Kuliah Tani Ajarkan Masyarakat Produktif Manfaatkan Pekarangan Rumah

Notification

×

Iklan

Iklan

Kuliah Tani Ajarkan Masyarakat Produktif Manfaatkan Pekarangan Rumah

Sabtu, 21 Agustus 2021 | 09:46 WIB Last Updated 2021-09-12T06:06:29Z


NUBANDUNG
- Pusat Kajian Resolusi Konflik (CARE), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University bekerja sama dengan PT Pertamina EP Jatibarang Field Zona 7 gelar Kuliah Tani, pada hari Kamis (19/8/2021). 


Kegiatan yang mengambil tema “Inovasi Biocyclo Farming untuk Optimasi Pekarangan yang Produktif dan Ramah Lingkungan" ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pemanfaatan lahan pekarangan menjadi lahan yang produktif.


Kepala CARE IPB University, Prof Didik Suharjito mengatakan bahwa kegiatan ini sangat penting bagi masyarakat, khususnya pada masa pandemi seperti saat ini. Waktu yang lebih banyak di rumah dapat digunakan untuk mengolah lahan pekarangan untuk menjadi lahan pertanian yang produktif.


“Saya berharap Kuliah Tani ini dapat berlanjut pada aksi masyarakat dalam melakukan pemanfaatan lahan pekarangan. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan memanfaatkan sampah rumah tangga akan menciptakan kondisi lingkungan yang lebih ramah dan produktif. Di samping itu, pemilik rumah juga dapat mencukupi kebutuhan sayur setiap hari,” ujar Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University ini.


Head Comrel and CID Pertamina Zona 7, Wazirul Luthfi mengatakan bahwa ini adalah salah satu kontribusi Pertamima EP Zona 7 dalam upaya membangun pertanian yang dimulai dari skala kecil. Pertamina EP berkomitmen untuk mengembangkan masyarakat antara lain melalui pengembangan pertanian.


“Kami berharap acara ini dapat bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat petani. Melalui energi kebaikan dan kemerdekaan kami akan berupaya untuk terus berkontrbusi dalam menciptakan inovasi,” ujarnya.


Menurutnya, PT Pertamina EP Jatibarang Field dan CARE IPB University selama ini telah mendampingi beberapa kelompok wanita tani yang mengembangkan pekarangan dengan pendekatan biocyclo farming. Antara lain di Majalengka terdapat tiga kelompok yang terdiri atas Pepeling Gembos, Kelompk Wanita Tani (KWT) Bongas Wetan Indah dan KWT Mulia Denok.


Pada acara Kuliah Tani ini kelompok memperlihatkan kegiatan pertanian dengan menampikan video menarik tentang kegiatan-kegiatan produktif kelompok, serta mendemonstrasikan cara pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) dan media tanam.

 

Dalam kesempatan ini, Ir Surapati, ahli pertanian CARE IPB University memberikan materi biocyclo farming untuk pekarangan. Ir Surapati menyampaikan pentingnya melakukan pemanfaatan pekarangan rumah. Melalui pemanfaatan pekarangan kondisi lingkungan akan tampak sehat dan ramah lingkungan.


“Manfaat lainnya antara lain menciptakan keasrian dan keindahan lingkungan pekarangan. Adanya konservasi sumberdaya tanah, lahan dan air, memperbaiki iklim mikro, lingkungan menjadi bersih dan sehat. Selain itu, kegiatan ini dapat memacu pendaur ulangan bahan atau sampah organik,” ujarnya.


Menurutnya, salah satu metode yang dapat digunakan dalam pemanfaatan pekarangan adalah biocyclo farming.


“Biocyclo farming adalah suatu sistem pertanian yang menjadikan areal lahan (bisa juga pekarangan) dan berbagai bentuk budidaya yang ada di atasnya sebagai satu kesatuan (terintegrasi). Tanaman, ternak, dan ikan terintegrasi dalam satu siklus (biosiklus) sedemikian rupa sehingga hasil panen dari satu kegiatan pertanian dapat menjadi input kegiatan pertanian lainnya, selebihnya dilepas ke pasar,” jelasnya.


Kuliah Tani ini juga menghadirkan Atang Sumarna, mitra binaan CARE IPB University. Atang merupakan petani urban farming yang memanfaatkan pekarangan menjadi lahan produktif. Bermula dari memanfaatkan waktu di masa pandemi, Atang mulai menanam tanaman dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di rumahnya. Untuk menanam sayur awalnya ia hanya menggunakan ember bekas. Kemudian Atang menambahkan jenis tanaman hidroponik dengan menggunakan barang bekas seperti styrofoam. Selama bercocok tanam, ia menemui banyak kendala dalam pemeliharaan tanaman.


“Saya tidak memiliki dasar ilmu pertanian, sehingga ketika bercocok tanam banyak kendala yang dihadapi. Kendala tersebut tidak membuat saya lantas menyerah. Saya banyak belajar dari internet tentang cara bercocok tanam. Kini, lahan pekarangan yang hanya berukuran 2x5 meter persegi sudah dapat mencukupi kebutuhan aneka sayur untuk rumah tangga bahkan bisa berbagi kepada tetangga dan sebagian bisa dijual,” ungkap Atang.