Kawah Cibuni, Keindahan Mutiara Terpendam di Bandung Selatan

Notification

×

Iklan

Iklan

Kawah Cibuni, Keindahan Mutiara Terpendam di Bandung Selatan

Sabtu, 25 September 2021 | 12:26 WIB Last Updated 2021-09-25T05:26:45Z


NUBANDUNG
– Bandung Selatan adalah sebuah kawasan yang dikelilingi sejumlah gunung berapi. Salah satu dari gunung api adalah Gunung Patuha yang letaknya hanya sekitar 50 kilometer ke arah selatan dari Kota Bandung atau sekitar 25 km dari Kecamatan Soreang, pusat pemerintahan Kabupaten Bandung.


Gunung dengan ketinggian sekitar 2.400 meter ini memiliki sejumlah kawah yang umum dikunjungi sebagai obyek geowisata, salah satunya yang mungkin paling terkenal adalah Kawah Putih. Tapi Gunung Patuha juga memiliki kawah lain yang masih jarang terdengar dan dikunjungi oleh wisatawan. Namanya Kawah Cibuni, tepatnya terletak di kaku Gunung Sepuh.


Kawah Cibuni adalah obyek pariwisata yang masih belum banyak dikenal. Areal kawah ini memang layak dijadikan obyek wisata. Pemandangannya aduhai. Berhawa sejuk dan menyenangkan pula. Meski jarak tempuh lumayan jauh, tapi selalu saja ada orang berkunjung ke tempat ini untuk berekreasi.


Terletak sekitar dua kilometer arah tenggara Situ Patengan di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Terdapat kawah-kawah kecil berisi lumpur yang meletup-letup oleh gelembung gas, juga sumber air panas yang dialirkan berupa pancuran-pancuran di pemandian terbuka.


Untuk mencapai kawah ini, wisatawan bisa berkendara melalui pusat kota Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung menuju arah Situ Patengan. Jalur ini akan membawa wisatawan melintasi hutan pegunungan di mana bisa ditemukan gerbang masuk kawasan Kawah Putih dan kawasan wisata Rancaupas, kemudian jalan ini akan membawa wisatawan melalui indah perkebunan teh yang terhampar luas. 


Di kawasan perkebunan ini terdapat beberapa kawah aktif yang dapat dikunjungi. Kawah-kawah ini terletak cukup terpencil sehingga sering luput dari perhatian para pengguna jalur jalan Ciwidey-Cianjur, walaupun ada beberapa papan petunjuk menuju kawah yang terpasang di sisi jalan.


Yang paling unik dari semua kawah ini adalah kawah Cibuni yang berada sekitar satu kilometer dari jalan raya atau Jembatan Ciorok. Untuk menuju kawah, pengunjung harus mendaki jalan setapak yang sudah pernah diperlebar hingga tiga meter sepanjang kurang lebih satu kilometer.


Setelah beberapa menit berjalan, di sebelah kiri jalan akan terlihat sebuah pondok kecil dari bambu dengan tenda biru. Di sebelah pondok ini terdapat jalan setapak yang naik membelah perkebunan teh, inilah jalan masuk menuju Kawah Cibuni.


Setelah hiking melalui jalan setapak tersebut selama sekitar 15-20 menit, dan melalui sebuah perkampungan yang terletak di “bibir” kawah, wisatawan pun akhirnya akan mencapai kawasan Kawah Cibuni, di mana dapat terlihat sejumlah hamparan batuan dengan semburan warna kuning yang dan terselubung gas belerang. 


Kita dapat melihat kepulan asap tebal yang keluar dari sela-sela bebatuan yang tersebar di area ini. Selain puluhan sumber asap tebal, puluhan mata air panas berbelerang juga mudah ditemukan tersebar di sekitar kawasan ini. Selain itu, para wisatawan juga dapat melihat sejumlah mata air panas dan kolam lumpur vulkanik yang mendidih.


Bila melanjutkan berjalan ke arah hulu sungai yang mengalir deras membelah kawah ini, para wisatawan akan menemukan Curug Perak (air terjun) yang indah, tersembunyi di antara batuan vulkanik yang berselimutkan lumut dan pakis.


7 Rumah 7 Pancuran


Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Dispopar) Kabupaten Bandung, Akhmad Djohara mengatakan, Kawah Cibuni merupakan salah satu obyek yang dijaikan prioritas Program Pengembangan Destinasi Pariwisata di Kabupaten Bandung.


“Kami telah menetapkan Kawah Cibuni sebagai destinasi pariwisata dalam rangka mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan kepariwisataan serta memfasilitasi pengembangan daya tarik wisata baru di Kabupaten Bandung khususnya kawasan Bandung Selatan,” kata Djohara.


Menurut Ajo, sapaan Djohara, Kawah Cibuni masuk dalam zonasi potensi wisata alam, di samping wisata alam lainnya yang terdapat di Bandung selatan seperti Kawah Putih, Rancaupas, Situ Cileunca, Air Panas Cimanggu, Ciwalini, dan Air Panas Cibolang.


