Syariah Hotel Solo, Hotel Syariah Terbesar di Indonesia

Notification

×

Iklan

Iklan

Syariah Hotel Solo, Hotel Syariah Terbesar di Indonesia

Minggu, 27 Juni 2021 | 10:28 WIB Last Updated 2021-06-27T03:28:22Z

NUBANDUNG
- Kehadiran hotel bernuansa Islami atau yang dikenal dengan hotel syariah mulai banyak dilirik masyarakat. Nuansa berbeda yang ditawarkan hotel jenis ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, terutama kaum muslim.

Salah satu hotel di Indonesia yang mengusung konsep syariah adalah Syariah Hotel Solo (SHS) yang ada di Kota Solo, Jawa Tengah.

SHS merupakan hotel bintang 4 yang disebut-sebut sebagai hotel syariah terbesar di Indonesia saat ini.

Di hotel ini Anda akan menemukan suguhan nuansa Islami yang sangat kental. Seluruh karyawan perempuan di hotel ini mengenakan jilbab dan karyawan laki-lakinya memakai peci.

Tak hanya itu, jika pada hotel konvensional semuanya serba bebas, baik makanan, minuman ataupun hiburan. Di hotel syariah ini, pelayanannya dibatasi.

Makanan dan minuman yang disediakan di tempat ini pun seluruhnya dijamin bersertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Selain makanan dan minuman halal, setiap rest room atau kamar kecil di SHS menyediakan air yang cukup untuk bersuci, baik untuk buang air kecil maupun besar bahkan mandi. Hal ini kadang jarang ditemui di hotel-hotel konvensional.

" Kemudahan bersuci harus ada toilet shower tidak hanya tissue. Kan banyak hotel tidak menyediakan itu, ini kan tidak ramah buat muslim. Kemudahan untuk beribadah ini kalau misalkan di kamar ada arah kiblat, disediakan sajadah, ada Al-Quran," ujar Humas SHS, Paramita SIW.

Kata dia, hotel syariah tidak menyediakan tempat hiburan seperti bar. " Pokoknya intinya yang dugem nggak karuan, yang terlalu hingar-bingar dan hura-hura dilarang. Kita berhibur boleh tapi muslim kan lifestyle lebih ke manfaatnya," katanya.

Selain itu, setiap tamu yang datang ke SHS akan diperiksa secara hati-hati. Artinya, tidak semua tamu bisa diterima untuk menginap di hotel syariah, misalkan pasangan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim.

Namun, bukan berarti setiap pasangan tamu yang datang harus selalu menunjukkan buku nikah sebagai bukti.

"Tidak ada peraturan atau Perda ke mana-mana harus bawa buku nikah, jadi dugaan kuat yang kita pakai. Kita tahu orang datang itu mau ngamar atau beneran nginap," tutur Paramita.

"Kalau yang hanya mau ngamar, cuma mau sejam dua jam biasanya nggak bawa koper, bahasa tubuhnya beda. Jadi kalau mencurigakan ada kemungkinan ditolak tapi tidak secara vulgar jadi mulai dari satpam sudah ada standar prosedurnya."