NUBANDUNG.ID – Aksi demonstrasi yang digelar pada 25 Februari 2025 oleh mahasiswa baru Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung (UIN SGD) berujung pada kerusakan fasilitas kampus dan ketegangan sosial yang melibatkan banyak pihak. Aksi ini dimotori oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (DEMA U), yang mengklaim berjuang untuk hak mahasiswa baru terkait pemberian jas almamater yang layak. Namun, aksi yang dimulai dengan tujuan yang sederhana itu berubah menjadi kerusuhan besar.
Sejumlah massa yang terlibat dalam demonstrasi tersebut terlihat menggunakan atribut serba hitam, yang menambah kekhawatiran bahwa ada keterkaitan dengan kelompok-kelompok anarkis. Selain itu, identifikasi sejumlah individu dengan simbol-simbol yang mirip dengan kelompok anarko semakin memperkuat dugaan bahwa aksi tersebut tidak hanya dimotori oleh mahasiswa yang ingin menyuarakan hak mereka, tetapi juga dimanfaatkan oleh pihak-pihak dengan agenda lain.
Kerusuhan dimulai ketika para demonstran melemparkan berbagai benda keras, termasuk cat, ke Gedung Rektorat UIN SGD, merusak fasilitas kampus, dan menciptakan kekacauan. Salah satu hal yang menarik perhatian adalah keberadaan sejumlah kelompok mahasiswa yang diduga memiliki afiliasi dengan komunitas anarko, yang selama ini diketahui beroperasi di sekitar kampus UIN SGD. Aksi mereka semakin meruncingkan ketegangan di tengah demonstrasi yang sudah tak terkendali. Mereka tidak hanya fokus pada isu jas almamater, tetapi juga terlibat dalam vandalisme, termasuk menempelkan poster di kaca gedung-gedung kampus.
DEMA U sebagai pihak yang bertanggung jawab atas koordinasi aksi ini diduga gagal mengontrol jalannya demonstrasi. Mereka tidak mampu menjaga ketertiban dan arah aspirasi mahasiswa. Meskipun seharusnya aksi tersebut bisa berlangsung dengan damai dan terarah, DEMA U justru gagal menjaga agar demonstrasi tetap fokus pada tuntutan utama, yaitu pemenuhan hak jas almamater. Sebagai dampaknya, aksi ini menjadi ajang bagi kelompok-kelompok lain untuk menyuarakan kepentingannya dan mengganggu kestabilan situasi kampus.
Pihak keamanan kampus dan beberapa elemen yang berusaha menenangkan situasi justru menjadi sasaran kemarahan massa, sehingga semakin memperburuk keadaan. Alih-alih memperjuangkan hak-hak mahasiswa baru secara konstruktif, aksi ini malah mengarah pada tindakan anarkis yang merusak citra kampus dan nama baik DEMA U.
Kehadiran kelompok supporter yang dicurigai terkait dengan jaringan anarko di tengah-tengah aksi ini harus menjadi perhatian serius bagi pihak kampus dan pihak berwenang. Kejadian ini menunjukkan perlunya peningkatan pengawasan terhadap kegiatan mahasiswa, terutama yang berpotensi memicu kerusuhan atau melibatkan kelompok-kelompok yang tidak sejalan dengan tujuan utama perjuangan mahasiswa.
Ahmad, mahasiswa biasa UIN Sunan Gunung Djati Bandung