Masa Depan Kampus Jadi Pertaruhan

Notification

×

Iklan

Iklan

Masa Depan Kampus Jadi Pertaruhan

Rabu, 09 Juni 2021 | 07:09 WIB Last Updated 2021-06-23T03:51:08Z


Mamat Muhammad Bajri, M.Ag. — 
Ketua Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Muhajirin Purwakarta


NUBANDUNG - Pertarungan Intelektual dengan menghadirkan Gagasan, ide dan konsep untuk menyelesaikan problematika bangsa  sptnya mati suri. Kampus sudah menjadi medan Pertarungan Politik untuk mendapatkan Jabatan dan Proyek. Daya Kritis sudah mulai hilang dalam dunia akademik. 


Civitas akademik harusnya menjadi garda terdepan dalam memimpin perubahan serta memberikan solusi konstruktif atas perjalanan bangsa, bukan justru berlindung di jantung kekuaaaan  Dosen harus berani keluar dari zona nyaman. 


Tridarma Perguruan tinggi hanya berfungsi untuk mengejar titel akademik dan kenaikan kepangkatan. Tradisi akademik terutama yang berorientasi mengejar world university menjadi tidak bermakna sama sekali, ketika persoalan kehidupan masyarakat tidak bisa diselesaikan. 


Masa depan bangsa ada ditangan para civitas akademik. Otoritas idealisme kampus menjadi hilang dan bertekuk lutut dihadapan Logika Kekuasaan. Idealisme menjadi luntur ketika berhadapan dengan Lingkaran Kekuasaan. Menyuarakan kebenaran dan menyampaikan ilmu pengetahuan harus menjadi prioritas utama yang harus dilakukan oleh civitas akademik. Integritas, kredibilitas dan kapasitas dosen menjadi pertaruhan moral dihadapan Logika Publik.


Teringat Ungkapan Ali Syariati seorang pemikir Muslim Iran bahwa Kelompok intelektual tidak ditentukan oleh gelar akademik tinggi, melainkan kelompok intelektual adalah kelompok yang berani menyampaikan kebenaran dihadapan lingkaran kekuasaan dan terlibat dalam nadi-nadi masyarakat serta mampu kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat serta membela kepentingan kemanusianl. Apa artinya tulisan kita terindeks international, tetapi tidak berani menyuarakan kebenaran dan membela kepentingan bangsa ke depan. 


Fungsi kampus bukan berlomba-lomba mengejar jabatan akademik dan menduduki jabatan politis dikampus, melainkan kampus berfungsi mencetak calon-calon pemimpin bangsa yang produktif. Publik menunggu Gerakan Intelektual Kampus untuk memberikan dialektika pencerahan dan kepastian atas perjalanan bangsa ke depan. Jabatan Akademik tidak akan dilihat oleh Publik. Gengsi akademik hanya aksesoris semata dihadapan Publik. Kebangkrutan kampus ditandai dengan Hilangnya integritas dan kredibilitas civitas akademik. 


Menara Gading yang dibangun dengan Anggaran negara oleh kampus tidak akan menyelesaikan bangsa yang sedang mengalami krisis. Berlomba-lomba dalam membangun menara gading akan membuat publik kecewa, jika tidak dibarengi dengan transformasi intelektual. 


Research yang dilakukan oleh civitas akademik yang dibiayai oleh Negara harus bisa menghasilkan teori baru dan metodologi baru dalam menyelesaikan problem bangsa. Pengabdian Masyarakat harus memberi solusi atas kesulitan yang dihadapi masyarakat. 


Pengajaran yang dilakukan oleh civitas akademik baik mengunakan pembelajaran e-learning, daring, during harus mampu menghasilkan peserta didik yang kritis, cerdas secara intelektual, emosional dan Spiritual dan membawa peserta didik pada kerangka berfikir yang rasional, philosofis, terukur, sistematis serta diarahkan untuk memiliki idealisme yang tinggi  


Skripsi, tesis, disertasi yang ada dalam perguruan tinggi hanya sebagai syarat formal untuk peserta didik mendapatkan ijazah dan sebagai tanda bahwa peserta didik sudah lulus belajar di perguruaan tinggi.


Salam. Muhammad Awod Faraz Bajri ( Purwakarta, 08 Juni 2021)