5 Es Cendol Khas Daerah di Indonesia

Notification

×

Iklan

Iklan

5 Es Cendol Khas Daerah di Indonesia

Minggu, 06 Juni 2021 | 04:02 WIB Last Updated 2021-09-15T16:39:20Z

NUBANDUNG
 - Es cendol dawet cocok diminum saat cuaca panas. Gurihnya santan, manisnya gula jawa, yang dipadukan lembutnya cendol, satu sruputan meluncur mulus ke tenggorokan menghilangkan rasa dahaga.

Es cendol dawet ini biasanya dijajakan di pinggir jalan oleh abang-abang yang terlihat gagah di depan gerobaknya bertopi dan berkalung handuk. Dengan kelincahan tangannya meracik dan meramu bahan es cendol, ia menolong kita dari dahaga.

Biasanya segelas cendol/dawet dipatok dengan harga Rp5 ribu. Ternyata, lho, es cendol dawet ini banyak macamnya. Jenis cendol dawet ini di setiap daerah memiliki kekhasan dan keunikan sendiri.

Nah, redaksi bandungmu.com melansir laman etnis.id, mencoba ketengahkan aneka kekhasan cendol sesuai daerah berikut ini:

1. Es Cendol Sunda.

Cendol dipercaya berawal dari minuman khas Sunda yang terbuat dari tepung hunkwe. Cendol ini disajikan dengan es serut, gula merah dan santan. Rasanya manis dan gurih.

Kata cendol sendiri dipercaya dari kata jendol yang merujuk sensasi jendol-an saat menyantap butiran cendol. Masyarakat Sunda biasa menyebut ‘nyendol’.

Cendol khas Sunda sekarang dibuat dengan tepung beras dan biasanya disajikan dengan tambahan potongan nangka. Buah nangka matang biasa dipotong kecil dan dicampurkan dalam saus gula merah.


2. Es Dawet Banjarnegara.

Di Jawa, cendol populer dengan sebutan dawet. Es dawet paling enak diakui berasal dari Banjarnegara. Adonan dawet ini terdiri dari tepung beras dan air.

Setelah jadi adonan yang lentur, dawet lalu dicetak menjadi bentuk panjang-panjang. Saat disajikan, dawet dicampur dengan santan dan gula merah. Makin segar lagi jika dinikmati dengan es batu.

Dawet Banjarnegara ini paling mudah ditemui di pasaran dengan sebutan dawet ayu. Dawet ayu biasanya dijual oleh lelaki yang membawa dengan gerobak dorong atau yang tradisional dengan alat angkut yang terdiri dari dua gentong, satu wadah cendol atau dawet, satu wadah es santan.

Dan tak kalah uniknya terdapat dua tokoh Punokawan, yaitu Semar dan Gareng di bagian atasnya.


3. Dawet Ireng Purworejo.

Dawet yang satu ini sedikit aneh karena warnanya ireng atau hitam. Butiran dawet berwarna hitam, karena diperoleh dari abu bakar jerami yang dicampur dengan air, sehingga menghasilkan air berwarna hitam.

Air ini kemudian digunakan sebagai pewarna. Dalam penyajiannya, menu ini mengunakan gula jawa cair dan santan serta ditambahi es.


4. Dawet Jepara.

Dawet satu ini cukup unik dan berbeda. Kalau pada umumnya dawet terbuat dari tepung beras atau ketan, maka Dawet Jepara menggunakan tepung sagu aren jadi teksturnya lebih halus dan kenyal.

Untuk penyajiannya, menggunakan gula jawa dan santan, serta ditambah dengan toping irisan nangka, alpukat dan durian yang disajikan dengan es batu.


5. Dawet Selasih Solo.

Bijih selasih atau biasa disebut dengan telasih, merupakan salah satu bahan campuran dawet di Solo. Es ini banyak dijumpai di kawasan Pasar Gedhe.

Seporsi es dawet telasih ini terdiri dari tape ketan, bubur sumsum, dawet hijau dan tak lupa bijih selasih. Kemudian dicampur dengan santan dan cairan gula putih. Ditambah dengan es batu akan membuat rasanya makin segar.

Jika Anda sedang bermain-main di kota Solo, rasanya kurang lengkap, jika belum melipir sejenak merasakan sensasi kesegaran dawet selasih di kota solo.