Makna Filosofis Welas Asih dalam Laku Hidup Orang Jawa

Notification

×

Iklan

Iklan

Makna Filosofis Welas Asih dalam Laku Hidup Orang Jawa

Jumat, 04 Agustus 2023 | 08:52 WIB Last Updated 2023-08-04T01:53:19Z


NUBANDUNG.ID
- Welas asih artinya dalam bahasa Indonesia adalah rasa belas kasih yang mendalam terhadap orang lain. Konsep welas asih artinya juga mencerminkan empati yang kuat, kepedulian yang tulus, serta keinginan yang tumbuh untuk membantu dan meringankan penderitaan mereka yang membutuhkan.

Dalam budaya Indonesia, welas asih merupakan nilai yang dijunjung tinggi dan menjadi pedoman dalam berinteraksi dengan sesama manusia.

Welas asih membentuk keterikatan sosial yang kuat dalam masyarakat, menciptakan hubungan saling tolong-menolong dan mencerminkan semangat gotong royong. Perilaku welas asih artinya bisa mendorong sikap yang ramah, rendah hati, dan senasib sepenanggungan terhadap sesama.

Welas asih merupakan perilaku orang Jawa yang muncul ketika seseorang merasakan penderitaan orang lain dan memiliki keinginan kuat untuk membantu. Ini melibatkan memberikan bantuan kepada orang lain, bahkan kepada mereka yang bukan kerabat dekat.

Filosofi-filosofi yang ada dalam masyarakat Jawa menjadikan welas asih artinya pedoman hidup yang penting.

Dalam sebuah jurnal penelitian berjudul "Welas Asih: Konsep Compassion dalam Kehidupan" (2021) oleh Dwi Hardani Oktawirawan dan Taufik Akbar, dikemukakan bahwa dalam falsafah memayu hayuning bawana, terdapat tiga konteks dasar welas asih yang dikenal sebagai Tri Welasih.

Konteks pertama, welas asih artinya adalah bermurah hati dan berbelas kasih pada semua makhluk serta berusaha untuk menghilangkan penderitaan di dunia.

Konteks kedua, welas asih menekankan pentingnya bersikap sepenanggungan dan senasib dengan semua makhluk, tanpa memandang hubungan darah, serta memberikan perhatian pada semua yang hidup.

Konteks ketiga, welas asih artinya mencakup sikap ramah-tamah, bijaksana, dan rendah hati. Ini menunjukkan pentingnya memiliki sifat-sifat tersebut dalam masyarakat Jawa sebagai bagian dari welas asih.

Bahkan, di dalam jurnal penelitian lain yang berjudul, "Membangun Sikap Welas Asih untuk Mewujudkan Keharmonisan" (2023) oleh Putu Sinta Septiani dan I Wayan Sunampan Putra, dikutip dari penelitian sebelumnya (Oktawirawan, 2021) bahwa welas asih sering disebut sebagai "jiwa." Ini menggambarkan betapa welas asih menjadi bagian yang sangat dalam dan esensial dalam diri seseorang.

Meskipun membantu orang lain yang menderita dapat membawa risiko, dorongan kuat dari welas asih mendorong seseorang untuk tetap membantu, bahkan jika dirinya sendiri berada dalam risiko tinggi. Ini menunjukkan kekuatan welas asih dalam mendorong tindakan empati dan kepedulian terhadap orang lain.***