Fungsionalitas “God Spot”

Notification

×

Iklan

Iklan

Fungsionalitas “God Spot”

Jumat, 11 Februari 2022 | 14:05 WIB Last Updated 2022-09-12T03:53:09Z



Asma Allah harus selalu kita ingat kapan pun berada. Dia (Allah) harus selalu memenuhi benak, memperkaya batin, mengisi pikir, dan mengental di jiwa. Setiap desah nafas, gerak pikir, aktivitas jasadiyah; hidup dan kematian kita selalu diarahkan pada ridha Allah. 


Meskipun kadangkala kita mengabaikan-Nya, melalaikan-Nya, dan mengkhianati-Nya; Dia tak pernah bosan membuka pintu taubat. 


Dia (Allah) tak pernah sekalipun mengabaikan kita, selalu mengabulkan doa yang kita panjatkan, menyembuhkan sakit yang kita derita, dan memberikan nikmat-Nya yang tak terkira berupa anugerah kehidupan. Saat di dalam hati kita tependam asma Allah, kepercayaan terhadap hari akhir akan semakin kuat, sehingga setiap kehendak aktivitas, semuanya dibungkus dengan kemuliaan niat dan tujuan.  


Di dalam struktur otak kita dibenamkan “titik ketuhanan” dalam lobus temporal, yakni semacam mesin syaraf yang dirancang Tuhan untuk berhubungan dengan hal-hal berkaitan dengan agama. Titik syaraf ini dikenal dengan God Spot atau God Module, yang telah terpateri, build in, dan embed dalam setiap otak manusia. God Spot ini berfungsi menangkap hal-hal spiritual, pengalaman luar biasa, nasihat-nasihat, kerinduan berdekatan dengan-Nya, bahkan menangkap pengalaman beragama (religius exprerience) yang diingat seumur hidup yang mengubah kehidupan (life transforming). 


Karenanya, kesadaran kita terhadap peran Tuhan dalam hidup; di saat susah-senang, sakit-sehat, gembira-derita, dan kaya-miskin, pertanda bahwa God Spot kita berfungsi secara baik. Ketika kita tidak pernah mengoptimalkan “titik ketuhanan” dalam otak, di saat itu juga kesadaran diri tidak akan pernah mengejawantahkan perubahan positif. Kita tidak akan pernah berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari, karena ketidakberfungsian God Spot tersebut. 


Di dalam Al-Quran, dijelaskan, “Allah itu lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri.” (QS Qaf [50]: 16). Karenanya, setiap hamba Allah diharuskan untuk terus menerus mengingat Allah, agar dapat menjaga supaya tetap terkoneksi dengan sang Maha Pencipta, Allah Swt. Sebab, mengingat Allah, merupakan pertanda hati kita masih hidup, masih subur, dan masih memberikan bunga yang mengharumkan bagi hidup; yakni amal saleh. 


Dengan mengingat Allah, antara siang dan malam, tentunya akan memberikan energi hidup, meluruskan niat, dan memperbanyak amal baik dalam hidup. Tak hanya itu, dengan mengingat Allah juga kita akan selalu mampu menghadapi pahit getirnya kehidupan. Bahkan, saat kita hendak mengerjakan suatu pekerjaan, dengan mengawali ingat Allah dan mengakhirinya dengan ingat Allah juga, akan menjadikan kita melakukan pekerjaan yang berpahala; pekerjaan yang akan diganjar dengan surga-Nya. 


Jadi, saat kita hendak beraktivitas, ingat dulu Allah, kemudian Allah, dan Allah terus-menerus; sehingga gerak jasad selalu dalam ridha-Nya, proses selalu dibimbing-Nya, dan hasil selalu mendapat berkah-Nya. Ingat, ketika kita tidak menjalin komunikasi dengan-Nya, di kedalaman hati tidak akan terhunjam asma Allah sehingga meng-ambyar-kan amal kebaikan. Eksisnya amal kebaikan kita di hadapan Tuhan terletak pada seberapa seringnya kita menanam asma Allah saat hendak beraktivitas.  


Di dalam Al-Quran dijelaskan, “Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal dia Telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar atas gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal, berserah diri.” (QS. Ibrahim: 12).


Semoga dengan mengingat Allah dulu, kemudian Allah, dan Allah terus-menerus dalam hidup; membuahkan ketenangan jiwa, keteguhan hati, dan kebajikan amal. Sebab, dengan mengingat-Nya, kita akan menempatkan setiap aktivitas sebagai penghantar mendapatkan pahala dari Allah di akhirat. Wallahua’lam