Santri Zaman Now: Mengglobal dengan Adab, Berkarya dengan Nilai ////]]>

Notification

×

Iklan

Iklan

Santri Zaman Now: Mengglobal dengan Adab, Berkarya dengan Nilai

Rabu, 22 Oktober 2025 | 05:38 WIB Last Updated 2025-10-21T22:39:26Z
Affiliasi

 


NUBANDUNG.ID -- Di tengah gegap gempita dunia digital, ketika layar gawai menjadi jendela utama melihat dunia, muncul generasi baru santri yang tak lagi terpaku pada batas pesantren berdinding bata. Mereka menjelajah ruang maya dengan semangat dakwah, berkarya di ruang digital tanpa kehilangan adab, dan menghadirkan nilai-nilai pesantren dalam bentuk paling modern: kreatif, inovatif, dan inspiratif. 


Hari Santri Nasional 2025 yang bertema “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia” menjadi momentum penting untuk menegaskan bahwa santri masa kini bukan sekadar penjaga tradisi, tetapi juga pelaku peradaban global. Santri zaman now bukan generasi pasif yang sekadar mengaji, mereka adalah generasi yang mengabdi dengan inovasi.


Dari Papan Tulis ke Layar Digital

Pesantren yang dulu identik dengan kitab kuning dan papan tulis kini menjelma menjadi pusat literasi digital yang mencetak santri multitalenta. Mereka tak hanya fasih membaca Ihya’ Ulumuddin, tapi juga memahami cara kerja algoritma media sosial. Mereka berdiskusi bukan hanya di serambi masjid, tapi juga di forum daring lintas negara. 


Fenomena santri konten kreator, santri coder, hingga santripreneur adalah bukti nyata bahwa pesantren telah beradaptasi dengan zaman. Dengan tetap memegang nilai ikhlas, tawadhu’, dan khidmah, para santri kini mengisi ruang-ruang publik digital dengan konten yang mencerahkan, bukan menyesatkan; mendidik, bukan memprovokasi. 


Santri zaman now sadar, dakwah tidak lagi cukup lewat mimbar, tapi juga melalui mikrofon podcast, kamera ponsel, dan ruang virtual yang bisa menjangkau dunia. Mereka membumikan Islam dengan bahasa kreatif yang dapat dipahami semua generasi dari TikTok hingga ruang akademik global.


Mengglobal dengan Adab

Kemampuan teknologi tanpa adab ibarat kapal tanpa kompas. Santri modern memahami bahwa globalisasi bukan alasan untuk kehilangan jati diri. Di tengah dunia yang sering menukar makna kebebasan dengan kebebalan, santri hadir sebagai penyeimbang, mengglobal tanpa tercerabut, modern tanpa kehilangan akar. Adab menjadi identitas paling luhur dari santri. 


Inilah yang membedakan mereka dari sekadar generasi digital. Santri tahu kapan berbicara, kapan diam, kapan menegur, dan kapan mendoakan. Nilai-nilai seperti hormat kepada guru, rendah hati dalam prestasi, serta santun dalam berdebat menjadi modal penting menghadapi dunia yang mudah tersulut oleh ego dan emosi. 


“Santri yang menguasai dunia bukan karena ilmunya semata, tetapi karena adabnya menuntun ilmu agar bermanfaat bagi semesta.” Inilah wajah santri global sejati, yang membawa Islam dengan kelembutan, bukan kemarahan, dengan karya, bukan klaim.


Berkarya dengan Nilai

Santri modern tidak alergi terhadap perubahan. Mereka membaca zaman dengan hati yang terang. Dalam dunia yang serba cepat, mereka tahu bahwa kreativitas adalah bentuk dzikir baru sebuah ikhtiar untuk menghadirkan kebaikan dalam bentuk yang indah dan bermakna.


Bagaimana santri mengelola media sosial untuk kampanye literasi Al-Qur’an, mendirikan startup berbasis syariah, atau menjadi aktivis lingkungan dengan semangat khilafah fil ardh , menjaga bumi sebagai amanah Tuhan. 


Semua itu dilakukan bukan demi popularitas, tapi demi keberkahan. Dan Nilai menjadi fondasi utama dalam setiap karya santri. Mereka percaya bahwa barakah lebih penting daripada viral, dan manfaat lebih berharga daripada sekadar pengakuan. Inilah wajah baru produktivitas santri: cerdas secara intelektual, kreatif secara sosial, dan kuat secara spiritual. 


Kita hidup di zaman ketika kecerdasan buatan melesat cepat, tetapi kecerdasan moral sering tertinggal. Di tengah krisis adab publik dan budaya instan, pesantren menawarkan sesuatu yang langka yakni keseimbangan antara ilmu dan nilai. 


Santri menjadi duta literasi moral: menebarkan etika dalam teknologi, sopan santun dalam politik, dan kejujuran dalam ekonomi. Mereka memahami bahwa pembangunan peradaban bukan hanya soal infrastruktur fisik, tetapi juga infrastruktur batin.


Santri adalah Masa Depan yang Menjaga Nilai

Santri zaman now adalah generasi yang berdiri dengan dua kaki, satu berpijak di bumi tradisi, satu melangkah ke langit inovasi. Mereka memahami bahwa globalisasi hanyalah alat, bukan tujuan, dan kemajuan teknologi tak berarti apa-apa tanpa keluhuran moral. 


Jika dulu santri mengawal kemerdekaan bangsa dengan darah dan doa, kini mereka mengawal peradaban dunia dengan data dan adab. Mereka tidak hanya mencetak sejarah, tetapi menulis masa depan dengan tinta nilai, di atas kertas peradaban global. “Di saat dunia mengejar kecerdasan buatan, santri mengejar kecerdasan hati. Karena dari hatilah lahir peradaban yang sejati.”


Lilis Sulastri, Guru Besar Ilmu Manajemen FEBI UIN Sunan Gunung Djati Bandung