. Gideon van Houten (1843-1917). Sumber: Geni.com

Oleh. ATEP KURNIA


NUBANDUNG.ID - Pada zaman Hindia Belanda, Jalan Tamansari dikenal sebagai Van Houtenweg. Bila tidak keliru, nama jalan diambil dari politikus anggota Dewan Kota Bandung generasi pertama, Ir. G. Van Houten (1843-1917). Sebelum menjadi anggota dewan Kota Bandung, dia adalah Directeur Burgerlijke Openbare Werken (BOW). Selain itu, dia dikenal dengan vilanya yang terletak di Dagoweg 14. 


Sekilas riwayat hidupnya, saya dapatkan dari nekrologi dalam De Preanger-bode edisi 10 September 1917. Dalam koran itu dikatakan pagi ini, sehubungan dengan amanat terakhirnya, jenazah almarhum Van Houten dibawa ke pemakaman. Dia meninggal kemarin pagi (9 September 1917) dalam usia 74 tahun.


Selanjutnya diterangkan bahwa G. Van Houten dilahirkan di Amsterdam pada 1843. Ia diangkat menjadi adspirant ingenieur (aspiran insinyur) pada 1863 setelah menyelesaikan studinya. Pada 1885, ia diangkat menjadi insinyur kelas pertama dan pada 1892 dipercaya menjadi direktur BOW yang diembannya hingga Mei 1898. Atas pengabdiannya kepada kerajaan, pada tahun 1898 dia beroleh anugerah berupa “Ridderschap in de orde van den Nederlandschen Leeuw”.


Setelah pensiun, dia mudik ke Belanda, hingga 1904. Kemudian dia kembali lagi ke Hindia Belanda dan menetap di Bandung. Selama bertahun-tahun, dia terlibat dalam pemerintahan daerah Keresidenan Priangan dan diangkat sebagai anggota dewan Kota Bandung. Menurut redaksi De Preanger-bode, banyak jasa-jasa Van Houten bagi perkembangan Kota Bandung. Di antaranya dalam kerangka mempersiapkan suplai air, penerangan jalan di kota, perbaikan pasar, dan lain-lain. Dia juga sempat menjadi direktur Blinden-Instituut (rumah buta) selama beberapa tahun, ketua dewan pengawas Bandoengsche Spaarbank.


Biodata lainnya saya peroleh dari Nederland’s Patriciaat, 44e Jaargang (1958: 136-137). Dari buku genealogi tersebut saya mendapatkan nama lengkap berikut latar belakang keluarga Van Houten. Namanya Ir. Gideon van Houten, yang dilahirkan di Amsterdam, pada 12 Juni 1843. Ia menikah dengan Laura Kremer pada 1875, perempuan kelahiran Ambon pada 5 Desember 1853 dan meninggal di Bandung pada 20 Oktober 1925. Gideon van Houten dianugerahi beberapa orang anak, yaitu Henri van Houten (lahir. 1870), Laura van Houten  (l.1871), Karel, Marie van Houten (l. 1875), Ir. Willem van Houten (l. 1877), Jacoba van Houten, Walrave, Eduard van Houten (l. 1890), dan Adele van Houten (l. 1892).


Dari Weekblad voor Indie, Derde Jaargang No 1, 29 April 1906, saya mendapati Gideon van Houten sebagai anggota angkatan pertama dewan Kota Bandung. Menurut mingguan itu, pengangkatan anggota dewan Kota Bandung yang pertama dilakukan pada 17 April 1906 pukul 18.00, di pendopo Kabupaten Bandung.


Semuanya berjumlah 12 orang, yaitu R.A. Maurenbrecher, asisten residen Bandung sebagai ketua, R.T.A. Marta Nagara (bupati Bandung), Mas Rangga Tirtamadja (wedana kota), H.W. van Dalesen (fabrikant), G. van Houten (bekas direktur BOW), Mr. F. Sieuwerts (guru ilmu hukum di OSVIA), L.E.P. van der Tas (kepala kantor kadaster), C.J. van Haastert (direktur Kweekschool), F.J. Soesman (swasta), Dr. C.H.A. Westhoff (dokter swasta), W. Droop (wakil administratur transportasi pemerintah), dan Loa Boen Eng (kepala kampung Tionghoa).


