Ini Ceritaku tentang SMP Bahtera. Mana Kisah Sekolahmu?

Notification

×

Iklan

Iklan

Ini Ceritaku tentang SMP Bahtera. Mana Kisah Sekolahmu?

Jumat, 02 Februari 2024 | 07:58 WIB Last Updated 2024-02-03T01:06:10Z




AHMAD SAHIDIN, penulis buku Tanda-Tanda Kiamat Mendekat.


NUBANDUNG.ID -- Saya ingin kembali berbagi tentang sekolah tempat saya mengajar. Sekolahnya bernama SMP Bahtera Bandung. Di bawah Yayasan Muthahhari, yang kerap disebut sekolahnya almarhum Kang Jalal. Memang benar ini sekolah yang didirikannya. 


Beda dengan sekolah Muthahhari di Kabupaten Bandung, di Kota Bandung ini mendirikan SMP Bahtera. Akronim dari “Berakhlak dan Terampil”, yang juga disematkan “Bahagia dan Sejahtera”. Nama memang bagian dari doa. Moga terwujud sesuai dengan harapan sang pendiri.


Sebagai pengajar, saya heran dengan sekolah ini. Pasalnya tidak menitikberatkan pada pelajaran ilmu-ilmu Islam, tetapi pada lifeskills dan menanamkan karakter positif (akhlaq karimah). Inilah khas SMP Bahtera Bandung.


Menariknya di Bahtera, berdasarkan arahan dari Dewan Pembina Sekolah Muthahhari KH Miftah Rakhmat bahwa tingkat sekolah menengah (SMP Bahtera) fokus pada empati. Saya memahami pilihan didasarkan pada terlalu luas dimensi akhlak dan tidak mungkin seluruh teladan Nabi Muhammad Saw bisa diwujudkan atau diajarkan di sekolah. Karena itu, empati sebagai nilai dari akhlak Nabi yang diambil untuk menjadi khas SMP Bahtera.  


Lantas, apa dan mengapa ada pembelajaran lifeskills? Dari sejak dasar sampai perguruan tinggi, pendidikan di negeri ini secara umum bercorak teoritis dan tidak dengan kenyataan hidup yang dialami murid. Dengan lifeskills, murid diperkaya dengan wawasan dan pilihan aktivitas nyata yang kelak (mudah-mudahan) menjadi pilihan aktivitas dari lifeskills yang pernah dipelajarinya. 


Karena berbasis kecakapan hidup, maka dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan konteks materi. Misalnya, untuk tata boga para murid diajak datang ke restoran. Mereka ngobrol dengan juru masak dan melihat cara mengolah bahan serta memasak sampai cara menyajikan. 


Dengan didampingi guru, pertemuan berikutnya di sekolah para murid merencanakan akan masak apa dan di antara mereka pun membagi tugas yang harus dibawa meliputi peralatan dan bahannya. Kemudian pekan berikutnya para murid memasak dan hasilnya dinikmati bersama, bahkan dijual pada adik kelas atau kakak kelasnya. 


Dari lifeskill tata boga ini dapat diketahui ada pembelajaran tentang membuat projek dan menjalaninya sampai tuntas. Aspek kerjasama dan tanggung jawab menjadi tujuan dari lifeskills ini. Lifeskills lainnya pun syarat dengan nilai-nilai karakter yang dicanangkan pemerintah melalui kurikulum nasional. 


Nah, hanya itu yang dapat saya bagikan selaku orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Insya Allah, nanti dilanjutkan ceritanya. Ini hanya sekadar berbagi yang saya ketahui tentang SMP Bahtera di Bandung.