Jejak Frans Seda, Sang Perintis Telekomunikasi Antarpulau di Indonesia

Notification

×

Iklan

Iklan

Jejak Frans Seda, Sang Perintis Telekomunikasi Antarpulau di Indonesia

Senin, 05 Desember 2022 | 10:38 WIB Last Updated 2022-12-05T03:38:49Z


NUBANDUNG.ID
— Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate menyatakan perkembangan teknologi digital saat ini tidak terlepas dari para perintis kebijakan sektor telekomunikasi terdahulu.


Salah satunya Franciscus Xaverius Seda atau dikenal Frans Seda yang menjabat Menteri Perhubungan dalam periode 1968-1973.


Johnny mengungkapkan hal itu dalam “Seminar Nasional Jejak Frans Seda – Perjuangan dan Pengabdian untuk Tuhan dan Tanah Air” yang berlangsung di Kampus Atmajaya, Jakarta Pusat, belum lama ini.


“Saat itu salah satu portofolio Kementerian Perhubungan adalah telekomunikasi. Landasan kebijakan telekomunikasi saat ini lanjutan dari rintisan kebijakan yang Pak Frans Seda buat yakni konektivitas fisik dengan membangun bandara dan pelabuhan di seluruh Indonesia dengan tanah yang sangat terbatas sekaligus membuka telekomunikasi,” tuturnya. 


Menurut Johnny, pada era Menteri Frans Seda, komunikasi dan telekomunikasi digunakan untuk menghubungkan antarpulau, antaretnik, dengan dialek yang berbeda-beda. 


“Kalau bahasa persatuan nasional kita itu perlu dikomunikasikan ke seluruh penjuru tanah air dibutuhkan telekomunikasi saat itu. Saat sekarang, telekomunikasi yang dibangun dulu harus ditindaklanjuti melalui transformasi digital yang harus dilakukan secara akseleratif,” jelasnya.


Tokoh tiga zaman


Dalam diskusi itu, Menkominfo juga mengenang Frans Seda yang merupakan tokoh nasional pada tiga zaman, yakni sebagai menteri era Orde Lama, menteri era Orde Baru, hingga Penasehat Presiden di era Reformasi. 


“Banyak yang dilakukan Pak Frans Seda untuk kejayaan negeri kita, sudah dikenal sebagai tokoh yang menjadi titik simpul antara perjuangan kebangsaan nasionalisme dan keimanan atau religius. Oleh karena itu, tokoh-tokoh seperti Pak Frans Seda ini harus menjadi tokoh panutan, khususnya di era sekarang dimana demokrasi yang sudah berkembang luar biasa, media komunikasi yang sudah digital dan sebarannya luas untuk NKRI,” jelasnya.


Menteri Johnny menyatakan Frans Seda pernah menjabat Menteri Keuangan Periode 1966-1968. Bahkan, menurutnya, Frans Seda tidak saja dikenal sebagai tokoh politik, tapi juga tokoh pergerakan untuk mempertahankan kemerdekaan.


“Karena terlibat dalam perang fisik untuk menjaga kemerdekaan dari usaha memecah-belah melawan Belanda. Beliau juga seorang tokoh pendidik yang membentuk lembaga pendidikan,” ungkapnya.


Pahlawan nasional


Menkominfo menilai kiprah Frans Seda sebagai tokoh media yang merintis kelahiran “Kompas” serta ekonom yang telah menyelamatkan Indonesia dari ancaman badai besar pasca-Orde Lama.


Dengan berbagai kiprah dan kontribusinya, Menteri Johnny mendukung pengusulan Frans Seda sebagai pahlawan nasional.


“Saya rasa relevan sekali Pak Frans Seda diusulkan sebagai pahlawan nasional, dengan karya-karya tadi sebagai para perintis yang mengisi kemerdekaan kita,,” ujarnya.


Menteri Johnny juga mendorong Panitia Pengusul Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional Fransiskus Xaverius Seda untuk menyiapkan berbagai kebutuhan dalam persyaratan sebagai pahlawan nasional.


“Saya tentu mendorong agar kepanitiaan itu bekerja dengan cepat dan melengkapi seluruh dokumennya, sehingga bisa segera diusulkan ke Kementerian Sosial dan kepada Bapak Presiden. Harapan saya, karena banyak daftar pahlawan, Pak Frans Seda menjadi salah satu diantara mereka (yang diusulkan sebagai pahlawan nasional),” ungkapnya.


Seminar nasional itu juga dihadiri Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial, Edi Suharto; Ketua STFT Widya Sasana Malang, Eko Armada Riyanto; Rektor Unika Atmajaya Jakarta, A. Prasetyantoko; Rektor Universitas Islam Indonesia Internasioanal, Komaruddin Hidayat, serta penulis sekaligus peneliti Yoseph Stanley Adi Presetyo.***