Literasi Politik, Sumpah Mencintai Generasi Milenial

Notification

×

Iklan

Iklan

Literasi Politik, Sumpah Mencintai Generasi Milenial

Jumat, 29 Oktober 2021 | 10:28 WIB Last Updated 2021-10-29T04:42:08Z



Oleh: Ali Sodikin. S.Hum | Wakil Ketua DPC PKB Kabupaten Bandung Bidang Milenial, Pemuda dan Olah Raga


NUBANDUNG.ID - Jika kita membaca hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) maka keberadaan pandemi Covid-19 membuat masyarakat apatis terhadap politik baik pada saat pemilihan presiden maupun partai. 


Parahnya hasil survei CSIS pada awal November 2017 menyebutkan hanya 2,3 persen generasi milenial yang tertarik dengan isu sosial-politik. Bandingkan dengan hasil survei Indikator Politik Indonesia, menyebutkan sebanyak 42,8 persen dari 1.200 responden berusia 17-21 tahun belum memiliki pilihan partai politik. 


Meskipun ada 58 persen anak muda yang sudah memiliki pilihan partai politik. Dengan pilihan tujuh partai terbanyak yaitu Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra 16 persen), Partai Demokrasi Indonesia – Perjuangan (PDIP 14,2 persen), Partai Golongan Karya (Golkar 5,7 persen), Partai Keadilan Sejahtera (PKS 5,7 persen),  Partai Demokrat (Demokrat 5,3 persen), Partai Nasional Demokrat (NasDem 2,8 persen), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB 2,7 persen)


Mampukah kehadiran Sumpah Pemuda yang selalu diperingati setiap tanggal 28 Oktober, sejak Kongres 1928 yang mendeklarasikan bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Ini dapat meminimalisir sikap apatisme politik milenial, sehingga melahirkan generasi yang melek politik.  


Peran Pemuda


Padahal keberadaan pemuda hari ini, merupakan pemimpin masa depan. Apa jadinya bila penerus estafeta kepemimpinan, pengisi pembangunan bangsanya sudah kehilangan jati dirinya, bahkan akrab dengan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuannya. 


Sejatinya, generasi muda harus tampil menjadi ujung tombak perjuangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara melaui politik kekuasaan dengan cara-cara yang baik. 


Menurut Koesnadi Hardjasoemantri, menjelaskan peran pemuda pelajar Indonesia dalam perjuangan bangsa corak perjuanganya ditentukan oleh tantangan yang dihadapi di dalam zamannya. 


Generasi muda 1908 menghadapi tantangan untuk menggalang persatuan bangsa melalui didirikannya Boedi Oetomo; Generasi muda 1928 memberi jiwa kepada perjuangan dengan mencetuskan Sumpah Pemuda yang menyatakan tekad bulat satu tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia; Generasi muda 1945 memberi dorongan untuk dicetuskannya Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus; generasi muda 1966 dengan KAPPI, KAMI dan KASInya turut mematahkan dominasi PKI dan melahirkan Orde Baru yang bertekad melaksanakan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dengan konsisten; generasi muda 1998 melancarkan Gerakan Reformasi yang merombak Orde Baru yang ternyata bersifat sangat sentralistik, kurang membuka partisipasi masyrakat, koruptif dan kurang demokratis.


Jati diri generasi muda secara keseluruhan akan tertanam kuat melalui pemimpin generasi muda yang memenuhi persyaratan disertai cinta tanah air, semangat keterbukaan, kemitraan dan kebersamaan. (Jurnal Sejarah No 13 Tahun 2007:1-2 dan 12)


Literasi Politik


Saat ini semangat Sumpah Pemuda penting bagi generasi muda Indonesia agar tidak apatis terhadap politik. Salah satu cara dengan melakukan kampanye literasi politik. 


Bernard Crick memberikan definisi literasi politik sebagai suatu pemahaman praktis tentang konsep-konsep yang diambil dari kehidupan sehari-hari dan bahasa.


Lterasi politik tidak hanya sekedar pengetahuan politik, melainkan cara membuat diri menjadi lebih efektif dalam kehidupan publik dan dorongan untuk menjadi aktif, partisipatif dalam melaksanakan hak dan kewajiban baik dalam keadaan resmi maupun di arena publik yang sifatnya suka rela. (Gun Gun Heryanto, 2019 : 27)


Literasi politik dipahami sebagai pemahaman praktis tentang konsep-konsep yang diambil dari kehidupan sehari-hari dan bahasa, merupakan upaya memahami seputar isu politik, keyakinan para kontestan, bagaimana kecenderungan mereka memengaruhi diri sendiri dan orang lain.


Dengan kata lain, literasi politik merupakan senyawa dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap mengenai politik (Bakti, dkk: 2012).


Dalam konteks pemilu, lite­rasi politik dipahami sebagai kemampuan warga untuk mendefinisikan kebutuhan mereka akan substansi politik, terutama yang menyangkut pemilu. Tingginya kesadaran politik biasanya akan diikuti dengan kegiatan untuk meng­organisasikan, membentuk jejaring pemilih rasional dalam proses transaksional dengan pemimpin yang akan diberi mandat kekuasaan.


"Literasi politik lebih luas dari hanya sekadar pengetahuan politik, melainkan cara membuat diri menjadi efektif dalam kehidupan publik dan dorongan untuk menjadi aktif, partisipatif dalam melaksanakan hak dan kewajiban baik dalam keadaan resmi maupun di arena publik yang sifatnya suka rela." (Media Indonesia, 26 November 2018, Koran Sindo 30 November 2018).


Sebagai sebuah refleksi, aktualisasi peran pemuda dalam konteks dinamika sosial politik hari ini senyatanya menunjukan indikasi yang optimis. Dalam hal relasi antara generasi muda dan partai politik (parpol) misalnya. Parpol hari ini patut berprasangka positif bahwa kadersisasi politik menemukan ladang persemaiannya. Anak muda hari ini memiliki kesadaran kritis yang tidak kalah unggulnya semenjak momentum kepemudaan 92 tahun lalu. (Media Indonesia, 10 November 2020).


Terwujudnya politik yang berorientasi pada keadilan, kepentingan bangsa dan negara di atas pribadi harus menjadi  momentum atas hadirnya peringatan Sumpah Pemuda.  


Mudah-mudahan kita masih mengingat petuah Sastrawan Pramodya Ananta Toer yang pernah berkata, “Sejarah dunia adalah sejarah orang muda. Jika angkatan muda mati rasa, matilah semua bangsa.”


Dengan demikian, posisi pemilih pemula harus diperkuat dengan pertimbangan kelompok ini akan menjadi salah satu kantong menentukan dalam regenerasi kepemimpinan baik di level nasional maupun lokal. Caranya, partai, akademisi, kelompok kepentingan, kelompok penekan, pemerintah dan media massa, harus bersama-sama melakukan pengarusutamaan gerakan literasi politik. Selamat Sumpah Pemuda.