Taubat, Aktivitas Spiritual Para Nabi

Notification

×

Iklan

Iklan

Taubat, Aktivitas Spiritual Para Nabi

Senin, 03 Mei 2021 | 19:34 WIB Last Updated 2022-09-12T03:53:12Z


Meskipun dicipta Allah dengan kondisi terbaik (fi ahsani taqwim), kita adalah tempatnya salah dan dosa, serta muara bercokolnya kesalahan akibat khilaf. Dalam bahasa lain, kita tidak akan pernah luput dari perbuatan dosa dan kesalahan. Sebab, kita bukanlah Nabiyullah yang dijaga Allah (ma’shum) dari perbuatan dosa.


Bila saja kita hitung seberapa besar dosa yang pernah dilakukan, niscaya gunung Gede di antara Sukabumi dan Cianjur pun tidak akan menyamai besarnya dosa kita.


Coba saja dihitung, setiap hari kita tidak akan pernah sanggup hidup tanpa dosa – baik dosa besar maupun dosa kecil. Bila saja dosa-dosa itu kita kumpulkan, maka bakal menumpuk membentuk gunungan sampah melebihi tingginya Gunung Gede itu. Akan tetapi, meskipun begitu, kita tidak boleh berputus asa dalam mengharap ampunan dan rahmat Allah.


Sebab, di dalam hadits Qudsi, Allah SWT berfirman, “Sungguh rahmat-Ku telah mendahului kemurkaan-Ku.” (HR. Muslim).


Tuhan kita, Allah SWT, begitu besar nan luas ampunan dan rahmat-Nya; sehingga lebih menyukai orang yang bertaubat. Dia (Allah) akan selalu mengampuni hamba-Nya yang segera bertaubat manakala sadar atas perbuatan dosanya. Karena itu, ketika kita terjerumus ke dalam perbuatan dosa dan kesalahan laku lampah, segeralah bertaubat kepada-Nya.


Dia Maha Pengampun dan Maha Pemurah, sehingga sebesar apa pun dosa dan salah kita, dengan rahmat-Nya yang begitu luas, kita akan diampuni-Nya. Pertaubatan ialah aktivias yang melekat pada seorang Nabi yang diutus Allah untuk menyampaikan ajaran-Nya.


Dalam sunnah Nabi Saw, kita banyak menemukan hadits yang mengajak untuk bertaubat, menjelaskan keutamaannya, dan mendorong untuk melakukannya dengan penuh kesungguhan. 


Bahkan, Nabi Muhammad Saw., yang suci dari dosa pun bersabda, "Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah SWT, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah SWT dalam satu hari sebanyak seratus kali". (HR Muslim).


Dikisahkan, ada seorang perompak yang telah membunuh 99 jiwa manusia. Ia pun menyadari bahwa hal itu merupakan perbuatan dosa. Ia ingin bertaubat kepada Allah atas apa yang telah diperbuatnya. Lantas, perompak itu berjalan sangat jauh menuju seorang ahli ibadah.


Sesampainya di kediaman ahli ibadah, ia mengutarakan perbuatannya, bahwa telah membunuh 99 orang, kemudian bertanya kepadanya, “Wahai ahli ibadah, apakah taubat dari dosa-dosaku itu bisa diterima?” Ahli ibadah itu menjawab, “Tidak mungkin diterima.”


Perompak itu merasa kesal, lalu dibunuhlah ahli ibadah itu sehingga genap 100 jiwa manusia yang ia bunuh. Ia pun berjalan kembali menuju seorang ulama, untuk bertanya ikhwal taubatnya itu. Singkat cerita, ia sampai di kediaman ulama tersebut.


Seraya bercerita tentang perbuatan dosanya, ia kemudian bertanya, “Wahai ulama, apakah dosa-dosaku itu bisa diampuni Allah?” Ulama tersebut menjawab, “Ya, tentu saja, wahai pemuda, taubatmu bisa diterima Allah.”


Akhirnya ia pun merasa gembira, kemudian berjalan di padang Pasir dan kehausan. Saat itu, malaikat maut mencabut nyawanya. Perbuatan dosa yang dilakukan perompak itu, dengan rahmat-Nya, akhirnya diampuni. Ia pun dapat memasuki surga-Nya.


Taubat yang dilakukan perompak tersebut, berdasarkan kesungguhan, sehingga ia tetap berusaha untuk bertaubat memohon ampunan Allah. Dia (Allah) sangat menyukai orang yang bertaubat, sebab taubat merupakan ibadah yang sangat dicintai-Nya. Dia (Allah) pun gembira ketika melihat hamba-Nya yang terjatuh dalam dosa, namun segera  mengakui kesalahan dan kealfaan dirinya dengan bertaubat.


Rasulullah Saw. Bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT membuka "tangan"-Nya pada malam hari untuk memberikan ampunan kepada orang yang melakukan dosa pada siang hari, dan membuka "tangan"-Nya pada siang hari, untuk memberikan ampunan kepada orang yang melakukan dosa pada malam hari, (terus berlangsung demikian) hingga (datang masanya) matahari terbit dari Barat (kiamat).” (HR. An-Nasaai).


Allah Swt., berfirman, ”Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke dalam tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa: 31).