5 Ritual Tradisi dan Budaya Lokal di Cirebon yang Bersentuhan dengan Islam

Notification

×

Iklan

Iklan

5 Ritual Tradisi dan Budaya Lokal di Cirebon yang Bersentuhan dengan Islam

Senin, 04 September 2023 | 18:19 WIB Last Updated 2023-09-04T11:19:29Z


NUBANDUNG.ID
-- Walau didominasi oleh agama Islam, Cirebon memiliki ritual tradisi lokal yang cukup unik dan tidak pernah ditinggalkan. Apa saja yang menjadi ritual tersebut? 


Berikut ritual-ritual berbasis tradisi lokal di Cirebon, yang dilansir dari laman sunangunungdjati.com.


1. Tradisi Suroan


Tradisi ini dilakukan setiap bulan asyura. Ritual ini berkaitan erat dengan sejarah Islam dan kosmologi dalam hitungan weton dan primbon. Kraton Kanoman melakukan ritual ini dengan selametan bubur suro di bangsal paseban keraton. 


Ini juga tak lepas dilakukan dari peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah Islam.


2. Saparan


Dilakukan untuk memperingati bulan shafar, bulan kedua dalam kalender Islam dan Jawa. Bulan ini dipercaya banyak perkawinan binatang, sehingga sebaiknya tidak dilakukan acara pernikahan di masyarakat Cirebon. 


Selain itu, bulan safar juga dikenal dengan bulan malapetaka terkhusus di Rabu terakhir bulan ini. bentuk tradisi yang selalu dilakukan di bulan safar adalah membuat kue apem atau ngapem. Ini dilakukan untuk syukuran terlepas dari bulan malapateka atau safar ini.


3. Ngirap


Merupakan proses penyucian diri dari segala kesalahan dan dosa agar terlepas dari marabahaya. Masyarakat meyakini Sunan Kalijaga mandi di sungai Drajat dan berguru pada Sunan Djati untuk menghindari Rebo Wekasan. 


Yang akhirnya diikuti dan dijadikan tradisi oleh masyarakat, sehingga saat hari Rebo Wekasan beramai-ramai menuju pentilasan Sunan Kalijaga dan mandi di pemandiannya. Adat ini disebut Ngirab dengan arti bergerak membuang yang kotor.


4. Mauludan


Mauludan ini dilakukan dalam memeriahkan acara Maulid Nabi. Di Cirebon sendiri banyak upacara dilakukan saat maulid, salah satunya Upacara Panjang Jimat yang dilakukan saat puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.


Upacara ini biasanya dilakukan oleh tiga keraton Cirebon dan makan Sunan Gunung Djati. Upacara ini tidak hanya melibatkan beberapa orang saja, namun khalayak ramai. 


Upacara Panjang Jimat ini pada puncaknya dipimpin langsung oleh Sultan dan menyerahkan payung pusaka pada putra mahkota sebagai wakilnya dalam iring-iringan upacara panjang jimat. Barisan-barisan dalam iring-iringan ini juga memiliki artinya sendiri.


5. Rajaban


Dilakukan untuk memperingati Isra Mi’raj, tradisi ini berkenaan dengan perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam sehari semalam dalam menerima aturan salat 5 waktu untuk seluruh muslim di dunia. 


Ini dilakukan dengan berziarah ke makam Plagon, pangeran Kejaksan yang dipercaya sebagai penyebar Islam di Cirebon. Demikian tradisi-tradisi oleh masyarakat Cirebon yang masih tetap dilakukan hingga kini dan ada persinggungan dengan dakwah Islam.***