Dari Verslag van den Toestand der Gemeente Bandoeng over de Jaren 1906/1918 (1919: 4), saya tahu Gideon van Houten menjadi anggota Gemeenteraad van Bandoeng antara 1902 hingga 1912. Dan memang selama menjadi anggota dewan, ia kerap mengajukan usul terkait dengan Dago. 


Dalam De Preanger-bode edisi 12 Desember 1906 diketahui saat sidang, Gideon van Houten antara lain mengajukan usulan terkait regulasi hukum mengenai kewenangan dewan kota pada pembangunan bagian baru kota. Mengingat apa yang terjadi di utara Nieuw Merdika, tempat dibangunnya sejumlah rumah di sepanjang jalan buntu, pembangunan area luas di sepanjang jalan dari Dago, yaitu dari utara rumah Emil Adolf von Winning. Selanjutnya dalam sidang pada 22 Oktober 1907, Van Houten bersikukuh pada perbaikan Dagoweg, yang biayanya diperkirakan mencapai f. 2.000 (De Preanger-bode, 23 Oktober 1907).


Dalam persidangan yang membahas persiapan pipa air minum di Bandung pada 1909, Gideon turut menyampaikan pendapatnya. Saat itu uang sebanyak f. 1.500 sudah dianggarkan untuk mempersiapkan sistem perpipaan air minum. Menurut Dr. Westhoff, biayanya takkan cukup. Mengingat dengan kapasitas sumur bor di Merdika, dia mengusulkan agar pemerintah mengebor lagi sumur di daerah Dagoweg. Namun, Gideon menilai belum terlalu mendesak dan ternyata dewan menyepakati pendapatnya (De Preanger-bode, 28 Oktober 1909).


Mengapa Gideon van Houten selalu bertaut dengan Dago? Ternyata memang dia tinggal di Dagoweg 14. Dalam De Preanger-bode edisi 9 dan 13 Januari 1909, terbaca Van Houten yang beralamat di Dagoweg 14 hendak menyewakan paviliun (“te huur”) rumahnya seharga f. 25 per bulan. Bukti lainnya, misalnya, dalam De Preanger-bode (23 Juli 1910) dikabarkan sepuluh hari yang lalu, di pinggir Dagoweg, di belakang rumah Gideon (“Een dag of tien geleden is, ter zijde van den Dagoweg, achter de woning van den heer van Houten”), dimulai pengeboran sumur di sawah di bawah pengawasan pengebor Van den Willigen. Hingga akhir Desember 1910, pengeboran sumur bor di Dagoweg, kata Gideon, masih berlangsung (De Preanger-bode, 31 Desember 1910).


Dari Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie edisi 11 Mei 1911, yang memberitakan tentang sistem perpipaan air di Bandung. Konon, setelah persiapan anggaran dan teknis selesai, sistem perpiaan air mendekati fase terakhir. Koneksi utamanya akan selesai dalam jangka waktu empat bulan. Air untuk suplai air ke Bandung timur berasal dari dua sumber. Satu yang paling tinggi berada di Dagoweg dekat rumah Gideon van Houten (“aan den Dagoweg bij het huis van den heer van Houten”).


Bahkan selanjutnya dikatakan, rumah Gideon van Houten di Dagoweg itu dikenal sebagai vila. Dalam De Preanger-bode edisi 26 Januari 1914 dikatakan, tanah HBS yang disumbangkan oleh K.A.R. Bosscha di Dagoweg itu berdampingan dengan vila milik Van Houten (“Het bedoelde terrein aan den Dago-weg, naast de villa van den Heer van Houten”). Setelah Gideon meninggal dunia pada 1917, rumah di Dagoweg 14 masih dihuni Nyonya Laura Kremer van Houten, paling tidak hingga Januari 1919 (De Preanger-bode, 28 Januari 1919). Dan namanya agaknya mulai digunakan sebagai nama jalan pada tahun 1927 sebagai Van Houtenweg (De Koerier, 13 Agustus 1927). 


*Peminat literasi dan budaya Sunda.