Kawah Cibuni sendiri terletak tidak jauh dari kompleks Cagar Alam Talaga Patengan atau di kaki Gunung Patuha, temasuk dalam kawasan Perkebunan Rancabali, afdeeling Rancabali II. Daerah ini juga disebut Cibuni karena berada di dalam kawasan Perkebunan Teh Cibuni, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.


Kabupaten Bandung dengan kelebihan panorama alam yang dimilikinya menjadikan daerah ini sebagai salah satu sasaran wisata alam dan agro wisata, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.


Di kompleks Kawah Cibuni ini terdapat tujuh kepala keluarga yang tinggal dan mendirikan rumah-rumah mereka di area kawah dan di bibir tebing di sisi kawah. Hampir semua keluarga ini menghidupi diri dengan bertani palawija.


“Mereka membuka dan mengelola lahan tidur di sekitar kampung dan di sisi hutan menjadi ladang-ladang. Usaha warung hanya dijalankan oleh dua keluarga saja,” kata Ajo.


Memang sejak awal, Ajo mendambakan setiap potensi wisata bisa menghidupkan perekonomian masyarakat sekitar. “Saya ingin agar setiap lokasi wisata itu bisa menghidupkan perekonomian masyarakat. Ini merupakan hal utama yang kami perhatikan,” tandasnya.


Untuk sarana penerangan, setiap keluarga membangun turbin-turbin penggerak dinamo di aliran sungai Cibuni. Ada empat buah turbin berkekuatan masing-masing sekitar 70 watt yang memenuhi kebutuhan listrik tujuh keluarga kampung.


Ajo mengungkapkan, warga di kawasan Gunung Patuha dulu selalu menggelar Tasyakur Hamin setahun sekali setiap bulan Muharam di masing-masing wilayah yang dijaganya. Beberapa kawasan yang dijaga tujuh juru kunci tersebut di antaranya Pancuran Tujuh, Punceling, serta Kawah Cibuni.


Mutiara Terpendam


Perjalanan menuju kawasan Cibuni membuat mata wisatawan bisa adem dengan suhu kurang lebih 35-37 derajat celcius. Betapa tidak, sepanjang mata memandang di kanan kiri depan belakang hanya terlihat hamparan hijau daun teh. “Cantik sekali pemandangannya, membuat mata dan udara jadi sejuk,” ungkap Yeyen,37, salah seorang pengunjung Cibuni.


Untuk sampai di lokasi Kawah Cibuni, Yeyen dan kelima rekannya harus menitipkan kendaraan di rumah penduduk dan mulai melakukan tracking menuju kawah. “Perjalanan untuk sampai ke kawah tidak banyak makan waktu, cukup 15 menit saja,” kata dia.


Dari jauh sudah terlihat asap mengepul, dan bau belerang yang tidak terlalu menyengat sudah mulai tercium. Begitu memasuki kawasan kawah, terlihat tujuh rumah kayu yang menghuni kawasan itu. “Katanya sih, di situ juga rumahnya abah Ki Ulloh Maulana kuncennya tempat tersebut,” kisah Yeyen


“Saya tidak periksa dulu airnya, waktu kaki saya cemplungkan ke air, ternyata panasnya luar biasa,” ujarnya. Di pertemuan dua aliran air itu disediakan pancuran bagi yang mau menikmati pijat dengan air hangat. “Kami lepas sendal kami, dan kami nikmati batu-batu panas yang merefleksi telapak kaki kami. Asap kawah makin membuat kenikmatan yang tiada tara. Sejuknya udara juga membuat daerah ini makin eksotis,” kesannya.


Ada pula kolam batu air hangat. “ Setelah mandi air hangat, kami trekking lagi ke atas untuk melihat panorama Cibuni dari atas. Kami merasa puas berkunjung. Rasanya ingin lagi kembali ke sana,” ucap Yeyen.


Di sana juga ada dua pancuran aliran air, panas dan dingin. Konon air pancuran ini memiliki banyak faedah. Diantaranya berkhasiat untuk mengobati penyakit lahir dan batin. Misalnya mereka yang menderita sakit karena terjepit urat syarafnya, konon dengan mandi di air pancuran ini, penyakit tersebut bisa hilang.


Sekarang kawasan wisata agro yang direncanakan terlihat agak terbengkalai tanpa pengelolaan yang cukup baik. Menurut warga setempat kunjungan wisatawan ke lokasi tersebut juga tidak terlalu banyak, meski setiap harinya ada saja yang datang. Turis asing pun cukup sering mengunjungi tempat ini walaupun dalam kelompok-kelompok kecil atau perseorangan saja. 


Pada hari Minggu dan hari-hari libur saja biasanya jumlah pengunjung agak meningkat. Selain sekadar berjalan-jalan saja, kebanyakan pengunjung bermaksud melakukan pengobatan berbagai penyakit dengan memanfaatkan aliran air panas di sana.


Salah seorang pengunjung lainnya, Dadang Ahmad Swaka,42, mengaku dirinya mengagumi kemolekan tempat itu. “Kalau saja pemerintah jeli melihat tempat ini, lalu menyerahkan kepada investor untuk mengelolanya, bukan tidak mungkin Kawah Cibuni mejadi tempat terapi air panas mineral alami atau natural spa,” kata Dadang. 


[From: Bale Bandung]