Saatnya Meneladani Rasulullah saw

Notification

×

Iklan

Iklan

Saatnya Meneladani Rasulullah saw

Jumat, 19 Januari 2024 | 15:04 WIB Last Updated 2024-01-19T08:22:17Z

 


AHMAD SAHIDIN, penulis buku Tanda-Tanda Kiamat Mendekat.


NUBANDUNG.ID -- Bagi masyarakat Islam, Rabiul Awwal dikenal sebagai bulan maulid (kelahiran) Nabi Muhammad saw.  Dalam sejarah terdapat dua pendapat mengenai tanggal kelahirannya. Pendapat yang banyak diikuti bahwa Nabi Muhammad saw lahir pada Rabiul Awwal tahun Gajah dengan tanggal 12 dan 17, yang bertepatan dengan bulan Agustus 570 M.


Nabi Muhammad saw lahir melalui perantara Aminah binti Wahab dan Abdullah bin Abdul Muthalib. Selain merasa gembira dengan lahirnya Nabi Muhammad saw selaku nabi terakhir, yang harus kita bahas adalah sejauhmana kita mengenal dan meneladani Nabi Muhammad saw. Inilah yang penting untuk diingat dan direnungkan.


Sebelum kita meneladaninya harus mengenal terlebih dahulu bagaimana karakter, sifat, sikap, dan perilaku-perilakunya. Ada pepatah, ‘tak kenal maka tak sayang’. Karena itu, bila tak kenal siapa Rasulullah maka kenali melalui sumber yang otentik (asli), yaitu Al-Quran.


Dalam Al-Quran disebutkan, Nabi Muhammad saw adalah perwujudan dari kasih sayang Allah. “Wama arsalnaka illa rahmatan lil a`lamin—Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiya [21]:107). Jelas bahwa Rasulullah merupakan salah satu di antara sekian banyak rahmat Allah yang diturunkan untuk membawa umat manusia pada kehidupan yang damai dan sejahtera.


Menurut Sayyid Muhammad Husein Thabathabai, jika ingin tahu sifat Rahman dan Rahim Allah Swt terhadap semua makhluk-Nya, lihatlah bagaimana Rasulullah memperlakukan masyarakat di sekitarnya. Mengenai ini Allah Ta`ala berfirman, ”Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul yang paling mulia di antara kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (QS. At-Taubah [9]:128).


Salah satu bentuk kasih sayang beliau tampak dari kepeduliannya terhadap kaum mustadhafin. Misalnya, beliau selalu menangis ketika melihat penderitaan yang dialami kaum Muslimin.


Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw menangis ketika ada anak kecil yang berada dalam keadaan sakaratul-maut, dan Nabi berdoa kepada Allah dengan berlinangan air mata meminta supaya dipermudah dalam sakaratul-mautnya. Selesai berdoa, wafatlah anak itu.  Begitu juga ketika Ibrahim, putra Nabi Muhammad saw yang paling kecil wafat dan kedua cucunya, Hasan dan Husein, menggelepar-gelepar menahan rasa lapar dan haus, Rasulullah menangis. Karena Nabi saw menangis, salah seorang sahabatnya menegur, ”Ya Rasulullah, bukankah menangis itu dilarang?” Nabi saw menjawab, ”Ini tangisan rahmat, ini tangisan kasih sayang.”


Rasulullah saw juga adalah orang yang senang meluangkan waktu untuk bersilaturahim. Tidak jarang saat bersilaturahim beliau sering memberikan baju atau serban yang dimilikinya ketika ada yang menginginkannya. Bahkan dalam shalat berjamaah ketika menjadi imam, beliau memendekkan bacaan-bacaan shalatnya; karena memperhatikan jamaah yang sakit, orang tua, anak kecil, dan orang-orang yang punya keperluan. Sedangkan bila munfarid, beliau memanjangkan bacaan dan doa-doanya sehingga dikabarkan kakinya bengkak-bengkak. 


Nabi Muhammad saw dikenal lelaki yang paling baik dalam memperlakukan istri. Misalnya dalam riwayat disebutkan, Aisyah binti Abu Bakar dan Hafsah binti Umar bin Khatab, sering mengomeli Rasulullah berkaitan dengan keuangan rumah tangga yang pas-pasan. Meskipun diperlakukan kurang terhormat, tapi Rasulullah tidak memarahi apalagi menceraikannya. Untuk qiyamulail saja, beliau meminta izin kepada istrinya. Karena sifatnya itu Allah Swt berfirman, ”Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya” (QS Ali-Imran [3]:159).


Jadi, faktor keberhasilan Nabi Muhammad saw dalam membawa umat manusia pada Islam dikarenakan sikap lemah-lembut dan kasih sayangnya. Hal ini yang membedakan antara Rasulullah dan para dai`(penda`wah) sekarang. Nabi Muhammad saw dengan cara lemah lembut berhasil membawa orang-orang yang belum Islam menjadi Islam, tapi para dai`(pendakwah) sekarang malah sebaliknya.


Inilah hal yang harus kita renungkan lebih mendalam lagi. Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah” (QS Al-Ahzab [33]: 21).


Dalam ayat lain Beliau disebutkan mempunyai akhlak yang agung. “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS Al-Qalam [68]: 4). Dan masih banyak hal lainnya yang perlu kita gali dan teladani dari Nabi saw. Baik itu dari segi ibadah, muamalah, imamah, tijarah, dakwah, atau dimensi-dimensi lainnya. Oleh karena itu, siapa pun dan apa pun aktivitasnya—jika mengaku umat Rasulullah saw—wajib meneladaninya.  Di antaranya dengan selalu merujuk pada Al-Quran, membaca sirah nabawiyah dan hadits Rasulullah saw, mengikuti jejak para penerusnya, dan selalu membaca shalawat kepadanya. ***