Strategi Komunikasi Hidup dengan Covid

Notification

×

Iklan

Iklan

Strategi Komunikasi Hidup dengan Covid

Kamis, 09 Desember 2021 | 09:09 WIB Last Updated 2021-12-09T02:09:05Z


Oleh: Budhiana Kartawijaya *


NUBANDUNG - Pemerintah setiap bulan mengumumkan angka-angka terkait wabah Covid-19. Angka itu antara lain jumlah kasus, jumlah kematian, jumlah kesembuhan, bed occupany ratio (BOR). 


Syukur, angka-angka ini dalam bulan-bulan terakhir menunjukkan perbaikan. Artinya kondisi membaik, walaupun bukan berarti ancaman Covid-19 hilang.


Angka-angka yang membaik itu merupakan output dari kerja keras pemerintah. Tapi apa outcome dari output (angka-angka) yang membaik itu? Tentu saja pasti pemerintah pusat berharap agar kondisi Indonesia membaik kembali. Para kepala daerah juga berharap bahwa daerahnya masing-masing pulih.


Meski outcome dari semua itu sudah ada, namun pemerintah masih lemah dalam mengomunikasikan atau menarasikan outcome. Secara stratgi komunikasi, perlu ada narasi tunggal tentang outcome ini. Hampir semua negara di dunia menggaungkan narasi Sehat dan Produktif (Stay Health and Productice During Covid). 


Namun menurut hemat saya, audiens tagline Sehat dan Produktif itu ditujukan bagi warga daerah bersangkutan. Pemerintah sudah tegas mengatakan, Covid tak mungkin hilang, sehingga warga tak mungkin lagi diam di rumah selamanya. Masyarakat didorong untuk tetap produktif tapi dengan mengikuti protokol kesehatan.


Bagi daerah-daerah yang ekonominya sangat tergantung pada investasi luar (seperti Jawa Barat), atau daerah-daerah yang sangat tergantung pada kedatangan orang luar (seperti Bali misalnya), narasi yang dibangun sebaiknya adalah tentang mengembangkan rasa percaya (confidence) pihak luar agar mereka datang lagi untuk investasi atau berwisata. 


Artinya, perbaikan angka-angka itu harus dikemas agar menjadi outcome yang mudah dipahami pihak luar.  Tagline yang perlu digaungkan adalah misalnya: West Java Recover, atau Jabar Welcome You, dan lain-lain.


Vaksin Mutlak


Tapi untuk mengatakan bahwa Jabar Recover, atau Jabar Welcome you itu tidak mudah. Jabar harus serius menargetkan 100 persen warganya divaksin, karena seluruh dunia sekarang mengatakan: No one is safe, untill everyone is safe!  Atau Unless everyone is protected, no one is protected. Tak seorang pun aman, kalau tidak semua orang aman. 


Sebelum semuanya terlindungi, tak seorang pun terlindungi. Penduduk Indonesia berjumlah 250 juta, dan jika 249.999.999 orang sudah divaksin, tapi seorang belum, maka semua rakyat  belum bisa dikatakan terlindungi, karena yang satu itu bisa menularkan virus ke orang lain. Jadi vaksin itu mutlak.


Vaksinasi rakyat adalah tugas negara, tapi mengomunikasikan pentingnya vaksin adalah tugas semua pihak. Meski pelaku utama vaksinasi adalah pemerintah, tapi program  itu harus terasa menjadi menjadi milik masyarakat. Ownership program itu adalah semua rakyat. Masyarakat juga harus berperan dalam mengejar angka 100 persen tervaksin. 


Sebelum mencapai 100%, maka bisa diluncurkan tagline misalnya: “Menuju Jabar Pulih’, “Jabar Menuju Sehat”. Pemerintah harus terus menarasikan wilayahnya sedang menuju sehat, dengan mengumumkan : angka penurunan kasus, angka penurunan BOR, angka kenaikan kesembuhan, dan persentasi warga tervaksin.


* Senior Journalist, Media and Communication Specialist, and Social Entrepreneur.


Sumber Artikel: budhiana.id