Cinta Zulaikha dan Yusuf: Mencintai Allah Itu Pilihan Hidup

Notification

×

Iklan

Iklan

Cinta Zulaikha dan Yusuf: Mencintai Allah Itu Pilihan Hidup

Senin, 28 Juni 2021 | 08:07 WIB Last Updated 2022-09-12T03:53:10Z

Cinta yang diekspresikan sebelum waktunya bisa menjerumuskan kita pada perbuatan terlarang, salah satunya yakni zina. Cinta sejati tidak didapatkan dengan hal seperti itu. Berpacaran sebelum menikah, misalnya, meskipun saling mencintai sesungguhnya adalah tipu daya setan.

Hakikat sebuah cinta adalah membawa kita pada kebaikan. Cinta yang sejati membawa kita pada kebahagiaan bukan kesengsaraan. Cinta yang sesungguhnya adalah mencintai Allah melebihi cinta kepada makhluk-Nya. Imam Al-Ghazali berujar, "The more you know Allah, the more you will love Him."

Mencintai Allah melindungi kita dari perbuatan haram. Meskipun godaan begitu besar untuk berbuat maksiat, kita pasti takut akan murka-Nya. Seperti kisah nabi Yusuf dibawah ini.

Zulaikha adalah seorang putri raja cantik jelita dan menarik dari sebuah kerajaan di Barat negeri Mesir. Suatu hari, dia bermimpi bertemu seorang pemuda yang tampan rupawan dan menarik hatinya serta berpribadi amanah lagi mulia, hingga membuatnya jatuh hati. Selama tiga kali Zulaikha memimpikannya dan akhirnya ia mengenalkan diri sebagai wazir kerajaan Mesir.

Meskipun dalam mimpi, rasa cinta dan kasih sayang Zulaikha bersemai menjadi rindu yang membuatnya menolak semua pinangan para putera raja yang lain. Mimpinya yang berulangkali diceritakan kepada ayahnya. Setelah mengetahui apa yang dialami puteri cantiknya, ayahnya segera mengirimkan utusan dan mengatur rencana pernikahan Zulaikha dengan Wazir negeri Mesir.

Melihat wazir (al-Aziz) tersebut pertama kalinya, sungguh hancur dan kecewa hati Zulaikha karena wajahnya tidak seperti yang dilihatnya dalam mimpi. Meski begitu, ada suara ghaib berbisik padanya, “Benar Zulaikha, ini bukan pujaan hatimu. Tapi hasratmu pada kekasihmu sebenarnya akan tercapai melaluinya. Janganlah engkau takut kepadanya. Mutiara kehormatanmu sebagai perawan akan selamat meski engkau hidup bersamanya.”

Meski kecewa dan patah hati, Zulaikha tetaplah taat kepada suaminya karena Zulaikha percaya, ia akan selamat bersamanya. Waktu pun berlalu, hingga suatu hari suaminya membawa pulang seorang budak, Yusuf yang dibelinya di pasar. Zulaikha sangat terkejut melihat Yusuf, karena dialah lelaki dalam mimpinya. Tampan, rupawan dan menarik. Ketampanan Yusuf merupakan separuh kecantikan dunia.

Yusuf tinggal dirumah Zulaikha dan suaminya, Qithfir dan diperlakukan sangat baik. Zulaikha yang sejak dulu sangat berhasrat, menggoda Yusuf saat suaminya tidak ada di rumah. Zulaikha mengajaknya berzina dan menutup pintu-pintu.

Dia berkata kepada Yusuf, “Marilah kesini, wahai Yusuf!. Meskipun sama-sama berhasrat, namun karena keimanannya, Yusuf menolaknya, “Aku berlindung kepada Allah. Sungguh tuanku telah memperlakukanku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung.”

Mereka pun berlomba menuju pintu dan Zulaikha menarik gamis Yusuf dari belakang hingga terkoyak. Namun malang bagi mereka karena suaminya Zulaikha memergoki mereka di depan pintu. Karena merasa terpergok, Zulaikha berkata kepada suaminya, “Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain dipenjarakan atau dihukum dengan azab yang pedih?”.

Yusuf pun membela diri, “Wahai Tuan, dia yang telah menggodaku.”

Karena bingung atas kesaksian mereka; juga tiada saksi atas kejadian sebenarnya, didatangkanlah seorang saksi dari keluarga Zulaikha. Dia berkata, “Jika baju gamisnya Yusuf koyak di depan, maka Zulaikha benar dan Yusuf yang berbohong. Namun jika baju gamisnya Yusuf koyak di belakang, maka Yusuf yang benar dan Zulaikha yang telah berbohong.”

Suaminya Zulaikha memeriksa keadaan baju gamis Yusuf dan melihat ternyata baju gamis Yusuf koyak di belakang. Berkatalah suaminya kepada Zulaikha, “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.”

Meski begitu, suaminya merasa malu atas apa yang dilakukan oleh istrinya. Dia berkata, “Wahai Yusuf, rahasiakanlah kejadian ini. Dan kamu, istriku mohon ampunlah kepada Allah, karena telah berbuat salah.”

Kejadian memalukan itu telah berlalu dan dirahasiakan oleh Yusuf, tetapi tetap saja beritanya menyebar hingga para wanita di kota mencerca sikap Zulaikha dan berkata, “Istri Al-Aziz telah menggoda bujangnya karena cintanya kepada bujangnya sangat mendalam.”

Ketika cercaan itu sampai di telinga Zulaikha, dia pun mengundang mereka dan disediakan tempat duduk lalu diberikan kepada masing-masing sebuah pisau untuk memotong jamuan yang dihidangkan. Berkatalah Zulaikha kepada Yusuf, “keluarlah kamu. Tunjukkanlah dirimu pada wanita-wanita ini.

Ketika para wanita itu melihat wajah Yusuf, mereka pun kagum akan ketampanannya hingga melukai jari-jari tangannya, “Maha Sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Ini adalah malaikat yang mulia.”

Zulaikha berkata, “Inilah lelaki yang menjadi sebab aku dicerca oleh kalian, karena aku tertarik dan menggoda dirinya. Tetapi sayangnya, dia menolak ajakanku. Sesungguhnya, jika dia tidak menaati perintahku ia akan dipenjara”. Yusuf pun berdoa agar dia dipenjara. Karena itu lebih baik baginya daripada harus memenuhi ajakan mereka. Allah pun memperkenankan doanya.

Setelah beberapa waktu dipenjara, Yusuf dibebaskan karena telah menafsirkan mimpi sang raja. Saat dimana tiada seorang pun ahli mimpi yang berhasil menafsirkan mimpinya raja. Raja membenarkan bahwa Yusuf adalah orang yang jujur dan mengakui bahwa dia tidak berkhianat saat kejadian memalukan yang terjadi di rumahnya dahulu.

Yusuf pun diberikan kedudukan yang tinggi di kerajaan. Atas permintaan Yusuf, raja menjadikannya sebagai bendaharawan negara (Mesir) karena ia adalah orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan.

Setelahnya, Yusuf menjabat sebagai wazir Mesir menggantikan suaminya Zulaikha. Dan menikahi Zulaikha setelah suaminya meninggal dunia. Yusuf menikahi Zulaikha dalam keadaan perawan. Dan dari perkawinannya, mereka memperoleh dua orang putra: Ifraitsim Ibn Yusuf dan Misya Ibn Yusuf.