Dakwah Alam dalam Peristiwa Rasydul Qiblat

Notification

×

Iklan

Iklan

Dakwah Alam dalam Peristiwa Rasydul Qiblat

Minggu, 01 Juni 2025 | 07:20 WIB Last Updated 2025-06-01T00:20:00Z




NUBANDUNG.ID -- Di antara sekian banyak tanda kebesaran Allah di langit dan bumi, ada satu momen yang  sangat dalam maknanya. Ia datang hanya dua kali setahun.  Sebuah arah yang menyatukan  sujud yang sama, arah menuju Baitullah. Ini peristiwa di tanggal 27 atau 28 Mei sekitar pukul 16:18 WIB, 15 atau 16 Juli sekitar pukul 16:27 WIB.


Itulah رَشْدُ القِبْلَة (Rasydul Qiblat), saat matahari berdiri tegak tepat di atas Ka'bah. Pada waktu itu, bayangan dari benda apa pun yang tegak lurus, di mana pun kita berada, akan menunjuk kepada kiblat. Sederhana. Diam. Tapi penuh makna.


Bayangan diam itu adalah dakwah alam semesta. Ia menunjuk ke rumah-Nya. Ia berkata, "Inilah jalanmu. Inilah tempat kau hadapkan hatimu."


Allah telah berfirman

 فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُۥ

"Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, hadapkanlah wajahmu ke arahnya."

(QS. Al-Baqarah: 144).


Menghadap kiblat bukan hanya mengatur posisi tubuh, tetapi juga mengatur orientasi hati. Kiblat adalah simbol kesatuan umat. Di manapun Muslim berada, dari puncak gunung hingga tengah lautan, kiblat tetap satu. Kiblat menyatukan langkah dalam shalat, dan menyatukan hati dalam tujuan.


Bagaimana kita tahu ke mana arah itu?


Di sinilah ilmu menjadi cahaya. Para ilmuwan Muslim sejak zaman dahulu telah memandang langit, menghitung bayangan, mencatat posisi matahari dan bintang. Ilmu falak (astronomi Islam) bukanlah sekadar hitungan, tapi taqarrub, jalan mendekat kepada Allah melalui pemahaman terhadap ciptaan-Nya.


 إِنَّ فِي خَلْقِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَـٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَـٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَـٰبِ

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (QS. Āli ‘Imrān: 190).

Dan ketika Rasydul Qiblat tiba, kita diajak menyaksikan sendiri persatuan antara iman dan ilmu.


Bayangan benda yang biasa, pohon, tiang, bahkan pensil di atas tanah, menjadi penunjuk ilahi. Ia diam, namun berkata: "Wahai hamba, kiblatmu di sana. Sujudlah tepat pada arah yang Dia perintahkan."


Saudaraku, jangan lewatkan waktu ini. Saat Rasydul Qiblat datang, berdirilah di bawah langit, pasang tongkat, lihat bayangannya. Dan biarkan jiwamu merasa, Tuhan telah mengatur langit untuk membimbing satu sujudmu.


S. Miharja, Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung