3 Pilar Peacesantren, Implementasikan Budaya Welas Asih dari Pelosok Garut

Notification

×

Iklan

Iklan

3 Pilar Peacesantren, Implementasikan Budaya Welas Asih dari Pelosok Garut

Rabu, 26 Juli 2023 | 14:38 WIB Last Updated 2023-09-06T06:45:29Z


NUBANDUNG.ID
– Peacesantren Welas Asih adalah lembaga pendidikan berbasis pesantren yang terletak di Griya Sanding Indah, Sukarasa, Samarang, Garut. Pesantren tersebut berada di bawah Yayasan Inovasi Pendidikan Berkemajuan.


Peacesantren Welas Asih didirikan oleh Irfan Amalee. Ia adalah salah satu pendiri Peace Generation. Dalam menyusun kurikulum, Peacesantren Welas Asih bekerja sama dengan Peace Generation, sebuah lembaga yang juga didirikan olehnya.


Peacesantren Welas Asih merupakan tempat belajar untuk menjadi peacemaker dan changemaker seperti Rasulullah saw., yang diutus menjadi welas asih untuk semesta alam.


Sebelumnya, pesantren tersebut bernama Muhammadiyah Boarding School Baitur Rohmah (MBS BR) Garut. Pada November 2019, Irfan Amalee memutuskan untuk mengubah nama pesantren itu menjadi Peacesantren Welas Asih.


Perubahan nama tersebut merupakan penegasan dan penguatan dari salah satu nilai inti yang diajarkan di Peacesantren Welas Asih, yaitu empati.


Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Nasional yang dipadupadankan dengan kurikulum Peacesantren Welas Asih. Mata Pelajaran dibagi menjadi tiga rumpun, yaitu Tauhid (Aqidah, Ibadah, Quran, Matematika & Sains), Akhlak (Hadist, Sirah, Sosial, dan Seni), Ilmu Alat (Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Komunikasi, Literasi, Teknologi Informasi, dan Olahrga).


Pendidikan berbasis life skills diterapkan di Peacesantren Welas Asih dengan penekanan 21’st century skills, yaitu literasi, kompetensi dan karakter, dengan tujuan mampu melahirkan santri yang berkualitas dan kompetitif.


Selain itu, pendidikan di Welas Asih didesain untuk membekali santri dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dalam kehidupan nyata.


Di Peacesantren Welas Asih, santri belajar berbasis proyek untuk memecahkan masalah kehidupan nyata (project/problem based learning).


Dengan metode design for change, santri belajar mengenali masalah (feel), menggagas solusi (imagine), mengeksekusi solusi (do), dan membagikan solusi (share) kepada masyarakat.


Pesantren tersebut menerapkan budaya welas asih. Budaya welas asih memperhatikan tiga pilar budaya pesantren.


Pertama, disiplin positif.


Dalam pilar disiplin positif, santri akan belajar merumuskan tujuan hidup dengan talent mapping & life planning. Santri juga akan belajar menumbuhkan kedisiplinan tanpa hukuman.


Kedua, hubungan reflektif.


Hubungan reflektif berarti menerapkan pendidikan perdamaian dan anti-bullying. Pesantren juga memberikan perhatian pada kesejahteraan mental (wellbeingness) dengan social & emotional Learning (SEL). Pesantren juga menerapkan kerja sama guru dan orang tua dengan collaborative parenting.


Ketiga, belajar efektif.


Belajar efektif berarti mengemas metode belajar yang menyenangkan dengan game based learning. Peacesantren Welas Asih menggabungkan kurikulum nasional dengan keterampilan abad 21. Selain itu, Pesantren juga memfokuskan materi belajar kepada praktik dan pemecahan masalah nyata kehidupan.***