Kebun Binatang Bandung, Sejarah Awal Berdirinya

Notification

×

Iklan

Iklan

Kebun Binatang Bandung, Sejarah Awal Berdirinya

Senin, 08 Agustus 2022 | 15:46 WIB Last Updated 2022-08-08T08:46:20Z


NUBANDUNG.ID
— Keberadaan Kebun Binatang Bandung memiliki sejarah yang panjang. Keberadaannya menjadi kebahagiaan bagi masyarakat Kota Bandung khususnya karena sering menjadi lokasi rekreasi atau wisata keluarga.


Lalu, seperti apakah sejarah berdirinya Kebun Binatang Bandung ini?


Dosen Pendidikan Sejarah Sekolah Pascasarjana UPI dan Kepala Museum Pendidikan Nasional UPI, Leli Yulifar, mengungkapkan kisah berdirinya Kebun Binatang Bandung.


Cerita bermula pada 1900, Bupati RAA Martanegara mendirikan kebun binatang di Cimindi. Sementara itu, sejumlah pencinta satwa mendirikan kebun binatang di Bukit Dago.


Sejarah mencatat bahwa 1 April 1906 Bandung menjadi gemeente (kotapraja) yang dipimpin seorang walikota (burgermaster).


Kemudian, pada 1920 Berdiri Bandoeng Vooruit (Bandung Maju), yakni perkumpulan swasta yang menjadi partner pemerintah dalam menata gemeente khusus di bidang pariwisata yang terdiri atas orang-orang Belanda.


Bandoeng Vooruit adalah partner gementee dalam membangun, menata kota, dan membenahi kota, khususnya untuk bidang pariwisata.


Pada 1 Oktober 1926, Bandung sebagai gemeente menjadi kotapraja mandiri (stadgemeente) sehingga tidak ada lagi dualisme (antara pemerintah pribumi dan kolonial).


Kota Bandung sebagai kota mungil yang awalnya hanya desa kecil didirikan untuk kepentingan penduduk Eropa, dengan mengadopsi infrastruktur kota di Eropa.


Oleh karena itu, pemerintah kotapraja Bandung (gemeente) mendirikan perumahan dalam skala real estate, gedung pemerintahan, motel/hotel, instansi pendidikan, tempat hiburan, dan taman-taman kota.


Satu di antara taman yang didirikan gemeente tersebut adalah Jubileum Park yang membentang dari ujung paling utara Lebak Gede Barat sampai Cikapundung Timur.


Jubileum Park atau taman ulang tahun adalah taman botanik yang berupa tanaman keras dan tanaman hias. Taman ini didirikan pada 1923 dalam rangka memperingati 50 tahun Ratu Wilhelmina memerintah.


Selanjutnya pada 1933, atas prakarsa Bandoeng Vooruit, kedua kebun binatang yang didirikan di Cimindi dan Bukit Dago tersebut disatukan dengan pindah ke wilayah bagian selatan Taman Botanik (Jubileumpark).


“Artinya kebun binatang tersebut berdiri pada sebagian tanah gemeente (pemerintah Kota Bandung), yang terletak di Huygensweg (sekarang Jalan Tamansari),” ujar Leli seperti dikutip dari laman bandung.go.id, Senin 08 Agustus 2022.


Pendirian ini disahkan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 12 april 1933 dengan nama Bandoengsche Zoologisch Park pimpinan Hogland, Kepala bank Bank DENNIS yang sekarang BJB, yang secara ekonomi sangat kuat untuk menjadi penyokong dana dalam mengelola taman hewan tersebut.


Pendirian Bandoengsche Zoologisch Park, tertulis pada Kandang Gajah yang dibangun pada tahun yang sama oleh kontraktor Thio Tjoan Tek yang berkantor di Ost Eindeweg (Jalan Sunda).


Pendirian kebun binatang dan taman-taman di Bandung, sama dengan tujuan didirikannya Jubileum park, yakni merupakan bagian dari kelengkapan infrastruktur kota, di samping taman-taman lain, seperti Insulinde Park (Taman Lalu lintas), Molukken Park (Taman Maluku), Ijzerman Park (Taman Ganesa), dan Pieter Park (Taman Merdeka).


Ketika tahun 1942, Jepang mendarat dan melakukan pendudukan, banyak orang Belanda (termasuk Hoogland) ditahan pihak Jepang, dan berada di tempat penampungan (camp interniran).


Kebun Binatang diurus oleh sekelompok kaum pribumi, satu di antaranya Raden Ema Bratakoesoema, dalam kondisi keterbatasan biaya tentunya.


Saat chaos, jangankan memikirkan binatang, manusia pun dalam kondisi darurat pangan, sandang, dan papan.


Saat kemerdekaan dicapai bangsa ini pada 17 Agustus 1945, kelompok interniran (termasuk Hogland) Kembali ke negaranya (Belanda).


Rentang waktu 1945-1950. Satwa penghuni Kebun Binatang semakin tidak terurus dan memprihatinkan. Karena Indonesia saat itu dalam keadaan mempertahankan kemerdekaan dan menghadapi Agresi Militer I dan II dari pihak Belanda.


Pada saat yang bersamaan, terjadi ketidakstabilan politik dan ekonomi yang disebabkan jatuh bangunnya kabinet. Maka, kondisi Kebun Binatang Bandung makin merana.


Pada 1956, Hogland Kembali ke Bandung, dan melihat bahwa Taman Hewan sudah tampak seperti hutan, dengan tumbuhan liar, serta sedikit hewan yang bisa diselamatkan. Saat itu, terdapat kesepakatan dengan R Ema Bratakoesoema.


Pertama, pembubaran Taman Hewan (Bandoengsche Zoologisch Park). Kedua, melikuidasi sisa kekayaan Taman Hewan.


Ketiga, mendirikan badan hukum yang dinamai Yayasan Margasatwa Tamansari (Bandoeng Zoolical Garden), dengan Hogland sebagai Ketua Yayasan dan di dalamnya ada beberapa orang Belanda yang dulu terlibat di Bandoengsche Zoologisch Park.


Pada akhir 1957, Hogland bersama rekannya yang lain kembali ke Belanda sehingga Yayasan tersebut dipimpin oleh Raden Ema Bratakoesoema sampai meninggal pada 1984. Selanjutnya YTM dilanjutkan kepengurusannya oleh para ahli warisnya.


Medio 1990 kebun binatang nyaris dipindahkan ke Jatinangor karena saat itu Pemkot Bandung akan menyerahkan wilayah tersebut kepada ITB yang akan digunakan sebagai perluasan kampus ITB.


Namun, karena permasalahan dana, rencana tersebut tertunda. Malahan, saat ini Kampus ITB yang sebagian kampusnya berada di Jatinangor.*** (rob)


Sumber: bandung.go.id