Iwa Kusuma Sumantri, Pituin Sunda yang Menolak Jadi Pegawai Pemerintahan Belanda

Notification

×

Iklan

Iklan

Iwa Kusuma Sumantri, Pituin Sunda yang Menolak Jadi Pegawai Pemerintahan Belanda

Jumat, 12 November 2021 | 12:57 WIB Last Updated 2021-11-12T05:57:08Z


NUBANDUNG
– Lahir di Kabupaten Ciamis Jawa Barat 31 Mei 1899, Iwa Kusuma Sumantri dibesarkan di tengah keluarga menak. Dalam kiprahnya, ia memilih “radikal” ketimbang menjadi amtenar (pegawai pemerintah).


Setelah lulus dari sekolah dasar Hollandsch Inlandsch School (HIS) pada 1915, ia masuk sekolah calon pamong praja. Tak lama ia sekolah di Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) seperti keinginan ayahnya, Raden Wiramatri.


Rupanya Iwa punya pilihan sendiri. Atas izin orang tuanya pula, pada 1916 ia meninggalkan OSVIA di Bandung dan pindah ke Batavia. Di sana, ia masuk sekolah hukum sesuai keinginannya dan lulus pada 1921. Di samping belajar ilmu hukum dan sejarah, Iwa mengikuti dunia pergerakan dan bergabung dengan perkumpulan Jong Java atau Pemuda Jawa.


Usai merampungkan pendidikannya di Jakarta, Iwa bekerja di Lanraad (pengadilan negeri) Bandung dan diperbantukan di Raad van Justice (pengadilan tinggi) Surabaya. Suatu waktu, ia beroleh informasi kesempatan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Leiden Belanda bagi lulusan Recht School Batavia yang sudah bekerja di pemerintahan.


Iwa kembali ke Batavia dan bekerja di kantor Officer van Justice. Suatu hari ia menyaksikan persidangan terkait Peristiwa Cimareme Garut yang melibatkan HOS Tjokroaminoto. Dari Tjokroaminoto, Iwa memandang Peristiwa Cimareme sebagai wujud perlawanan terhadap pemerintah kolonial. Hal inilah yang membuatnya kecewa sehingga memutuskan berhenti jadi amtenar.


Tak lama berselang, Iwa melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden. Di negeri kincir angin, ia juga aktif dalam Perhimpunan Indonesia (PI). Ia sempat memimpin organisasi ini pada 1923-1924.


Di bawah kepemimpinannya, PI mengeluarkan penyataan keras yang intinya menuntut kemerdekaan Indonesia. Pernyataan itu tentu dinilai sebagai sesuatu yang radikal. Maksudnya, Iwa adalah bagian dari radikalisme orang terpelajar Indonesia.


Karena karier politiknya yang dianggap radikal oleh pemerintah Kolonial, Iwa dibuang ke Banda Neira. Pada 1945, ia menjadi anggota PPKI dan Menteri Urusan Sosial kabinet pertama Republik Indonesia. Iwa Kusuma Sumantri diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada 2002.