Pembelajaran AIK Jadi Roh Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah

Notification

×

Iklan

Iklan

Pembelajaran AIK Jadi Roh Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah

Senin, 29 November 2021 | 14:48 WIB Last Updated 2021-11-29T07:48:59Z


NUBANDUNG
– Pada Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA) di seluruh Indonesia dan dunia, pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) menjadi roh serta salah satu dharma yang harus ada dalam perkuliahan. 


Begitulah yang dikatakan Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Al-Islam Kemuhammadiyahan (LPPAIK) Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) Drs. H. Dikdik Dahlan Lukman, M.Hum.


Sebagai perguruan tinggi yang memiliki Catur Dharma, UMBandung menempatkan AIK berada pada nomer satu sebelum pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. 


”Ini dalam rangka untuk menunjang tagline kampus kita yakni Islamic Technopreneur University. Jadi, islamic-nya itu di depan bahkan itu adalah rohnya yang tidak boleh hilang. Hal itu menunjukkan bahwa AIK sebetulnya adalah roh bagi perguruan tinggi Muhammadiyah ataupun Aisyiyah,” ujar Dikdik di ruang kerjanya, Senin (22/11/2021) lalu.


Selain itu, menurut Dikdik, AIK sebetulnya bukan hanya ditujukan kepada mahasiswa, melainkan kepada seluruh sivitas akademika PTMA, khususnya yang ada di UMBandung.


Dikatakan Dikdik bahwa sebagai roh di PTMA, AIK harus terintegrasi dengan misi besar yang diusung oleh persyarikatan Muhammadiyah secara utuh.


”Harus dipahami juga, artinya perguruan tinggi Muhammadiyah ini termasuk di dalamnya UMBandung, yaitu selain didirikan atas hajat (keperluan) masyarakat, juga hajat persyarikatan Muhammadiyah,” kata Dikdik.


Pembinaan dan penguatan


Pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekretariat PWM Jawa Barat ini mengungkapkan bahwa pengajaran AIK oleh para dosen kepada para mahasiswa bersifat pembinaan dan penguatan pemahaman terhadap AIK itu sendiri.


”Lebih jauhnya adalah tentu saja dalam rangka untuk bagaimana kita menciptakan bahwa kampus ini menjadi sebuah kampus islami dari perilakunya, dari suasananya, dari situasinya, kita menginginkan itu semua,” ujar Dikdik. 


Meskipun begitu, menurut Dikdik, pembelajaran tentang Muhammadiyah sebetulnya tidak mengharuskan mahasiswa menjadi anggota Muhammadiyah. Namun, ini hanya dalam rangka sosialisasi, publikasi, dan syiar kepada mereka.


”Sehingga mereka mengerti dan memahami apa sih tujuan muhammadiyah itu, bagaimana gerakan Muhammadiyah itu, di mana Muhammadiyah itu bergerak, kapan Muhammadiyah itu bergerak, jadi mereka sudah mengerti,” kata Dikdik.


Tiga divisi


Terkait LPPAIK UMBandung, Dikdik mengatakan bahwa lembaga ini terbagi menjadi tiga divisi, yaitu divisi kurikulum & pembelajaran, divisi pengkaderan, dan divisi kampus islami.


”Adanya tiga divisi itu mudah-mudahan apa-apa yang dikehendaki oleh pimpinan pusat Muhammadiyah dan persyerikatan untuk bisa membumikan AIK di UMBandung, khususnya, bisa tercapai dengan baik,” ucapnya.


Hal yang lebih penting dan ini menjadi harapan Dikdik sebagai Ketua LPPAIK, yakni para mahasiswa dan sivitas akademika UMBandung tidak menganggap AIK sebagai beban, tetapi sejatinya bisa dijadikan sebuah kebutuhan bersama.


”Jangan merasa bebas ketika (pembelajaran) AIK sudah selesai. Namun, justru dari situ diharapkan AIK tersebut menjadi kepribadian kita dalam kehidupan sehari-hari, baik itu di kalangan mahasiswa maupun karyawan secara keseluruhan,” tandas Dikdik.


[Firman Katon]