Membaca Mamdani, dari sisi Penyelenggara Pemilu ////]]>

Notification

×

Iklan

Iklan

Membaca Mamdani, dari sisi Penyelenggara Pemilu

Jumat, 07 November 2025 | 11:17 WIB Last Updated 2025-11-07T04:17:55Z
Affiliasi




 NUBANDUNG.ID -- Sebagai mantan penyelenggara pemilu di Indonesia, rasanya ingin sedikit nimbrung perihal kemenangan Mamdani di pemilihan walikota New York. Apakah Mamdani hasil proses instan di perpolitian New York? Tentu saja tidak, sebelum mencalonkan Walikota New York, dia terpilih sebagai Anggota Dewan Provinsi kalau di Indonesia.


Nah kalau level Provinsi di Amerika khususnya State New York namanya, New York Assembly. Misal kalau di Jawa Barat anggota DPRD Provinsi berjumlah 120 Orang (tergantung jumlah penduduk) , kalau di New York berjumlah 150 (tetap). Kalau di Indonesia masa jabatan Anggota Dewan Provinsi 5 tahun, sedangkan di New York 2 tahun. 


Kalau orang kota bandung ingin mencalonkan DPRD Provinsi, maka daerah pemilihanya termasuk pada Jabar 1 (Kota Cimahi dan Kota Bandung). Begitu juga dengan Mamdani, dia mencalonkan jadi senat Assembly Member District 36 untuk daerah (Astoria, Queens, New York City)


Kembali ke soal Mamdani, yang berani lantang menyebutkan Identitas Keagamaanya di tengah kemoderenan kota New York. Berbicara lantang soal Islam di Kota New York, tentu tidak akan lepas dari prasangka kelam peristiwa 9/11 di WTC. Komunitas Muslim menanggung beban prasangka dan curiga dari orang-orang di luar islam. Perlu waktu untuk memulihkan citra damainya islam. Tindakan Pengawasan, sikap diskriminasi sosial, warga muslim seolah menjadi orang lain di tanahnya sendiri. 


Kemenangan Mamdani yang akan dilantik 1 Januari 2026, menjadi pertanda kemenangan komunikasi antar agama, kemenangan sosial, kemenangan budaya, kemenangan moral dan tentunya segala aspek kehidupan sosial di Kota New York. Meski dia Muslim, sebagai pemimpin tentu mengedepankan subtansi Agama di ruang publik, sebab dia tidak hanya mewakili islam, tapi dia mewakili warga kota New York. 


Dulu saat dia menjadi Assembly Member, tugasnya membuat aturan, mengawasi anggaran, menyetujui anggaran, dan mengawasi Gubernur. Kini, dia harus menjalan semuanya. Tentu namanya juga politik, ada saja yang akan membuat intrik, entah dari presidennya atau dari loyalis merah (Republik) di akar rumput, labeling terhadap Mamdani, beragam: komunis, radikal kiri, bukan legislator, tidak memahami Amerika, pro hamas, dll. Sekali lagi namanya juga politik hehe


Itulah menariknya Mamdani, Dia tidak menjauhkan diri dan identitas muslim dari komunitasnya untuk mendapatkan pengakuan dan persetujuan warga mainstream di New York. Dia berpijak pada nilai-nilai moral Islam: keadilan, kasih sayang, dan kemuliaan manusia — isu New York, pajak, imigran, fasilitas publik, Housing as a human right, Justice for Palestine & immigrant rights, Defund the police & reinvest in communities. Bukan politik kalau tidak ada barang yang dijual hehe… 


Dalam perspektif Legislative Behavior Theory, ini disebut “symbolic representation” tanpa “substantive policy output” — bahasa kitanya kuat dalam simbol, lemah dalam produk kebijakan. Lebih banyak berperan sebagai aktivis di luar parlemen daripada sebagai negosiator di dalam parlemen. Mungkin hehe… usia terkadang selalu menunjukan sisi natural emosional pada masanya. Kalau mau adil, bisa dilihat sisi produktif menghasilkan undang-undang dengan anggota yang sama-sama dari Demokrat, siapa yang lebih produktif!


Akhirnya, dalam politik jangan terlalu meng-elukan secara buta, juga jangan menjatuhkan secara tak berdaya. All is well… biasa aja! Saya ikut mengapresiasi, Kota New York telah menentukan harapan ketimbang ketakutan dan kekhawatiran tak berdasar. Dari sisi islam, kota ini pernah dilabel dengan hujan prasangka terhadap islam, bahkan dengan praming yang buruk, sekarang telah memilih seorang pemimpin Muslim. Bukan karena identitasnya, tetapi karena nilai-nilai, ketegasan, dan keberanian yang dia junjung tinggi seorang politisi muda Zohran Mamdani, mudah-mudahan!***


Salam Hangat

Rovi'i dari Los Angles, California