3 Desa di Garut Penghasil Tukang Cukur

Notification

×

Iklan

Iklan

3 Desa di Garut Penghasil Tukang Cukur

Rabu, 14 Juli 2021 | 11:52 WIB Last Updated 2021-07-14T04:52:46Z

NUBANDUNG
- Praktik pemotongan rambut pada pria berawal sejak 400 tahun sebelum Masehi di Macedonia. Hingga berkembang pada abad keempat yang tidak hanya memotong rambut namun tukang cukur atau kapster berperan layaknya tabib karena dapat mengobati luka pendarahan, pembedahan dan ahli gigi.

Dari sinilah awal lahirnya tiang barbershop yang diisi oleh warna merah, putih, dan biru yang mana menjadi simbol turun menurun sampai hari ini. Warna merah berarti darah, putih bermakna perban bersih, serta biru menyiratkan pembuluh darah sedangkan bentuk spiral menggambarkan perban yang diperas.

Awal mula masuknya barbershop ke Indonesia tertera dalam buku Wajah Bandoeng Tempoe Doeloe karangan Haryoto Kunto yang menceritakan orang keturunan Tionghoa di Bandung terkenal sebagai ahli pemangkas rambut serta membersihkan kotoran telinga.

Adapun sejarah mengenai orang Garut yang berprofesi sebagai kapster lahir berkat konflik politik karena adanya pemberontakan Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia (DI/TII) sehingga pada awal tahun 1950 banyak pribumi Garut mengungsi dan bekerja sebagai kapster di berbagai daerah Indonesia.

Orang Garut yang sukses menjadi kapster lantas kembali pulang dan mengajak pemuda lain untuk mengikuti jejaknya di perantauan. Wilayah penghasil kapster di Garut tersebar di daerah seperti Desa Bagendit, Banyuresmi, Wanaraja, dan Bina Karya.

"Ini sudah semacam pekerjaan turun menurun di Garut bahkan gunting yang saya gunakan adalah buah warisan," ujar Eriec Toto, kapster asal Garut yang juga anggota Paguyuban Pangkas Rambut Indonesia.

Kapster asal Garut dikenal senang mengobrol, ramah dan teliti dalam pengerjaan. Hingga kini warga pribumi Garut mendominasi profesi kapster di bagian barat Indonesia.

"Untuk bagian barat didominasi oleh kapster asal Garut sedangkan belahan timur Indonesia banyak dari para kapster berasal dari Pulau Madura. Karena Madura memiliki sejarah yang lebih panjang dari periode di Garut," ujar Ridwan Setiawan selaku pemilik Barberhaze.

Kegiatan memijit selepas mencukur merupakan ciri khas dari kerja para kapster asal Garut. Hal tersebut masih dipertahankan hingga saat ini bahkan menjadi identik bagi barbershop di Indonesia.

Maka tidak heran jika pemangkas asal Garut menjadi pilihan yang menjadikan profesi tersebut sebagai lahan rezeki primer di beberapa daerah di Garut.

"Saya pernah dengar kalau pendapatan terbesar di Banyuresmi berasal dari profesi sebagai kapster," kata Ridwan.

Sumber: ayobandung.com