Tuhan Para Ilmuwan

Notification

×

Iklan

Iklan

Tuhan Para Ilmuwan

Rabu, 23 Juni 2021 | 10:26 WIB Last Updated 2021-06-23T03:26:58Z


Penulis
Prof Luthfi Assyaukanie


Ada banyak tuhan di dunia ini. Setiap agama memiliki tuhan. Setiap manusia punya pemahaman sendiri-sendiri tentang tuhan. Orang Etiopia punya gambaran tuhan yang berbeda dari orang Eskimo. Orang Hindu punya tuhan yang berbeda dari orang Islam. Tuhan kaum beragama berbeda dari tuhan para ilmuwan.


Karena kelemahan bahasa, manusia menggambarkan tuhan sebatas kosakata yang mereka miliki. Misalnya, tuhan dianggap maha mendengar, maha melihat, maha perkasa, dst. Mendengar, melihat, perkasa adalah sifat-sifat manusia. Akibatnya, orang punya gambaran antropomorfis (mirip manusia) tentang tuhan. Tuhan bertindak seperti manusia: mengawasi, mengasihi, membenci, mendendam, menghukum, dst.


Para ilmuwan punya gambaran sendiri tentang tuhan. Jika tuhan adalah the ultimate being (wujud paripurna), maka itu bisa berarti apa saja yang mengatur alam semesta. Bisa energi, bisa gravitasi, bisa elektromagnet, atau yang lainnya. Tuhan adalah ekspresi terakhir ketika bahasa manusia tak lagi sanggup menggambarkan ketakterhinggaan. The ultimate being adalah penggerak alam semesta yang tak terpisahkan dari alam semesta itu sendiri.


Spinoza, Einstein, Hawking, dan para ilmuwan agung lainnya, meyakini tuhan penggerak itu. Tuhan adalah sekuntum bunga yang merekah di pagi hari. Tuhan adalah gravitasi yang memungkinkan stasiun luar angkasa terjaga pada porosnya. Tuhan adalah energi yang mendorong anak kucing di jalanan bertahan hidup.


Tak ada yang lebih agung dan sublime melebihi tuhan para ilmuwan.


Sumber: FB Prof Luthfi Assyaukanie