Tari Buyung, Seni Tari dari Kuningan Sebagai Ungkapan Rasa Syukur

Notification

×

Iklan

Iklan

Tari Buyung, Seni Tari dari Kuningan Sebagai Ungkapan Rasa Syukur

Selasa, 16 November 2021 | 09:55 WIB Last Updated 2021-11-16T02:55:22Z



NUBANDUNG – Kabupaten Kuningan, Jawa Barat memiliki kesenian tari yang unik, dikenal dengan nama Tari Buyung. Biasanya, tarian ini dipertunjukkan saat upacara Seren Tahun sebagai ungkapan rasa syukur setelah musim panen tiba.


Mengutip dari Jurnal ISBI, Tari Buyung ini diciptakan pada tahun 1960- an atas prakarsa Ratu Emalia istri Pangeran Djatikusuma, pupuhu (ketua adat) masyarakat Adat Karuhun Urang (AKUR). Kemudian komposisi motif gerak tarinya disusun pada tahun 1970-an.


Konsep tarian dari Cigugur, Kuningan tersebut, tidak terlepas dari makna yang terkandung di dalamnya, yakni manusia, tanah, dan air, karena di dalam hidup ini, air adalah sebagai sumber kehidupan.


Sementara kata “Buyung” diambil dari nama alat pengambil air yang digunakan masyarakat Kuningan pada zaman dahulu. Buyung tersebut diletakkan di atas kepala sehingga butuh keahlian khusus untuk membawanya.


Tarian ini pun seolah-olah menggambarkan kisah keseharian gadis desa yang mengambil air dan bercengkrama satu sama lain ketika di sungai atau kolam. 


Gerakan yang memikat, yakni saat penari berdiri di atas kendi. Tampak lemah lembut dan hal tersebut erat dengan perumpamaan “Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”.


Gerakan lainnya yaitu saat penari bersimpuh di bawah sebagai wujud permohonan kepada Sang Pencipta. Ada pula gerakan penari mengangkat buyung ke kepala yang bermakna bahwa air merupakan sumber kehidupan. 


Lalu ada gerakan saat penari berdiri sejajar untuk memperlihatkan toleransi dan tidak membeda-bedakan agama, suku, maupun ras. Kini Tari Buyung menjadi ikon pada rangkaian Upacara Seren Taun di Cigugur, Kuningan. 


Upacara tersebut digelar selama ‘tujuh hari’ berturut-turut. Mulai dari pra-upacara pada tanggal 16 Rayagung yang diawali dengan Upacara Damar Sewu dan kesenian lainnya, antara lain Rampak Kendang dan Tari Kaulinan Barudak.


Berikutnya pada tanggal 18 Rayagung, dimeriahkan berbagai rangkaianan acara. Hingga berakhir pada puncak acara pada tanggal 22 Rayagung, dengan digelarnya berbagai upacara ritual Pesta Dadung, dan kesenian lainnya.