Inilah Prosesi Pernikahan Adat Sunda

Notification

×

Iklan

Iklan

Inilah Prosesi Pernikahan Adat Sunda

Kamis, 29 Juli 2021 | 10:24 WIB Last Updated 2021-09-12T06:05:24Z


NUBANDUNG
- Pernikahan adalah hal yang sakral di banyak suku. Begitu juga dengan adat Sunda, banyak sekali prosesi yang akan dijalani dalam sebuah pernikahan. Beberapa anak milenial memang lebih suka dengan kesederhanaan dan asal sah saja. Namun, orang tua merekalah yang tidak mungkin mengizinkan anak mereka menikah dengan sederhana. 


Bagi orang tua, pernikahan anaknya adalah simbol dari harta simpanan yang mereka punyai saat ini. Kalau bisa pernikahannya mewah dan menjadi bahan omongan tetangga. Namun, bagi sang anak, itu adalah biaya besar yang harus dibayar. Bagi sang anak, cukup menikah secara sederhana dengan orang dicintai saja adalah ke-uwu-an yang patut disyukuri.


Untuk Sahabat yang penasaran dengan prosesi panjang apa saja yang terjadi pada pernikahan adat Sunda, berikut ini adalah ulasannya.


Neundeun Omong (Menyimpan Janji)


Hampir setiap suku juga memiliki proses ini, menyimpan janji. Neundeun omong adalah tahapan di mana sang lelaki menyatakan ketertarikannya pada seorang perempuan. Biasanya sang lelaki harus ke rumah bertemu dengan orang tua perempuan. Tak jarang lelaki juga membawa pihak keluarganya saat ke rumah perempuan.


Beberapa orang Sunda melewati prosesi ini karena kemajuan zaman. Bahkan beberapa orang tua langsung menjodohkan anak mereka dengan anak kenalan atau temannya.


Narosan (Lamaran)


Proses selanjutnya adalah proses lamaran yang dikenal dengan narosan. Proses ini mewajibkan lelaki menyerahkan sirih lengkap dan uang pengikat. Hal ini digunakan sebagai tanda lelaki mau membiayai pernikahan.


Tak hanya itu, lelaki juga membawakan cincin belah rotan atau biasanya disebut sebagai cincin meneng sebagai tanda ikatan. Dahulu, tanda ikatan menggunakan ikat pinggang dari kain yang berwarna polos hijau atau kuning keemasan.


Mawakeun (Seserahan)


Proses mawakeun atau seserahan ini biasanya dilakukan seminggu sebelum proses akad nikah. Beberapa perlengkapan yang diserahkan semisal perabotan rumah tangga, makanan, uang, pakaian, dan sebagainya. Pihak perempuan juga membalas mawakeun ini dengan memberikan seserahan kepada pihak lelaki.


Ngebakan (Siraman)


Ketika hari pernikahan sudah dekat, mempelai melakukan proses ngebakan atau siraman. Proses siraman ini dilakukan oleh mempelai wanita dengan tujuan menyucikan secara lahir dan batin. Acara ini biasanya dilangsungkan siang hari di rumah mempelai wanita. Dalam proses ngebakan ini ada beberapa hal yang dilakukan.


Ngecakeun Aisan


Hal pertama adalah ngecakeun aisan. Ini adalah prosesi di mana sang ibu menggendong mempelai perempuan secara simbolis dari kamar dan sang ayah membawakan lilin hingga ke tempat sungkeman.


Ngaras


Prosesi ini adalah mempelai wanita melakukan izin untuk sungkem dan mencuci kedua kaki orang tuanya.


Mencampur Air Siraman


Air cucian kaki kedua orang tua tersebut kemudian dicampur dengan tujuh macam bunga wangi yang biasanya disebut dengan bunga setaman.


Siraman


Calon mempelai wanita menuju ke tempat siraman sembari menginjak 7 helai kain yang sudah disiapkan. Siraman dimulai dengan urutan ibu, ayah, lalu para sesepuh keluarga mempelai wanita. Jumlah siraman harus ganjil. Bisa 7, 9, atau 11.


Potong Rambut


Setelah prosesi siraman selesai, selanjutnya adalah proses ngerik atau potong rambut. Rambut yang dipotong hanya bulu-bulu halus pada wajah, kuduk, rambut sinom, dan godeg (bagian dekat telinga).


