NUBANDUNG.ID -- Program Studi Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung mencatat capaian membanggakan dari Mata Kuliah Academic Writing. Hingga Juli 2025, tercatat 99 artikel mahasiswa berhasil terbit di jurnal nasional terindeks Sinta, Moraref, dan Google Scholar. Jumlah ini dipastikan akan terus bertambah, mengingat sejumlah mahasiswa semester IV dari kelas D, E, dan F telah mengirimkan artikelnya dan memperoleh Letter of Acceptance (LoA) dari jurnal sasaran.
Capaian ini bukan sekadar hasil tugas akhir mata kuliah, melainkan buah dari proses pembelajaran yang dirancang secara terstruktur dan berorientasi praktik. Mahasiswa mendapatkan materi teori dan teknik penulisan akademik selama tujuh pertemuan di awal semester. Setelah Ujian Tengah Semester, mereka mulai menulis artikel ilmiah secara utuh dan diarahkan untuk mengirimkannya ke jurnal nasional yang relevan.
Artikel-artikel yang dihasilkan membahas topik-topik utama dalam bidang linguistik, kesusastraan, dan penerjemahan—tiga bidang inti yang sejalan dengan profil lulusan Program Studi Sastra Inggris sebagai analis bahasa, analis sastra, dan penerjemah tingkat madya.
Otong Setiawan Djuharie, M.Pd., dosen pengampu mata kuliah ini, menyampaikan apresiasinya atas kerja keras para mahasiswa. “Saya mengapresiasi kerja keras mahasiswa yang tidak hanya mampu menulis secara akademik, tetapi juga berhasil melewati proses seleksi jurnal hingga artikelnya terbit,” tegasnya, Sabtu (12/7/2025)
Menurutnya proses yang dilalui tidak instan. Mahasiswa belajar memahami struktur artikel ilmiah, mengikuti gaya selingkung jurnal, serta melakukan revisi berdasarkan masukan reviewer. “Semoga pengalaman ini menjadi awal dari kebiasaan menulis ilmiah yang berkelanjutan,” tambahnya.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Program Studi Sastra Inggris, Dr. Andang Saehu, M.Pd., capaian ini menunjukkan bahwa pembelajaran tidak harus berhenti di ruang kelas. “Mahasiswa bisa didorong untuk menghasilkan karya yang nyata dan terukur. Saya mengapresiasi inisiatif dosen pengampu yang mampu membangun budaya akademik seperti ini,” tuturnya.
Untuk ke depan, prodi mendorong bentuk-bentuk capaian serupa di mata kuliah lain, seperti antologi artikel, konferensi mini, hingga kolaborasi lintas semester. “Harapannya, praktik seperti ini dapat memperkuat profil lulusan dan menjadi daya saing prodi di tingkat nasional,” lanjutnya.
Mahasiswa sendiri merasakan langsung manfaat dari proses pembelajaran ini. Arvi Farand Arkani, mahasiswa kelas F, mengaku awalnya mengira menulis artikel ilmiah hanya sekadar tugas kuliah. “Tapi setelah belajar step by step, lalu kirim artikel ke jurnal, dan akhirnya diterima, rasanya luar biasa. Ini pengalaman pertama saya publish karya ilmiah, dan saya jadi lebih percaya diri,” ujarnya.
Pengalaman serupa dirasakan oleh Andini Sulaeman dari kelas E. “Banyak belajar dari proses ini mulai dari nyusun argumen, nyari referensi yang kredibel, sampai revisi sesuai arahan jurnal. Saya jadi sadar pentingnya menulis dengan rapi dan terstruktur. Harapannya, saya bisa lanjut nulis lagi untuk jurnal lain,” bebernya.
Keberhasilan mata kuliah ini menjadi pemantik penting bagi pengembangan output nyata di mata kuliah lain, terutama yang beririsan dengan riset dan penulisan ilmiah seperti Research Methodology, Translation Practice, dan Literary Analysis. "Dalam jangka panjang, integrasi antara teori dan praktik seperti yang diterapkan dalam Academic Writing bisa menjadi model pembelajaran berbasis karya di lingkungan Program Studi Sastra Inggris," pungkas Andang.