Villa Sadangsari dan Hotel Sadangsari

Notification

×

Iklan

Iklan

Villa Sadangsari dan Hotel Sadangsari

Rabu, 15 Februari 2023 | 17:13 WIB Last Updated 2023-02-15T10:19:22Z

Kode 19 merujuk kepada Villa Sadangsari. Sumber: Peta Bandoeng (D G 15,7, 1905).



Oleh. ATEP KURNIA*


NUBANDUNG.ID - Dalam peta Bandoeng (D G 15,7, 1905) yang disusun Topographisch Bureau pada tahun 1904 ada nama tempat berkode 19 di sekitar Dago. Setelah dilihat keterangannya, kode 19 adalah Villa Sadangsari. Kemudian dalam peta Bandoeng en Omstreken (D E 29,5, 1910) susunan Topografische Inrichting, terdapat nama Hotel Sadangsari di sekitar Dagoweg atau Jalan Dago. 


Baik Villa Sadangsari maupun Hotel Sadangsari terletak di antara Sadang Kidoel dan Sadang Kaler, lebih jauhnya di tengah antara perempatan Riouw-straat (Jalan Riau, Jl. L.R.E. Martadinata)-Oude Merdika-weg (Jalan Merdeka) dengan Sadang Kaler. Atau bila dilihat dari peta sekarang, kemungkinan berada di sekitar Jalan Ganesa.


Apakah Villa Sadangsari dan Hotel Sadangsari sama? Untuk mendapatkan penjelasan serta perkembangan Villa Sadangsari dan Hotel Sadangsari, saya menelusuri koran lama, terutama De Preanger-bode sejak 1908.


Tahun 1908, seturut penelusuran dari De Preanger-bode, di Bandung sedang dibangun kompleks perumahan berupa vila (“Villapark”). Menurut rekaman edisi 31 Januari 1908, awal tahun itu merupakan tahap akhir persiapan pembangunan bagian kota baru di Bandung (“nieuwe stadsgedeelte”), yang terletak di antara Oud Merdika-weg dan Sakolaradja-weg serta Cikudapateuh. 


Jalan-jalan sudah dibersihkan dan 30 persil tanah sudah disiapkan untuk pembangunan perumahan, dengan karakter bangunan mewah, berupa distrik villapark. Daerah lain yang akan dibangun berada di sekitar Tamblong-weg hingga Dagoweg. 


Dalam kerangka pembangunan itu, alih-alih menjadi bagian dalam pembangunan, oleh pemiliknya, Villa Sadangsari di Dagoweg disewakan sejak 1 Januari 1909. 


Dalam berita De Preanger-bode edisi 16 dan 23 Desember 1908, dikatakan Villa Sadangsari itu terletak di lokasi yang indah dan sunyi, berpekarangan luas, airnya melimpah, kolam renangnya besar terbuat dair bata, kamar-kamar tidurnya luas dan berlantai kayu, tetapi sebagian besar ruangannya berlantaikan ubin semen.


Rupanya setelah disewakan, Villa Sadangsari diubah menjadi hotel dengan nama Hotel Sadangsari. Hotel tersebut baru dibuka pada 1 April 1910 atau setahun lebih kemudian setelah vilanya disewakan. Dalam Bataviaasch Nieuwsblad edisi 17 Maret 1910 dan De Preanger-bode edisi 18 dan 30 Maret 1910 saya mendapatkan pemberitahuannya. 


Dengan tajuk “Nieuw Hotel Bandong”, di situ dikatakan, di Bandung pada tanggal 1 April 1910 akan dibuka Hotel Sadangsari yang berada di Dagoweg (“Op Bandong wordt den 1en April a. s. op den Dagoweg geopend het Hotel Sadang Sari”). 


Keterangan tambahannya, hotel tersebut menawarkan harga yang wajar, lokasinya sunyi, dan punya kolam renang. Gambarannya persis seperti yang ditawarkan pada edisi 16 dan 23 Desember 1908 ketika masih menyandang nama Villa Sadangsari.


Namun, agaknya usaha Hotel Sadangsari pun tidak berumur panjang. Karena dalam De Preanger-bode edisi 29 Desember 1910 dan 2 Januari 1911, saya mendapatkan berita mengenai pelelangan barang-barang furnitur milik Nyonya Henner di rumahnya, di Hotel Sadangsari, pada Selasa, 8 Januari 1911. 


Pelelangannya akan dilakukan oleh balai lelang Bruining & Co. Dari berita ini, bila tidak keliru, saya dapat menarik kesimpulan Hotel Sadangsari itu dimiliki oleh Nyonya Henner dan barangkali dengan mendiang suaminya, Tuan Henner.


Bagaimana perkembangan selanjutnya? Antara 1919 dan 1920, saya mendapati dua iklan yang sama-sama berkaitan dengan vila dan Dagoweg. Iklan pertama menawarkan sebuah vila yang indah, banyak menggunakan marmer, punya garasi dan kamar sopir, pekarangan luas sekitar 3.000 meter persegi, ditawarkan seharga f. 52.000. 


Katanya vila tersebut merupakan investasi yang bagus dan yang berminat bisa menghubungi Het Woonhuis (De Preanger-bode, 18 Oktober 1919). Iklan kedua juga dipasang oleh Het Woonhuis yang berkantor di Naripanweg. Isinya menawarkan vila di Dagoweg, sekitar Technische Hoogeschool (ITB), yang indah dan berpekarangan luas sekitar 3.000 meter persegi, dan harga jualnya f. 55.000 (De Preanger-bode, 13 Juli 1920).


Bila dibandingkan dengan ciri-ciri Villa Sadangsari dan Hotel Sadangsari, agaknya vila yang ditawarkan Het Woonhuis tahun 1919 dan 1920 masih barang yang sama. Atau ini berkaitan dengan usaha W.H. Hoogland (direktur DENIS) dan P. van Leersum (mantan direktur perkebunan kina milik pemerintah di Cinyiruan) yang mendirikan N.V. Bouw en Handel Maatschappij Sadang Sari, sejak 10 April 1920. 


Mereka iuran modal sebanyak f. 100.000. Tetapi dari modal sebanyak itu, f. 30.000 dibayarkan kepada Van Leersum untuk kompensasi kepemilikan lahan di Dagoweg (De Preanger-bode, 17 Februari 1922).


Saya juga mendapatkan kabar pemakaman seorang Preanger-planter bernama K.P.J.A. van Horck. Dia adalah administratur perkebunan Pangheotan dan tinggal di “huize Sadangsari, Dagoweg 31” (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 6 Juli 1931). 


Demikian pula dalam berita meninggalnya istri Van Horck, disebutkan Pauline van Horck-Colpaert berdomisili di Dagoweg 31 (De Koerier, 8 April 1932). Di sisi lain, W.H. Hoogland juga menggunakan Dagoweg 31 sebagai alamatnya (De Preanger-bode, 21 Maret 1921).


Lalu, apakah “huize Sadangsari”  di Dagoweg 31 sama dengan Villa Sadangsari dan Hotel Sadangsari? Bisa jadi ketiganya sama, meskipun dari sisi letaknya, bila dilihat sekarang, berjauhan. Atau bisa juga ketiganya berbeda, dengan alasan sejak 1908 pembangunan vila di sekitar Dago itu termasuk banyak. 


Bila kemungkinan kedua benar, Huize Sadangsari merupakan hasil proyek pembangunan vila di sekitar Dago setelah 1908, sementara Villa Sadangsari sudah dibangun sebelum itu, yaitu sebelum tahun 1904.


*Peminat literasi dan budaya Sunda.