Ngeyeuk Sereuh


Prosesi selanjutnya adalah ngeyeuk sereuh. Dalam prosesi ini kedua calon mempelai meminta restu pada masing-masing orang tua mereka. Orang tua mereka pun memberikan nasihat melalui benda-benda yang dibawa dalam prosesi ini. Benda-benda tersebut sebagai simbol dan memberikan arti tersendiri. Prosesi ini dipimpin oleh pangeuyeuk atau sesepuh yang dituakan untuk memimpin acara.


Ngabageakeun (Pertemuan)


Setelah proses sebelum akad selesai. Proses selanjutnya adalah ngabageakeun. Proses ini adalah proses di mana utusan mempelai wanita menjemput calon mempelai pria. Mempelai pria diberikan kalung bunga melati oleh ibu mempelai wanita.


Selanjutnya mempelai wanita berjalan menuju pelaminan dengan diapit oleh kedua orang tuanya. Kemudian duduk di sebelah mempelai pria dan akad nikah dimulai.


Akad Nikah


Akad nikah dimulai seperti halnya akad nikah yang dilakukan oleh suku lainnya. Akad nikah biasanya dilakukan di tempat ibadah seperti masjid atau gereja. Ada juga yang langsung dilaksanakan di tempat resepsi pernikahan.


Sungkeman


Setelah akad nikah berjalan dengan lancar, pasangan suami istri baru tersebut pun melakukan sungkeman kepada kedua orang tua untuk meminta restu dan maaf atas kesalahan yang selama ini dibuat.


Saweran


Setelah sungkeman selesai dilaksanakan. Kegiatan selanjutnya adalah saweran. Pengantin didudukkan di kursi sambil dipayungi dan diberikan beberapa nasihat oleh orang tua mereka. Sembari itu, dilakukan pelemparan beras, uang logam, potongan kunyit, dan permen. Barang-barang yang dilempar tersebut sebagai simbol atas kemakmuran, kejayaan, dan manisnya hidup berumah tangga.


Meuleum Harupat


Selanjutnya dilakukan upacara meuleum harupat. Upacara ini berisi simbol tentang pemecahan masalah rumah tangga secara bersama-sama. Istri membakar batang harupat yang dipegang oleh suami dengan lilin yang nyala. Ini bermakna sebuah masalah bisa saja dimulai dari istri maupun suami.


Setelah itu harupat yang terbakar dimasukkan ke dalam kendi yang berisi air dan dipegang oleh istri. Hal ini bermakna, istri dalam sebuah rumah tangga harus mendinginkan suasana sebagaimana kendi berisi air tersebut.


Nincak Endog


Prosesi pernikahan adat Sunda selanjutnya adalah nincak endog. Dalam prosesi ini suami menginjak telur hingga pecah. Sang istri kemudian membersihkan kaki sang suami.


Prosesi ini sebagai simbol bahwa istri juga bertugas menasihati suaminya ketika salah, namun tetap dengan kerendahan hati, tidak membentak-bentak.


Ngaleupas Japati


Prosesi selanjutnya adalah melepas burung dara atau dikenal dengan ngaleupas japati. Simbol dari prosesi ini adalah sekarang mereka berdua dilepas oleh orang tua mereka menuju kehidupan rumah tangga yang sebenarnya. Harus bertanggung jawab sendiri dan tidak bergantung pada orang tua mereka.


Muka Panto


Tahap selanjutnya dari pernikahan adat Sunda adalah muka panto atau membuka pintu. Istri berada di dalam rumah sedangkan suami berada di luar. Suami mengetuk 3 kali dan istri membukakannya. Prosesi ini biasanya dilakukan dengan saling bersahut pantun.


Huap Lingkup


Huang lingkup adalah prosesi orang tua menyuapi menantunya. Prosesi ini sebagai simbol bahwa tidak ada perbedaan kasih saya kepada anak sendiri ataupun menantu.


Pabetot Bakakak Ayam


Prosesi pernikahan yang terakhir adalah pabetot bakakak ayam. Prosesi ini dilakukan oleh kedua pengantin dengan saling menarik ayam bakar utuh. Simbol dari tahap pernikahan adat Sunda ini adalah bahwa rejeki yang diterima harus dinikmati bersama.


Itulah tahapan panjang dari pernikahan adat Sunda yang harus dijalani bagi orang Sunda yang hendak menikah. Banyak sekali simbol dan nilai moral yang bisa diambil dari setiap prosesinya.