Toto Hadiyanto, Perajin Wayang Golek yang Tersisa di Kota Bandung

Notification

×

Iklan

Iklan

Toto Hadiyanto, Perajin Wayang Golek yang Tersisa di Kota Bandung

Rabu, 16 Agustus 2023 | 10:48 WIB Last Updated 2023-08-16T03:48:33Z


NUBANDUNG.ID
— Di tengah gempuran budaya dan karakter tokoh pahlawan dari Barat dan Amerika, seniman asal Kota Kembang ini tetapi mengukir kaya untuk membuat wayang golek di Kota Bandung.


Ya, dialah Toto Hadiyanto. Tangannya teliti menciptakan karakter-karakter wayang golek mulai Pandawa lima hingga Panakawan.


Toto menjadi salah satu perajin wayang golek yang masih tersisa di Kota Bandung. Pria berusia 58 tahun ini menggeluti kerajinan wayang golek lebih dari 33 tahun yakni sejak 1990.


Setiap hari dia membuat wayang di rumahnya, di Kelurahan Karang Pawulang, Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat.


“Saya belajar membuat wayang golek secara autodidak. Awalnya karena hobi, terus mencari kerja susah, akhirnya jadi perajin,” kata Toto seperti dikutip dari bandung.go.id.


Jenis wayang yang sering Toto buat yaitu Pandawa lima dan Panakawan. Menurut Toto, kedua wayang tersebut paling diminati atau paling banyak dipesan oleh para konsumen. “Karakter Panakawan yaitu Semar, Cepot, Dawala, dan Gareng paling laku,” katanya.


Berapa harga wayang golek buatan Toto? Harga wayang golek yang Toto buat disesuaikan dengan ukuran. Ada 4 ukuran yang dibuatnya yakni ukuran 50 cm, 40 cm, 30 cm, dan 20 cm.


Toto menjual mulai dari Rp30.000 untuk ukuran paling kecil 20 cm, sedangkan ukuran paling tinggi yaitu 50 cm dibanderol Rp200.000-300.000 untuk satu wayang. Cukup terjangkau, bukan?


Toto kerap menerima pesanan dari konsumen di luar ukuran, misalnya gantungan kunci atau untuk souvenir. Rata-rata dalam seminggu ia bisa menyelesaikan 30 hingga 40 wayang. Dalam membuat wayang golek, ia dibantu sang istri yang bertugas membuat pakaian wayang.


“Setiap hari tidak tentu dan bagaimana pesanan juga. Paling tidak 30-40 per minggu ada untuk berbagai ukuran wayang golek,” ujarnya.


Ia mengatakan, wayang golek miliknya pernah dikirim ke luar kota, seperti Cikarang, Banten dan Karawang, bahkan ke luar Pulau Jawa.


“Namun, membuat wayang ini tidak setiap hari juga, kadang-kadang sepi. Banyaknya yang beli itu untuk galeri, sampai dari berbagai daerah datang untuk membeli,” ujar dia.


Kini, sang putra juga telah mengikuti jejaknya menjadi perajin Wayang Golek. Ia berharap semakin banyak perajin yang bermunculan karena hal ini penting untuk regenerasi yang baik.


“Regenerasi agak susah. Karena susah mengukir, banyak menyerah dalam belajar. Semoga semakin banyak yang tertarik menjadi perajin,” tandasnya.***