Jejak Sejarah Pendirian Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung

Notification

×

Iklan

Iklan

Jejak Sejarah Pendirian Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung

Senin, 08 November 2021 | 10:18 WIB Last Updated 2021-11-08T03:18:53Z


NUBANDUNG
- Rumah sakit Muhammadiyah Bandung dibangun pada tanggal 18 November 1968 dan diresmikan langsung Gubernur Jawa Barat pada waktu oleh Bpk. Mayjen Mashudi dan Bpk. Sukarna Wijaya, Walikota Bandung. 


Rumah sakit yang beralamat di Jalan K.H. Ahmad Dahlan (Dahulunya Jalan Banteng) merupakan perwujudan dan keinginan masyarakat Muslim dan para tokoh Jawa Barat. 


RSMB telah mendapat tempat di masyarakat, karena kontribusinya yang besar di bidang pelayanan kesehatan untuk segmen masyarakat menengah ke bawah. Lokasi RSMB ini pun mudah dijangkau dari berbagai arah.


Tepatnya,pada tahun 1965 sebelum Muktamar Muhammadiyah ke–36 diselenggarakan, Gubernur Provinsi Jawa Barat Bapak Mayjen Masjhudi meminta kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat agar segera memprakarsai berdirinya sebuah Rumah Sakit Islam di Bandung. Alasannya karena atas dasar tuntutan masyarakat Jawa Barat dan sudah ada 5 Yayasan yang akan mendirikan Rumah Sakit Islam, tetapi tidak terwujud.


Sebagai tindak lanjut dari keinginan tersebut, maka pada Muktamar Muhammadiyah ke – 36 yang dilaksanakan pada bulan Juli 1965 di Bandung, dihasilkan suatu keputusan antara lain agar di setiap Propinsi di seluruh Indonesia dibangun sebuah Rumah Sakit Muhammadiyah, Sekolah Perawat dan Sekolah Bidan.


Terdorong atas rasa tanggung jawab dan keprihatinan ummat Islam di Bandung, khususnya Muhammadiyah dengan melihat kenyataan di Bandung ini hanya ada 5 buah RS Swasta milik non muslim. Niat ini kemudian disampaikan dalam sebuah rapat pleno Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah tahun 1967 dan Rapat Kerja Majelis Pendidikan dan Kesejahteraan Ummat (PKU), agar di Bandung segera didirikan RS. Muhammadiyah, yang kemudian disetujui untuk segera didirikan.


Langkah awal segera dilakukan dalam menentukan titik lokasi didirikannya RS. Islam Muhammadiyah, yaitu dengan meminta saran kepada Waliklota Kotamadya Bandung, Bapak E. Sukarna Widjaya dan Kepala Dinas, Bapak Dr. Uton Muchtar Rafe’I, MPH, bahwa RS. Muhammadiyah harus segera dibangun di wilayah Karees, yang setelah dianalisa ternyata sesuai dengan rencana pengembangan kota, karena di wilayah-wilayah lain pelayanan telah terpenuhi.


Pimpinan Wilayah Muhammadiyah saat itu mengadakan musyawarah dengan Pimpinan Muhammadiyah Daerah Priangan, Pimpinan Muhammadiyah Cabang Bandung Lama, Bagian PKU Cabang, Pimpinan ‘Aisyiyah Cabang Bandung Lama dan dari musyawarah tersebut dihasilkan suatu keputusan, bahwa lokasi gedung Panti Asuhan Taman Harapan Muhammadiyah dan Asrama Putri ‘Aisyiyah setuju ditukar amal usahanya dengan RS. Islam Muhammadiyah.


Sesuai dengan berita acara serah terima gedung No. 130-47/13 tertanggal 1 September 1967, maka Panti Asuhan Taman Harapan Muhammadiyah yang semula terletak di Jl. Banteng No. 53 dipindahkan ke Jl. Nilem No. 9 (Bekas Poliklinik Bersalin Muhammadiyah Cabang Lengkong), sedangkan Asrama Putri ‘Aisyiyah dipindah ke Asrama Muslihat Jl. Buahbatu Bandung.


Alasan didirikannya RS. Islam Muhammadiyah di bekas lokasi Panti Asuhan tersebut adalah sbb:


1. Biaya tidak banyak, hanya perbaikan local, dan kamar-kamar.

2. Perizinan dari Departemen sosial sudah ada.

3. Dukungan masyarakat dan keluarga Muhammadiyah

4. Fasilitas air dan listrik sudah mencukupi

5. Pemerintah Kotamadya Bandung akan mudah memberi ijin

6. Bapak Gubernur dan Walikota sudah diberikan laporannya dan setuju

7. Usaha dan kerja terbatas untuk pengadaan peralatan dan renovasi kecil saja


Saatnya untuk membuktikan kepada masyarakat dan pemerintah bahwa Muhammadiyah mampu mendirikan rumah sakit dan berusaha membentuksebuah rumah sakit yang disesuaikan dengan kemampuan situasi dan kondisi fisik bangunan. Untuk mewujudkan keinginan mendirikan Rumah Sakit Islam tersebut, maka dibentuklah Panitia Pelaksana Pembangunan yang terdiri dari :


1. Adang Affandi ( Ketua dan Usaha Dana )

2. Abu Bakrin ( Ketua I, Urusan Pembangunan Fisik dan Logistik )

3. Uton Muchtar Rafe’i, MPH ( Ketua II, Urusan Medis dan Perijinan )

4. Asikin Sanhadji ( Sekretaris merangkap urusan perijinan dan usaha dana)

5. M. Mustafa ( Bendahara )

6. Sachron Fadjar ( Anggota Urusan Medis )

7. Ahmad Wiratmadja ( Anggota Urusan Dana )

8. Sulaeman Faruq ( Publikasi )


Sedangkan rencana renovasinya dipimpin oleh Ketua II yang diserahkan kepada Sdr. Tengku Z. Abidin dibantu oleh para mahasiswa ITB dan Himpunan Mahasiswa Islam dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang dilaksanakan pada bulan Juni 1968.


Akhirnya pada hari Sabtu tanggal 17 November 1968 bertepatan dengan tanggal 27 Sya’ban 1338 H Rumah Sakit Islam Muhammadiyah dibuka secara resmi oleh Gubernur Jawa Barat Mayjen Masjhudi dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Bapak HM. Yunus Anis dan dinyatakan mulai beroperasi pada tanggal 18 November 1968, dibawah langsung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat.


Sumber: rsmb.co.id