Menulis Ialah Keahlian. Rajin dan Tekunlah Melatihnya

Notification

×

Iklan

Iklan

Menulis Ialah Keahlian. Rajin dan Tekunlah Melatihnya

Rabu, 05 Januari 2022 | 13:52 WIB Last Updated 2022-09-09T01:42:02Z


Bagi saya, menulis adalah keahlian. Ketika terbiasa menulis, maka apa yang ada dibenak akan mengalirkan serupa sungai tak bersampah. Apa yang kita pikirkan akan sesuai dengan bahasa tulis. 


Kalau Anda, memikirkan "ikan" maka akan lahir tulisan "ikan"; tidak "buaya" atau "singa". Pikiran dan ide Anda akan berjalan selaras dengan tangan ketika mengetik di keyboard PC atau laptop. 


Makanya menulis itu keahlian laiknya kita bersepeda. Saat belum bisa bersepeda, tanpa mencobanya dan terus-terusan mengendarai sepeda, boleh jadi kita tidak akan pernah bisa bersepeda.


Menulis pun begitu. Tanpa membiasakan diri, kita tidak akan pernah dapat menuliskan ide menjadi tulisan. Sebetulnya saya bingung ketika beberapa kali dipanggil untuk mengisi training penulisan oleh sejumlah organisasi mahasiswa. 


Mereka ingin bisa menuliskan ide, tetapi tak pernah membiasakan menulis. Saya hanya bilang, biasakan menulis satu hari selama satu jam. Jangan pernah tertekan dengan aturan-aturan menulis yang diberikan pakar penulisan. 


Jangan mau langsung bagus dan berkualitas tulisan kita. Sebab, kualitas tulisan akan mengikuti seiring dengan keahlian Anda menuliskan ide. "Jangan ingin bagus. Pokoknya menulis terus-terusan. Jangan lupa juga rajin baca buku untuk menambah diksi di memori Anda."


Sayang sangat disayangkan, menulis bagi mereka hanya dilakukan saat ada tugas dari dosen. Hanya dilakukan saat membutuhkan uang dari honorarium artikel. 


Ngeblog ialah Menulis untuk Berbagi Kata

 

Saya salut dengan tradisi blogger berbagi informasi kepada pengguna internet melalui konten blog. Secara keahlian mereka saya pikir lebih ahli tinimbang para penulis yang hanya sesekali menulis artikel di koran, majalah, dan tabloid. Bayangkan saja kalau seorang blogger menulis tiga tulisan perhari sebanyak 1500 kata. 


Kalau dikalikan ada sekitar 45000 kata yang berasal dari ide dan pikirannya. Berbeda dengan penulis media cetak yang hanya 2500 kata per bulan.


Saya selalu mengingatkan kepada siswa-siswa saya untuk memiliki blog dan menulis apa pun yang terlintas dalam dirinya ke dalam blog. Dengan begitu saya pikir, mereka akan menjadikan menulis sebagai kebiasaan dan akhirnya menjadi kebutuhan hidup layaknya makan. 


Dengan membiasakan diri menulis, maka Anda akan memiliki keahlian menulis. Mulailah fokus ngeblog jangan pernah berpikir tulisan kita harus bagus dan berisi.


Saya tidak pernah berpikir, bahwa hingga hari ini keahlian menulis bisa menjadi penghasilan utama saya. Setiap berganti bulan, maka ada saja yang saya hasilkan dari aktivitas menulis. 


Bagi saya, menulis sudah menjadi mata pencaharian utama. Tak hanya artikel untuk media cetak yang saya tulis. Saya pun menulis beberapa naskah buku untuk diterbitkan. Beberapa bulan ini, saya sedang menyelesaikan naskah biografi.


Menulis Butuh 14.000 Jam


Ada satu hal yang saya ingat, bahwa seseorang bisa expert (ahli) di salah satu bidang jika telah melewati sekitar 14.000 jam. Bill Gates, untuk bisa membangun perusahaan software Microsoft, membutuhkan waktu tahunan. Dia berangkat dari awal untuk memulai sebuah keahlian di bidang teknologi informasi.


Saya selalu mendapatkan pelajaran dari setiap orang yang saya temui. Salah satunya, bos Penerbitan Pustaka Rahmat. Dia pernah bilang, bahwa karya Anda akan dihargai sesuai kualitas dan kapasitas Anda di bidang tulis-menulis. 


Saya masih ingat, bahwa honor pertama tulisan artikel saya di koran Galamedia, hanya Rp. 30 ribu. Beberapa bulan setelah saya mengirim ke koran Pikiran Rakyat, setiap kali artikel dimuat saya selalu mendapatkan honor Rp. 250-300 ribu. Honor tulisan saya bisa mencapai angka 500 ribu per tulisan.


Dari media cetak, saya merambah ke dunia blogging. Disini saya mendapatkan kepuasan saya sebagai seorang penulis yang bebas dan tanpa tekanan ketika menuliskan ide. Saya bisa menjadi bebas mengekspresikan diri. 


Saya tidak terkungkung dengan aturan-aturan media cetak yang ribet dan kadang lama memublikasikan karya saya. Di blog, saya bisa langsung mempublikasikan tulisan tanpa ada sensor ideologis di meja redaksi.


Saya pun beberapa bulan ini "vakum" menulis di media cetak karena ada beberapa naskah buku yang harus saya selesaikan. Jadi, aktivitas mengirim artikel ke media cetak jadi agak rendah intensitasnya. 


Yang jelas, hingga saat ini saya yakin bahwa keahlian menulis saya seiring berjalan waktu, tentunya akan mengubah kehidupan saya. Utamanya akan mengubah honorarium saya ketika menjual ide kepada orang lain atau perusahaan penerbitan. Keep writing!!!


Let's Write For Happiness