Diaspora Komunikasi Manusia dan Media Digital

Notification

×

Iklan

Iklan

Diaspora Komunikasi Manusia dan Media Digital

Minggu, 19 September 2021 | 19:50 WIB Last Updated 2022-09-09T01:42:09Z

Oleh: Pungkit Wijaya,
Penulis Lepas

Ketika seseorang sedang menggunakan atau mengakses internet, bisa di katakan ia adalah cybog, mengapa? Pasalnya menurut beberapa pemikir postmodern melayangkan pernyataan atau istilah tersesebut. 

Dengan kemunculan cyberspace, tubuh manusia seakan menjadi terbagi, di satu sisi mengisi ruang maya, di sisi lain menjadi manusia yang nyata. Jelasnnya antara yang digital dan nyata.

Berangkat dari asumsi tersebut kini seiring perkembangannya, internet muncul sebagai generasi kedua dari cyberspace tersebut, yang sering diidentifikasikan menjadi mesin serba cepat dan pencetak hasrat. Tentu mengharuskan setiap manusia yang hidup di zaman ini untuk mengakses, jikalau tidak akan ketinggalan zaman. Tutur beberapa pakar media telekomunikasi.

Oleh karenanya kebutuhan tersebut seiring perkembangan dunia global yang mengharuskan kita untuk memiliki itu, selebihnya dapat menggunakannya sebagai kebutuhan lalu dapat menimbulkan sesuatu yang bermanfaat atau ada nilai guna dalam kehidupan.

Lalu kedatangan cyberspase apakah berguna bagi kehidupan? Ya, tentu saja, sangat berguna bagi seluruh penggunannya. Dalam cyberspase atau dunia menjadi dilipat, apalagi sekarang ditambah dengan kemunculan internet dari buku-buku hingga data penduduk menjadi serba digital, seakan semua dari kondisi budaya, sosial, politik, ekonomi menjadi lebar ruang diaspora, melebihi dari dunia nyata,.

Sebab dari percepatan tersebut dalam perihal apapaun akan serba elektronik atau sudah beranjak ke dunia oneline; pembertiaan, dukungan suara, serta bisnin pun menjadi digital.

Sementara itu, kata cyberspase tersebut pertama kali digunakan William Gibson dalam novel fantasi ilmiahnya Neuromancer (1984), dari novel tersebut Gibson menggambarkan sang hero menghubungkan komputer dengan otaknya dan awalan cyber tersebut dikaitkan dengan robot komputer.

Dengan demikian seiring perkembangan tekhnologi informasi menuju skenario yang dihadirkan Gibson. Maka kata cyberspace sering digunakan lalu menghasilkan definisi dan makna yang beragam. Di sisi lain juga di cerita Doctor Who yang sering disiarkan di BBC Amerika, pada tahun 1960 dalam acara tersebut mereka sering mengutarakan kata cyberman.

Uniknya seiring perkembangannya, beragam istilah pun kini bermunculan, sehingga memunculkan sesuatu yang baru, semisal cybernet. Orang-orang dipastikan akan tergolong dalam istilah tersebut, sebab semisal karena tidak lepas dari kebutuhan akan akses internet tersebut. Apalagi kini sudah menjamah dunia gadgetis yang memang semua orang akan serba cepat.

Dari istilah cyberman dan cybernet tersebut kita yang hari ini sedang menggunakan perangkat internet seakan tak mampu lepas dari dunia itu, dunia digital yang menyebabkan kita seperti “kecanduan”, tubuh, perasaan, pikiran, seakan dikondisikan untuk mengakses, tanpa digital kita seakan gatal. 

Ya begitulah kilahnya orang-orang memberi alasan, mengapa? Pada saat apapun, kita seakan ingin mengutarakan sesuatu dalam berandan facebook, atau mengikuti twiter seseorang, atau bisa bertegur sapa di yahoo massanger, di mana saja dan kapan saja.

Pada sisi lain media digital merupakan media saluran yang mengirimkan informasi hanya dalam kode digital (bit 1 dan 0). Media digital akan semakin berkembang dengan adanya dua faktor pendorong, yaitu pertambahan pengguna internet dan semakin meningkatnya aktivitas online.

Pertumbuhan media digital mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan, baik dari sisi pengguna (society) maupun platform tradisional. Media digital dapat dijadikan sebagai media untuk bisnis dan melalui perkembangan internet dapat dijadikan sebagai opportunity untuk memulai berbisnis maupun dilirik sebagai target pasar. 

Sementara itu digunakan sebagai media organisasi non-profit. Kiat-kiat dalam membangun ide bisnis dari pertumbuhan media digital: Lihatlah bagaimana perubahan akibat pengaruh dari pertumbuhan media digital.

Pada titik itulah perkembangan digitalisasi harus disikapi dengna serius, dengan menimbang bahwa dunia maya sudah menjadi budaya, atau bisa saja mendarah daging. Dengan pengawasan dan kehati-hatian kita akan selalu menjadi manusia yang tak selalu awam untuk selalu mengingatkan, persoalannya sederhana, dari ruang tersebut beberapa aspek harus menjadi nilai prioritas.

Persoalannya sederhana, dari ruang tersebut ada beberapa aspek yang harus menjadi prioritas. Semisal ketika anak-anak sering mengakses dunia digital tersebut ada dorongan untuk melulu bermain atau mengaksesnya, akan tetapi muncul watak “malas” dan mulai enggan untuk melakukan sesuatu yang lain, semisal disuruh oleh orang tua mengelak atau seharian terus saja bermain game game oneline.

Apakah generasi kita memang akan diciptakan untuk menjadi manusia digital? Atau memang kita juga telah menjadi manusia digital tersebut, tanpa bisa melepaskan ruang-ruang yang menciptakan hasrat tersebut, selebihnya mari menyelamatkan manusia digital. Ingat, anekdot yang mengatakan kita itu seperti hidup dalam dua alam; alam nyata dan alam maya!