Pengertian Laku Damai Disertai Dalil dari Al-Quran dan Hadits

Notification

×

Iklan

Iklan

Pengertian Laku Damai Disertai Dalil dari Al-Quran dan Hadits

Rabu, 28 Desember 2022 | 18:57 WIB Last Updated 2023-09-06T06:45:30Z


NUBANDUNG.ID
- Perbedaan bisa dijadikan sebagai momentum menebarkan spirit perdamaian kepada sesama. Damai adalah ajaran Islam esensial. Kata Islam adalah satu akar dengan salam yang artinya damai. 


Para ulama menamakan Indonesia dengan darus salam (negara damai), bukan darul harbi (negara perang), sehingga seluruh anak negeri lintas agama, suku, ras, dan golongan bisa hidup berdampingan secara damai. 


Kerukunan, persaudaraan, dan kebersamaan menjadi kunci membangun perdamaian di negeri yang pluralistik dan heterogenistik seperti Indonesia ini.


Salam (damai) adalah ajaran yang dianjurkan dalam Islam agar ditegakkan dalam kondisi apapun. Sesuai namanya, Islam seakar dengan kata salam, yakni berarti damai dan kesejahteraan. 


Dari pengertian ini dapat dipahami di antara yang diserukan Islam adalah perdamaian antara umat manusia. Dasar-dasar perintah menebarkan perdamaian dalam Islam juga dapat dilacak dalam prilaku kehidupan Nabi Muhammad SAW. 


Apa saja yang menyebabkan kita tidak berlaku damai? 


Pertama, Nafsu yang tidak dikendalikan akan menjadikan hidup selalu gelisah dan arah yang tidak menentu, serta menjauhkan dari ketenangan atau kedamaian. 


Untuk menemukan kedamaian diri, Allah memberikan jalan melalui media zikir. Orang yang sudah mampu menemukan kedamaian dalam dirinya akan mudah menebar kedamaian bersama orang lain.


Kedua, nggak sadar terhadap kemuliaan dan keindahan ajaran Islam. Bukanka setiap hari kaum muslim mengucapkan kalimat salam yang mengadung doa untuk diri dan orang mendapatkan kedamaian, rahmat, dan barakah Allah?


Berikut ini, kami rangkum hadits dan ayat Al-Quran tentang perdamaian. 


Ketika Rasulullah Muhammad ditanya bagaimana keislaman yang baik, beliau menjawab, “Memberi pangan dan mengucapkan salam kepada yang engkau kenal dan yang belum engkau kenal.” (HR Muslim)


“Jika orang mengajakmu berkelahi sedang kamu berpuasa, maka katakan aku sedang berpuasa.” (HR. Muslim). 


“Orang-orang yang beriman akan menjadi damai berzikir me­ngingat Allah. Ketahuilan hanya dengan mengingat Allah hati menjadi damai.” (QS Ar-Ra’du/13: 28).


Rasulullah saw berpesan tentang besarnya pahala mendamaikan orang yang berselisih. Rasul bersabda, "Mendamaikan perselisihan itu lebih utama dari salat dan puasa”. Al-Ishlah (mendamaikan perselisihan) ini juga sering disebut sebagai perbuatan yang paling mulia setelah hal-hal yang wajib. 


Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada perbuatan yang dilakukan seseorang (setelah amalan wajib) yang lebih baik dari mendamaikan diantara manusia. Dia berkata yang baik dan mengharapkan kebaikan.”


“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih)….(al-Hujurat: 10) 


Nabi Muhammad adalah juru damai yang handal. Terbukti, beliau berhasil mendamaikan dua kelompok –Bani Aus dan Bani Khazraj- yang sudah lama bertikai. 


Iya, kedua bani itu terlibat peperangan selama puluhan tahun sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Banyak korban berjatuhan dalam perang saudara tersebut. Bahkan, semua pemimpin Bani Aus dan Bani Khazraj gugur dalam perang Bu’ats –perang ini terjadi lima tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah.


Ketika Nabi Muhammad di Madinah, keadaan menjadi damai. Bani Aus dan Khazraj tidak lagi berperang. Malah keduanya menjadi saudara seiman yang saling mendukung dan menghormati. 


Tidak ada lagi kebencian. Tidak ada lagi dendam di antara mereka. Yang ada adalah kerukunan dan perdamaian. Semuanya berbait kepada Nabi Muhammad.  


Dikisahkan, suatu ketika Bani Aus dan Khazraj sedang berkumpul dalam satu majelis untuk mendiskusikan suatu hal. Tiba-tiba ada seorang pemuda dari Bani Aus melantunkan sebait syair yang mengandung celaan terhadap Bani Khazraj. Tidak terima dengan ejekan tersebut, seseorang dari Bani Khazraj membalasnya.  


Mereka kemudian saling serang. Tidak cukup sampai di situ, mereka pulang ke rumah dan mengambil senjatanya masing-masing untuk berperang. Tidak lama berselang, kabar pertikaian antara dua orang dari Bani Aus dan Bani Khazrah tersebut sampai ke telinga Nabi Muhammad. 


Salah satu indikator orang yang bertakwa adalah menjalankan perintah agama dan menjauhi larangannya, baik yang berkaitan dengan Allah maupun kepada sesama dan lingkungan. 


Sosialisasi ajaran Islam yang menebarkan kasih sayang dan kedamaian sangat kuat. Sosialisasi ini secara tidak langsung masuk ke alam bawah sadar umat dan bangsa yang termanifestasi dalam ucapan dan perbuatan sehari-hari.***